Khilafah (kembali) Difitnah

Khilafah kembali difitnah. Pasca konvoi yang dilakukan kelompok Khilafatul Muslimin di daerah Cawang Jakarta Timur dan beberapa daerah lainnya, isu khilafah kembali menyeruak. Terlepas dari siapa di balik konvoi tersebut, yang jelas kata khilafah terus saja dinarasikan negatif. Disebut sebagai ideologi radikal, pemecah belah, anti kebhinekaan dan sebagainya.

Istilah khilafah dikriminalisasi. Seolah khilafah adalah sesuatu yang salah, buruk dan mengerikan. Bahkan diopinikan sebagai sebuah kejahatan besar dan disejajarkan dengan ideologi sosialisme (PKI) yang tidak mengenal dan tidak mau mengakui tuhan. Bahkan ada persepsi yang dikembangkan bahwa khilafah akan mengoyak persatuan di nusantara. Sehingga dimunculkan pula spanduk penolakan khilafah di berbagai daerah di Jakarta.

Sungguh sangat sulit di nalar dan memunculkan tanda tanya, mengapa khilafah begitu dimusuhi dan tak pernah berhenti difitnah. Padahal khilafah adalah bagian dari ajaran Islam. Ada banyak dalil baik dari Al Qur’an maupun as Sunnah, bahkan perkataan para ulama dalam berbagai kitab mereka yang menunjukkan bahwa khilafah adalah bagian dari ajaran Islam.

Artinya tidak mungkin seorang muslim mengganggap ajaran agamanya sendiri sebagai sebuah ajaran yang sangat buruk dan menakutkan kecuali ada motif lain yang dilandasi oleh besarnya nafsu keduniawian yang mengalahkan keyakinannya akan kebenaran agamanya sendiri. Ada tiga alasan setidaknya yang mendukung asumsi ini.

Yang pertama, besarnya dana yang digelontorkan untuk penanggulangan terorisme di negeri ini. Di tahun anggaran 2022 ini, Komisi 3 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyetujui untuk  menggelontorkan anggaran Rp 1,9 triliun untuk upaya pemberantasan terorisme di Indonesia. Anggaran ini terbagi menjadi Rp 1,5 triliun untuk Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, dan Rp 431 miliar kepada Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). (Katadata.co.id, 21/03/22)

Yang kedua, framing yang dilakukan oleh Majelis Sang Presiden beberapa waktu yang lalu. Majelis Sang Presiden ini telah mendeklarasikan Anies sebagai calon presiden (capres) 2024 dan mengklaim anggotanya terdiri dari eks anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Fr*nt P*mbela Islam (F _PI) hingga mantan napi terorisme atau napiter. Artinya ada kepentingan politik tertentu yang terus berupaya untuk mengkaitkan isu khilafah dengan ormas tertentu dan sekaligus menjatuhkan lawan politiknya. Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui, begitulah kira-kira.

Yang ketiga, upaya menutupi kegagalan penguasa oligarki saat ini. Kian mahalnya harga kebutuhan pokok, seperti cabai, minyak goreng, dan sebagainya termasuk pertalite yang diwacanakan akan merangkak juga harganya, juga banyaknya proyek infrastruktur yang mangkrak, menunjukkan kegagalan penguasa ini kian konkret dan kasat mata. Sementara keinginan untuk terus berkuasa masih berkobar sangat kuat dalam dada, hingga isu tiga periode terus digaungkan. Karenanya dibutuhkan isu lain agar kegagalan ini tak lagi digugat oleh rakyat.

Demikianlah, khilafah difitnah terus menerus untuk kepentingan duniawi yang sangat rendah. Maka tak ada jalan lain kecuali terus menggaungkan kemuliaan khilafah sebagai salah satu ajaran Islam. Khilafah bukan sebuah ideologi atau paham yang perlu ditakuti, sebab khilafah adalah kepemimpinan umum bagi kaum muslimin yang akan menerapkan syariat Islam secara kaffah. Artinya, ketika kaum muslimin memperjuangkannya, maka saat itulah mereka sedang memperjuangkan dan meninggikan agama Allah.

Allah swt berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَنصُرُوا۟ ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)

Karenanya tak perlu takut dan ciut nyali untuk terus meneriakkan dan mengagungkan khilafah sebagai ajaran Islam ini karena Allahlah yang akan membantu dan menolong kita, kaum muslimin. Wallahu a’lam.

Oleh: Kamilia Mustadjab

Posting Komentar

0 Komentar