Melonjaknya Harga Pangan Bukti Rakyat Kian Diabaikan

 




Kondisi masyarakat setelah habis lebaran idulfitri nyatanya makin menderita, harga kebutuhan hidup justru kian melonjak. Hal tersebut  semakin menambah deret penderitaan rakyat. Harga komuditas pangan bukan malah terjangkau justru kian melambung tinggi. 


Di tengah melonjaknya harga komoditas pangan dalam negeri, lembaga penelitian Centre for Strategic and International Studies (CSIS) mengajukan sejumlah rekomendasi yang dapat dijalankan oleh pemerintah untuk mengatasi krisis ini. Hal yang dilakukan pertama menurut Peneliti Departemen Ekonomi CSIS, Adinova Fauri memberikan perlindungan sosial (social protection) kepada masyarakat yang membutuhkan.

(WE, 31/05/2022).


Permasalahan kebutuhan hidup di negeri ini seolah enggan selesai. Bahkan harga kebutuhan seperti telur ayam saja hingga hari ini masih melambung. Akibatnya banyak para ibu yang mengeluhkan karena telur merupakan bagian dari menu sehari-hari dan praktis. 


Harga telur ayam di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, juga mengalami kenaikan sejak satu pekan terahir. Jika sebelumnya harga telur ayam sekitar 24 ribu rupiah per kilogram, kini naik menjadi 27 ribu rupiah per kilogramnya.


Seperti terpantau di Pasar Dungus, Kecamatan Wungu. Jika sebelumnya harga telur ayam ras berada di kisaran 24 ribu rupiah per kilogram, kini naik menjadi 27 ribu rupiah per kilogramnya.


Menurut pedagang, kenaikan harga telur ayam karena adanya kenaikan harga pakan ayam di peternak. Selain itu, meningkatnya permintaan telur ayam pada musim hajatan ditengarai juga menjadi pemicu naiknya harga telur

(MADIUN,KOMPAS.TV,  25/05/2022).


CNBC Indonesia - Harga kebutuhan pokok kembali naik dalam beberapa hari terakhir. Padahal, harga bahan pangan pokok sempat turun setelah momen Lebaran.


Berdasarkan pantauan di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), terpantau ada beberapa kebutuhan pokok yang harganya naik. Misalnya cabai merah besar kemarin (2/6/22) harganya mencapai Rp 57.200/Kg, padahal satu pekan sebelumnya di tanggal 25/5/22 harganya hanya Rp 52.850/Kg.


Sementara itu bawang merah ukuran sedang dari Rp 42.400/Kg pada 25 Mei lalu, menjadi Rp 43.050/Kg pada akhir pekan lalu. Harga termahal ada di Papua sebesar Rp 62.500/Kg, sementara DKI Jakarta juga menjadi salah satu yang termahal dengan Rp 50.850/Kg (CNBC Indonesia, 3/06/2022).


Berbagai upaya dilakukan pemerintah namun nyatanya seolah tidak mampu menstabilkan kebutuhan pangan. Solusi yang ditawarkan pun hanya tambal sulam seperti pemberian subsidi agar masyarakat tidak mengalami kesulitan hidup. Sementara para kapitalis dengan bebasnya mengendalikan pasar. Menambah pajak ekspor untuk komoditas yang sedang melambung. Pada akhirnya rakyatlah yang pada akhirnya jadi korban.


Adanya pajak maupun subsidi tidak memberikan solusi yang berarti. Toh hingga kini angka kemiskinan akibat kenaikan harga bahan pangan tidak pernah melandai. Hari ini bisa kita saksikan bagaimana pasar dikuasai oleh para rente. Bahkan dengan seenaknya menaikan harga pangan. Pendistribusian barang pun tidak pernah merata. Ironisnya di tengah naiknya kebutuhan pangan negara sering melakukan kebijakan impor tanpa melihat kondisi para petani di dalam negeri. 


Akar permasalah ini tentu tidak lepas dari  penerapan sistem kapitalisme. Sistem ini dalam memberikan solusi hanya tambal sulam dan hanya segelintir orang saja yang diuntungkan. Peran negara sungguh sangat kecil karena justru yang mengendalikan para kapitalis. Negara tunduk terhadap asing Barat dan lembaga-lembaga pengendali seperti FAO dan yang lainnya. 


Islam Mengatasi Krisis Pangan


Islam merupakan agama paripurna yang mampu menuntaskan semua permasalahan. Tak ada satupun masalah yang luput dari pengaturan Islam termasuk masalah pangan. Pemimpin dalam Islam tidak akan membiarkan rakyatnya dalam derita dan kesulitan dalam mendapatkan kebutuhan pangan.


Rasulullah saw.  telah mengingatkan, “Imam (Khalifah) raa’in (pengurus hajat hidup rakyat) dan dia bertanggung jawab terhadap rakyatnya.” (HR Muslim dan Ahmad).


Dalam Islam memiliki mekanisme agar ketahanan pangan terus kuat di antaranya:


1. Di dalam Islam tidak membiarkan lahan kosong begitu saja. Semua lahan pertanian dioptimalkan agar menghasilkan bahan pangan yang dibutuhkan rakyat. Pemanfaatan teknologi dan sains yang bertujuan agar mampu menghasilkan pangan yang lebih cepat, mudah dan praktis. 


2. Merombak gaya hidup. Di sini diperlukan edukasi kepada masyarakat agar kebutuhan pangan yang diperlukan digunakan secara efisien, tidak berlebihan dalam penggunaannya. 


3. Mendorong perkembangan perkebunan dan pertanian.


4.Pemimpin yang berbagi penderitaan dengan rakyat.


5. Memutuskan hubungan dengan berbagai lembaga yang mendikte dibidang pertanian.


6. Negara memiliki kewajiban memastikan keamanan pangan.


7.Prediksi iklim

Disini negara harus mampu menempatkan para ahli dalam  memperkirakan bencana. Sehingga pada saat ada iklim ekstrem pangan yang dibutuhkan sudah disiapkan. Tidak ada lagi kekurangan bahan pokok pangan dan menjadi derita rakyat.


8. Mitigasi bencana


Saat kondisi bencana alam datang peran negara mempersiapkan kemungkinan kerawanan pangan. Mitigasi bencana mempermudah rakyat agar kesiapan itu sudah disiapkan sedari awal. 


Inilah beberapa hal yang akan dilakukan oleh khilafah agar negara tidak mengalami kelangkaan pangan. Ketahanan pangan pun sudah menjadi hal yang biasa karena segala sesuatunya sudah disiapkan dari jauh-jauh hari tanpa mempertimbangkan untung dan rugi. Karena kesejahteraan rakyat prioritas utama dalam sistem Islam. 


Wallahu alam bishshawwab.


Oleh Heni Ummufaiz

Posting Komentar

0 Komentar