"Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia". (Bung Karno)
Puisi atau kata mutiara yang sangat terkenal dari Bung Karno ini sungguh tepat menggambarkan potensi pemuda. Bayangkan, kekuatan 10 pemuda dibandingkan dengan 1000 orang tua. Hal yang digarap pun sungguh jauh bandingannya. Satu mencabut gunung, sementara satunya mengguncang dunia.
Hingga tidak salah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw. pernah menasihati seseorang, diantaranya “...adalah manfaatkanlah masa mudamu sebelum datang masa tuamu..” (HR. Al Hakim). Hadis ini menggambarkan bahwa potensi masa muda itu sangat berharga dan jangan disia-siakan.
Dalam rangka mengoptimalkan potensi pemuda juga HIPMI Kota Bogor mengadakan sebuah program untuk pemuda. Program dengan tajuk HIPMI Goes to School ini berencana akan melahirkan 600 bibit pengusaha sukses. Programnya sendiri akan berupa rangkaian bimbingan dan pelatihan di bidang usaha dan bisnis. (www.radarbogor.id)
Tidak hanya HIPMI yang melirik potensi pemuda, Dinas Ketenagakerjaan Kota Bogor pun tak mau kalah. Ia memberikan bimbingan dan pelatihan bagi para pemuda di Kampung Rambay, Bogor Utara. Program yang diinisiasi oleh seorang anggota DPRD ini berupa pelatihan bertani dengan menggunakan sistem hidroponik serta pelatihan tata boga. Bukan hanya bekal ilmu yang dikantongi, para pemuda yang beberapa diantaranya kehilangan pekerjaan karena pandemi Covid-19 ini pun mendapat seperangkat instalasi hidroponik. (www.radarbogor.id)
Pembajakan Potensi Pemuda
Potensi pemuda memang tiada duanya. Usia muda adalah kekuatan. Kekuatan fisik, berpikir, semangat dan idealisme. Kekuatan idealisme dalam diri pemuda adalah kekuatan terbesarnya. Hingga Tan Malaka berkata, “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki pemuda”.
Idealisme bertemu dengan kematangan fisik dan belum matangnya emosional justru membuat kaum muda menjadi sosok pemberani. Berani untuk tetap memegang teguh prinsip yang diyakininya. Seperti halnya para pemuda Ashabul Kahfi.
Tamlikha, Maksalmina, Martunis, Nainunis, Sarbunis, Falyastatnunis dan Dzununis memilih mengasingkan diri dalam sebuah gua untuk mempertahankan akidahnya. Setelah ditidurkan selama tiga ratus (ditambah sembilan) tahun dan bertemu kembali dengan masyarakat yang sudah silih berganti generasi dan sudah beriman kepada Allah Swt, alih-alih menjadi saksi hidup sejarah masa lalu mereka justru memohon agar Allah Swt. mencabut nyawa mereka tanpa sepengetahuan orang lain.
Kisah ini memberikan pelajaran bahwa orientasi idealisme adalah terwujudnya cita-cita, bukan ketenaran. Bahkan nama-nama mereka pun kurang familiar dibandingkan dengan inspirasi sejarah oleh para pemuda yang bergelar Ashabul Kahfi. “…Sesungguhnya mereka itu orang-orang muda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahi mereka dengan hidayah dan petunjuk. Dan Kami kuatkan hati mereka (dengan kesabaran dan keberanian)…” (QS. Al Kahfi: 13-14).
Potensi ini sungguh sayang, jika sesuatu yang diyakini dan menjadi cita-cita pemuda dibajak untuk hal-hal yang tidak mengguncang dunia, seperti hal berorientasi keduniaan. Menjadi pengusaha saja, atau petani milenial saja. Tanpa memberikan pemuda sesuatu hal yang lebih krusial untuk diperjuangkan. Apalagi dasar pembentukan cita-cita atau orientasi pemuda tadi adalah kapitalisme dan liberalisme. Tidak akan ada keberkahan dan perubahan bagi nasib bangsa ini. Jika seperti ini, bisa dipastikan suramlah masa depan dunia.
Saat ini, nasib bangsa memang sedang terpuruk dalam setiap aspek kehidupan. Problematika hidup seperti antri untuk disebutkan. Sebutlah kasus kejahatan dengan anak sebagai pelakunya. Menurut data KPAI pada 2019 jumlah anak berhadapan dengan hukum mencapai 1.251 kasus dan penggunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza) pada anak-anak mencapai 344 kasus. (www.m.medcom.id)
Selain itu ada masalah kemiskinan yang diprediksi sebuah Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memprediksikan tingkat kemiskinan Indonesia pada 2022 berpotensi melonjak menjadi 10,81 persen atau setara 29,3 juta penduduk. (www.kompas.com)
Belum lagi upaya-upaya untuk mendangkalkan akidah berkedok proyek moderasi. Hakikatnya proyek ini adalah liberalisasi hingga tataran keyakinan. Maka tak heran bisa kita temukan kaum muda yang tidak mengindahkan rambu-rambu agama walau di kartu identitasnya mengaku beragama. Bahkan ada yang mempermainkan agama dengan ikutan latah menjadikan agama sebagai sesuatu yang tak pasti dengan menyebutkan agama tentatif menjadi agama yang dipeluk saat ini.
Inilah berbagai kondisi yang sedang kita hadapi. Seharusnya kita bekali idealisme pemuda itu dengan visi dan misi untuk mengubah semua ini. Yaitu, mewujudkan perubahan yang hakiki, perubahan dengan Islam sebagai ideologi. Hingga kehidupan Islam akan bangkit kembali.
Pemuda yang Mengguncang Dunia
Pemuda adalah harapan di masa depan. Merekalah yang akan memimpin dan mengelola dunia pada masa yang akan datang. Ketika kehidupan Islam dalam naungan khilafah telah tegak, merekalah yang akan menjalankan roda pemerintahan. Jika khilafah belum tegak seperti saat ini, maka merekalah yang akan meneruskan tongkat estafet perjuangan sebagai garda terdepan yang harus mewujudkannya.
Untuk merealisasikan hal di atas memang perlu melakukan pembinaan terhadap pemuda. Pembinaan yang akan membentuk kepribadian Islam yang kokoh hingga mereka mempunyai visi sebagai pejuang Islam. Perhatikan bagaimana sejarah menorehkan tinta emas luar biasa sebagaimana sosok pribadi Muhamad Al Fatih, dalam usia 17 tahun mampu mengemban amanah sebagai Amirul Jihad dan usia 24 tahun menjadi Sultan. Atau, Muhammad Abdul Qosim yang menaklukan India pada usia belia, 17 tahun.
Visi pemuda menjadi Pejuang Islam, Penolong Agama Allah untuk Izzul Islam wal Muslimin secara sadar harus dipersiapkan melalui pendidikan baik oleh keluarga maupun sekolah yang membentuk kepribadian Islamnya. Memang ini merupakan perkerjaan yang berat untuk saat ini karena belum ada institusi yang menerapkan sistem pendidikan Islam. Saat ini tumpuannya hanya berpijak pada individu, keluarga dan jamaah saja. Maka, mari kita bahu-membahu bekerja sama dengan jamaah untuk melakukan pembinaan terhadap pemuda seraya berupaya mewujudkan institusi yang akan menerapkan seluruh hukum Islam (Islam kafah).
Kepribadian Islam jika sudah terbentuk dalam diri seseorang akan tampak pada pendapatnya, sikapnya dan tingkah lakunya sesuai dengan Islam. Mereka senantiasa membela Islam, menjaga dirinya agar tetap mulia dengan Islam, memilih teman agar tetap istikamah dalam perjuangan menuju kemuliaan dengan diterapkan hukum secara kafah/keseluruhan. Pemuda yang berkepribadian Islam senantiasa memperhatikan umat agar segera terbebas dari ide-ide sesat yang bersumber dari kapitalisme-sekularisme. Senantiasa mendakwahkan dan memperjuangkan tegaknya khilafah, karena hanya dengan tegaknya khilafah kemuliaan Islam dan kaum muslimin bisa diraih.
Inilah potret pemuda yang diibaratkan oleh Bung Karno sebagai pemuda yang akan mengguncang dunia. Mengguncang kegelapan hidup dalam asuhan ideologi buatan manusia, lalu menghadirkan kembali peradaban emas yang pernah dihadirkan oleh Islam.
Penulis : Rini Sarah
0 Komentar