Bagai pungguk merindukan bulan sepertinya ungkapan ini tepat untuk menggambarkan betapa sulitnya mendapatkan kesehatan prima di negeri ini. Seperti kasus yang baru-baru ini terjadi, seorang pasien harus kehilangan nyawa karena ditolak rumah sakit untuk ditangani. Adalah Eviani Diah Putri (18) dibawa oleh keluarganya ke RS Helsa di Jatirahayu, Pondok Melati, Kota Bekasi pada Kamis (9/6) jam 9.30 dalam keadaan tak sadarkan diri. Namun, dengan alasan ruangan Unit Gawat Darurat (UGD) sedang penuh dan tidak ada tempat tidur yang tersedia, maka pihak RS Helsa menolak untuk menangani pasien. (kompas.com, 15/6/2022)
Mendapati respon yang kurang baik dari RS Helsa, maka pihak keluarga berusaha memindahkan Eviani (18) ke RS Masmitra, dengan harapan mendapatkan penanganan yang baik dan cepat. Setelah sebelumnya pihak keluarga berusaha meminjam ambulance dari RS Helsa, namun petugas menyatakan bahwa mereka tidak memiliki mobil ambulance. Akhirnya pasien dibawa ke RS Masmitra menggunakan taksi online dan sesampainya di sana langsung ditangani oleh dokter. Namun nahas, pasien dinyatakan meninggal dunia setelah tiba di rumah sakit. Diperkirakan Eviani (18) meninggal dunia ketika dalam perjalanan menuju rumah sakit. (tribunbekasi.com, 15/6/2022)
Miris, rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan pertama yang diharapkan dapat memberikan pertolongan pertama pada pasien sakit dan terutama pasien kritis, justru terkesan abai dan acuh. Padahal nyawa manusia sangat berharga. Sehingga penyelamatan nyawa manusia adalah yang utama. Inilah ironi bidang kesehatan di negeri kapitalis, ketika nyawa manusia dianggap tidak berharga.
*Pelayanan Kesehatan ala Kapitalisme*
Sejatinya dalam sistem Kapitalisme peran negara hanya sebagai fasilitator dalam menyediakan pelayanan kesehatan. Sehingga kewajiban yang seharusnya menjadi tanggungjawab negara diserahkan kepada pihak swasta. Termasuk ketersediaan fasilitas-fasilitas kesehatan seperti klinik maupun rumah sakit.
Memang, tidak dimungkiri negara juga menyediakan pusat-pusat pelayanan kesehatan, tapi kualitas dan kelengkapan fasilitasnya tidak sebaik yang dimiliki RS swasta. Hal inilah yang mendorong masyarakat lebih memilih berobat ke RS swasta ketimbang ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) ataupun Puskesmas.
Fakta ini menunjukkan bahwa ketika negara sebagai pihak yang bertanggungjawab atas nyawa dan keselamatan rakyatnya, justru melemparkan kewajiban tersebut kepada pihak swasta sebagai penyelenggara fasilitas kesehatan. Sehingga hitung-hitungan untung rugi pun berlaku. Akhirnya lagi-lagi rakyat yang menjadi korban.
Ditambah dengan adanya asuransi kesehatan yang terkesan dipaksakan kepada rakyat. Alih-alih membantu rakyat dalam biaya kesehatan, tapi hal ini justru menambah beban rakyat. Bagaimana bisa rakyat mendapatkan pelayanan kesehatan terbaik dan menyehatkan apabila kondisi ini terus berlangsung di negeri ini?
*Pelayanan Kesehatan ala Islam*
Dalam Islam bidang kesehatan merupakan salah satu kebutuhan rakyat yang wajib dipenuhi oleh negara. Layaknya kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Negara wajib menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan dengan kualitas terbaik dan biaya yang terjangkau bahkan gratis. Semua itu diadakan oleh negara sampai ke pelosok-pelosok negeri. Dengan begitu rakyat baik miskin ataupun kaya dapat merasakan pelayanan kesehatan yang layak.
Inilah pelayanan kesehatan ala Islam. Di mana nyawa manusia begitu berharga. Sehingga akan tercipta manusia-manusia yang sehat dan kuat. Pun mereka tidak perlu khawatir akan biaya dan kualitas pelayanan kesehatan yang diterima, karena dalam Islam menyelamatkan nyawa manusia adalah yang utama.
Semua ini hanya akan terwujud ketika Islam diterapkan secara keseluruhan dalam sistem Khilafah. Di mana khalifah sebagai kepala negara akan menjalankan kewajibannya memenuhi kebutuhan rakyat. Termasuk kebutuhan layanan kesehatan terbaik demi kemaslahatan rakyat.
Sehingga tidak ada lagi penolakan pasien hingga meninggal dunia seperti yang terjadi pada almarhumah Eviani. Semoga rakyat negeri ini semakin menyadari pentingnya menegakkan Khilafah sebagai bentuk ketundukkan kepada Allah 'Azza wa Jalla, juga sebagai solusi problematika umat di negeri ini.
Penulis: Diyani Aqorib S.Si.
(Aktivis Muslimah Bekasi)
0 Komentar