Militansi Itu hanya Dimiliki oleh Jiwa Pejuang


Saat seorang pengemban dakwah mengazamkan untuk mengabdikan seluruh hidup bagi Allah, tentu diperlukan kekuatan mental dalam menjalaninya. Bukan hanya sekadar lisan yang mengucapkan, tetapi sikap yang mencerminkan. Tak ada kata menyerah saat godaan hidup dan tantangan menghadang. Dijalani dengan penuh keikhlasan tanpa banyak alasan.

Ketika kekurangan ada dalam dirinya, tidaklah menjadikan sebuah alasan menyerah dan mundur dari perjuangan. Apatah lagi jika semua fasilitas dan prasarana memadai tentu akan dimaksimalkan dalam perjuangan.
Saat Allah memintanya berjuang, meminta pengorbanan baik tenaga, waktu, hingga pikiran, seorang pengemban dakwah atau aktivis Islam akan bersegera menyambutnya.
Pantang baginya menolak hanya karena hidup dalam banyak keterbatasan. Keyakinan bahwa Allah akan menolong dirinya dari segala kesulitan dan kesusahan, telah menjadikan dirinya diliputi semangat untuk terus berjuang.
Hal ini harusnya ada dalam diri setiap pejuang dakwah.

Jiwa militansi ada pada diri para sahabat Rasulullah Saw. kita bisa menengok lembaran demi lembaran sejarah yang menggambarkan bagaimana para sahabat yang beragam karakter, bermacam suku, hingga status sosial, tetapi justru demi Islam mereka mengorbankan semuanya.
Bahkan Bilal yang tadinya adalah seorang budak, nyatanya setelah memeluk Islam dan jiwanya merdeka mampu mempersembahkan yang terbaik bagi Allah.
Seorang sahabat Salman Al Farizi yang kaya raya dari status sosial tinggi mampu menaklukkan semuanya. Dikorbankan seluruh gengsi, diinfakkan harta benda demi Islam dan rela hidup dalam kesederhanaan, asal Allah rida hingga bidadari surga menjemputnya.
Tengok pula bagaimana Abu Dzar Al Ghifari dari suku Ghifar yang tak ragu memproklamirkan keislamannya di tengah kaum Quraisy hingga berkali-kali mengalami penyiksaan dan pingsan. Namun, ternyata keimanan dan rasa kecintaan pada Allah dan Rasul-Nya mampu mengalahkan rasa sakit yang diderita.
Dari setiap kesusahan dan kepayahan yang telah dialami pada akhirnya berbuah manis, yakni menghadap Allah dalam kondisi wajah tersenyum.

Oleh karena itu, patutlah bagi kita menjadi sebuah inspirasi jiwa militansi yang dimiliki oleh para sahabat Rasulullah Saw. terlebih bagi kita yang hidup di akhir zaman yang penuh dengan fitnah. Sebagai sebuah renungan bersama yang ingin memperjuangkan tegaknya syariat dan khilafah beberapa dalil  di bawah ini.

‎Allah menyatakan bahwa pertolongan dari-Nya amatlah dekat. Tinggal bersabar sedikit lagi, semua akan indah pada waktunya.
"Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat."
(Q.S. Al-Baqarah: 214).

يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ ࣖࣖ

"Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." (Q.S. Al-Fajr [89]: 27-30).

Wallahu a'lam bishshawab.


Penulis:  Heni Ummu faiz
Ibu Pemerhati Umat

Posting Komentar

0 Komentar