Ide Khilafah kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial maupun di media elktronik. Bukan tanpa alasan, ide tersebut muncul viral ketika adanya konvoi salah satu ormas yang mengusungnya dan mendeklarasikan pemimpin diantara mereka. Buntut konvoi terssebut tentunya tidaklah pendek. Seperti Dilansir dari kompas.com (20/6/2022) Organisasi Khilafatul Muslimin Bekasi Raya akan mendeklarasikan setia pada Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dilakukan karena organisasi tersebut disinyalir mengusung ide yang berbahaya yang biasa disebut ideologi Khilafah. Selain itu sebelumnya telah dilakukan penangkapan oleh aparat terhadap anggota ormas tersebut di beberapa wilayah seperti Lampung dan Jatim.
Ide Khilafah yang dianggap sebagai ide berbahaya dan radikal terus menjadi topik utama yang tiada habisnya. Upaya untuk mengkriminalisasikan ide tersebut terus berlangsung untuk mencegah agar tidak berkembang luas di tengah-tengah masyarakat. Liciknya upaya tersebut seakan menargetkan kepada para pengemban yang pro mengusung Khilafah. Penangkapan yang dilakukan kepada pemimpin ormas yang mengusungnya seperti mengaitkan antara Khilafah dengan Radikalisme. Bukan hanya itu julukan-julukan bagi yang pro terhadap ide Khilafah seperti “calon radikalisme” atau “pemecah belah” dipopulerkan oleh media. Maka Khilafah yang seharusnya dapat menjadi solusi permasalahn akan semakin lenyap dan berganti menjadi permusuhan terhadap ide Khilafah dan pengembannya serta menghilangkan gerakan perjuangannya. Ditengah persoalan bangsa saat ini yang tak ada habisnya, narasi Khilafah mampu menjadi isu panas yang selalu berhasil mengalihkan perhatian masyarakat. Sehingga kebencian terhadap ide Khilafah semakin sulit dihindari.
Bagaimana mungkin ajaran Islam seperti Khilafah dinarasikan sangat negatif, padahal penerapan Islam dalam bingkai Khilafah telah bertahan berabad-abad lamanya. Sejarah mencatat ketika Islam diterapkan, kesejahteraan dapat terwujud. Hal ini tercatat pada masa kepemimpinan Amirul Mukminin Umar Bin Abdul Aziz, beliau mengutus seorang petugas pengumpul zakat, namun tak dapat dijumpai masyarakat yang berhak menerimanya.
Berbeda halnya saat ini dalam sistem kapitalisme yang lahir dari paham sekulerisme dimana manusia yang lemah dan terbatas dapat membuat aturannya sendiri, sehingga muncul berbagai masalah mulai persolaan ekonomi tak ada habisnya, kenaikan harga yang tak ada ujungnya, hingga jaminan kesehatan dan pendidikan yang sulit didapatkan oleh orang-orang yang lemah. Carut-marut kebijakan yang saling tumpang tindih dengan mengedepankan golongannya semakin menambah kusutnya kehidupan. Pada akhirnya, masyarakatlah yang menjadi korban di dalamnya. Anehnya, semua masalah di atas tidak menyalahkan aturan dan sisitem yang diterapkan. Padahal jelas, jika aturan berasal dari hasil pemikiran manusia, maka solusi yang dihasilkan tentu saja lemah.
Sudah sewajarnya jika ummat Islam harus waspada, jangan sampai tertipu dengan opini Khilafah dan Radikalisme yang nyata-nyata untuk menakuti kamu Muslim, yang mengakibatkan pada semakin jauh dari paham Khilafah yang sebenarnya. Maka sudah jelas, opini sepihak tersebut perlu untuk dibantah dengan penjelasan yang benar. Namun, sangat disayangkan penjelasan utuh tentang Khilafah tak diberikan ruang sama sekali. Apalagi generasi milenial yang telah terjerumus kepada paham liberal yang melahirkan orang-orang yang anti kepada Islam dan sangat jauh dari Syariat-Nya.
Khilafah merupakan bagian dari ajaran Islam berkaitan dengan kepemimpinan. Imam al-Mawardi menyatakan “Imamah (Khilafah) diposisikan untuk menggantikan kenabian dalam hal memelihara agama dan mengurus dunia” (Al-Mawardi, Al-Ahkam as-Sulthaniyyah, hlm.3). Seperti yang dicontohkan pada masa Khulafaur Rasyidin yang menerapkan Islam secara menyeluruh dalam sebuah kepemimpinan Islam. Sebagaimana dalam hadist, Rasulullah bersabda “Kalian wajib berpegang teguh terhadap Sunahku dan Sunahnya Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk setelahku.
Gigitlah sunah itu dengan gigi geraham. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Islam sebagai agama sekaligus pedoman bagi kehidupan. Sudah saatnya kaum Muslim menyadari tercerdaskan tentang memahami Khilafah secara utuh tidak terpotong-potong. Sehingga kaum Muslim tidak terbawa dengan opini negatif yang disebarkan oleh para pembenci Islam. Alhasil, jelas bahwa Khilafah adalah ajaran Islam selalu menjadi kambing hitam di tengah persoalan saat ini.
Sejatinya, ketiadaan Khilafah merupakan dasar dari sempitnya kehidupan saat ini. Sebab dominasi paham sekulerisme telah membawa umat Islam ke dalam kubangan lumpur yang dalam, hidup dalam kekhawatiran tanpa batas, karena berbagai perampokan kekayaan maupun perampasan kehormatan akan selalu datang saat ini.
Wahai kaum Musllim, tentunya harus selalu optimis karena janji Allah itu Maha Benar. Sebagaimana dalam Allah berfirman “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.(TQS an-Nur : 55). Waallahu a’lam.
Penulis: Supriyani, S.T.P
0 Komentar