Sejatinya manusia sama Allah diberikan naluri. Naluri baqa salah satunya. Pembawaannya antara lain: rasa takut, tidak mau mengalah, marah tersinggung saat ada yang menyerang dsb. Semua itu merupakan sebuah sunatullah. Islam kemudian membimbing agar naluri tersebut disalurkan ke hal yang benar.
Ketika kita dalam kondisi khilaf maka sejatinya teman dan sahabat yang baik tidak akan membiarkan sahabat tersebut dalam ketersesatan. Salah satu caranya adalah menasihati dengan rasa cinta. Namun pada faktanya saat orang dalam khilaf ditegur dan dinasihati banyak yang apriori. Beranggapan bahwa hal tersebut seolah membenci.
Padahal sesungguhnya saat ada yang menegur kita saat salah merupakan bentuk kasih sayang yang sebenarnya. Ketika kita salah dan tak ada seorang pun yang berani menegur atau membiarkan berarti pintu kesesatan telah terbuka lebar di depan kita. Oleh karenanya segala bentuk nasehat maka terima dengan lapang dada.
Islam sudah memberikan sebuah aturan kepada pemeluknya yakni saling menasehati. Ini wujud rasa kasih sayang, persaudaraan yang sesungguhnya. Hilangkan egosentris diri agar tak hidup senantiasa dalam lindungan cahaya illahi. Perihal ini sudah dicontoh kan oleh Rasulullah SAW, bahkan para sahabat pun mengikutinya. Rasa gengsi, sombong dan penyakit hati lainnya sudah seharusnya dibuang.
Saat ini memang saling nasehat menasehati sudah mulai dianggap yang mengganggu privasi seseorang. Ketika ada yang berbuat salah ironisnya justru dianggap melanggar HAM. Akibatnya kian hari banyak manusia yang tak malu mempertontonkan kemaksiatan. Nasehat dan teguran dari saudaranya dianggap racun bahkan sebaliknya balik menyerang orang yang menasehati. Inilah gambaran hidup di era kapitalisme. Padahal orang yang tidak mau menerima disebut orang yang sombong.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Kewajiban seorang muslim muslim yang lain ada enam.” Lalu ada yang bertanya, “Apa itu ya Rasulullah?”
Maka beliau menjawab, “Apabila kamu bertemu dengannya makalah salam kepadanya; jika dia mengundangmu maka penuhilah undangannya; apabila dia meminta nasihat maka berilah nasehat kepadanya; jika dia bersin lalu memuji Allah maka doakanlah dia dengan bacaan yarhamukallah; bila dia sakit maka jenguklah ia; dan bila dia meninggal maka iringilah jenazahnya.” (HR.Muslim)
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Apabila dia meminta nasihat darimu, maka wajib bagimu untuk menasehatinya, jangan hanya menemukan di hadapannya, jangan pula menipunya dan janganlah kamu menahan diri untuk menjelaskan nasihat kepadanya.” (Syariah Muslim)
Menurut sy-Syaikh *Dr. Muhammad Ghalib* hafizhahullah_ berkata:
*تعويد النفس على قبول النصح فضيلة يحرص عليها العقلاء، ويأنف عنها المتكبرون البلداء.*
*فمن قدم لك نصحا فهو نعمة هيأها الله لك، وحق النعمة الشكر.*
Membiasakan atau melatih diri untuk menerima nasehat adalah keutamaan yang sangat ingin diraih oleh orang-orang yang berakal. Sebaliknya orang-orang yang sombong akan merendahkan dan menolak nasehat.
Maka sepatutnya bagi kita bersyukur saat ada yang memberi nasehat. Buang ego, buang gengsi dan ucapkanlah sayonara enggan menerima nasehat. Wallahualam.
Oleh : Heni Ummu Faiz
0 Komentar