Tak ada orangtua yang tidak menginginkan anak yang saleh atau salihah. Bahkan ini menjadi impian setiap orangtua. Anak yang saleh adalah salah satu investasi akhirat yang pahalanya tak pernah terputus bagi orangtuanya kelak ketika telah pergi meninggalkan dunia yang fana ini. Itulah sebabnya, setiap orangtua berupaya sekuat tenaga agar impian ini terwujud.
Begitu banyak kisah di masa Rasulullah Saw. dan para sahabat, sosok-sosok anak saleh yang dapat dijadikan teladan. Sebut saja kisah Uwais Al Qarni, anak saleh yang begitu berbakti kepada ibunya. Di tengah kondisi ekonomi yang serba kekurangan, Uwais mengerahkan seluruh kemampuan dengan pantang menyerah, demi mewujudkan keinginan sang ibu untuk berhaji.
Birrul walidain yang dilakukan Uwais Al Qarni kepada ibunya, tentu tak muncul secara instan. Sikap bakti yang mengakar dalam dirinya adalah hasil didikan sang ibu, hingga ia berhasil menjadi sosok manusia yang tak dikenal di bumi, tetapi sangat diagungkan di langit, oleh para malaikat karena kesalehannya.
Peran ibu memiliki pengaruh yang sangat besar dan penting dalam membangun kepribadian anak. Namun, peran ini harus pula diimbangi peran ayah karena keduanya adalah orangtua yang sama-sama diberikan amanah mendidik dan mengasuh, tentu sesuai dengan ketentuan sang pemberi amanah, Allah Swt. Dengan kata lain, kesalehan orangtua menjadi salah satu faktor penting yang akan menentukan kesalehan buah hatinya. Inilah yang patut menjadi renungan setiap orangtua.
Pendidikan seorang anak untuk menjadikannya generasi yang saleh bukan dimulai ketika anak sudah mengenyam pendidikan formal. Bahkan di dalam Islam, untuk melahirkan generasi saleh, persiapannya dimulai sejak memilih istri sebagai calon ibu, yang kelak menjadi sekolah pertama dan utama bagi sang anak, tempat terbaik mencetak anak-anak saleh.
Antara ibu dan ayah harus memiliki visi misi yang sama. Sinergi dari keduanya inilah yang akan mampu menwujudkan impian-impian besar. Sebab, tanpa ada sinergi dari keduanya termasuk dalam memahami tupoksi mendidik anak, akan sulit untuk merealisasikan impian lahirnya generasi saleh.
Selain itu, orangtua harus lebih dulu melayakkan diri menjadi orangtua teladan karena orangtua ibarat cermin bagi anak-anaknya. Anak akan melakukan apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Jika orangtuanya terbiasa melakukan amal saleh, maka anak pun akan melakukan hal serupa. Begitu juga sebaliknya, apabila orangtua mencontohkan keburukan, maka jangan salahkan anak jika melakukan keburukan yang sama.
Hal inilah yang terkadang terlupakan oleh sebagian orangtua. Sebagai contoh, anak disuruh untuk shalat berjamaah ke masjid, tetapi sang ayah sendiri tidak bergegas bersama anak untuk pergi ke masjid. Atau ibu menyuruh anak perempuannya untuk menutup aurat, tetapi sang ibu tidak melakukan hal yang sama dalam menutup aurat. Tentu hal ini akan membawa aura negatif dalam proses pendidikan anak dan akan muncul sikap tidak patuh sang anak kepada orangtuanya.
Bahkan tak jarang, orangtua memasukkan anak ke pondok pesantren karena menganggap pesantren bisa mendidiknya menjadi saleh tanpa harus berlelah-lelah mendidiknya sendiri. Sehingga muncul anggapan, pesantren atau sekolah ibarat tempat laundry, yang dapat mensalehkan anak mereka dengan cara instan. Inilah kesalahan besar yang harus dihindari. Tidak ada yang instan apalagi dalam perkara mensalehkan anak, menjadikannya hamba yang taat dan beriman kepada Rabb-Nya.
Allah Swt. memerintahkan kepada orangtua yang diberi amanah keturunan untuk berupaya mendidiknya agar menjadi orang-orang bertakwa, mengerjakan amal saleh dan senantiasa berada di jalan ketaatan dan keimanan. Allah berfirman swt,”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan anak-anak mereka itu. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan perkataan yang benar” (QS An Nisa :9)
Para ulama salaf terdahulu bersungguh-sungguh dalam ibadah, berupaya menjadi orang yang saleh, yang bertakwa dan yang taat kepada Rabb-Nya. Dengan harapan semua kebaikan tersebut juga akan mengalir kepada anak cucu mereka. Hal inilah yang patut ditiru, menanamkan pemahaman dalam diri, bahwa kesalehan anak bukanlah hadiah atau warisan yang datang begitu saja tanpa ada upaya dan pengorbanan, mulai dari dalam kandungan hingga beranjak dewasa.
Orangtua harus terus meningkatkan kualitas keimanan dan ketaatannya, sekaligus mentransfer hal yang sama kepada sang anak. Semua dilakukan bukan hanya demi kepentingan individu atau keluarga semata, tapi untuk sesuatu yang lebih besar, yaitu masa depan umat.
Karena anak saleh adalah aset umat yang kelak akan membangun kembali peradaban Islam, mengembalikan Islam ke pangkuan kaum muslim. Tugas orangtua adalah mencetak mereka menjadi generasi berkarakter Islam yang kuat, hingga layak menyandang predikat yang Allah sematkan, yaitu sebagai khairu ummah atau umat terbaik.
Oleh : Siti Rima Sarinah
0 Komentar