Citayam Fashion Week: Dampak Pembangunan Fisik yang Tidak Seiring Dengan Pembangunan Manusia


Anies di bawah pemerintahannya berusaha terus mempercantik kota Jakarta dengan membangun banyak fasilitas. Mulai dari gelanggang olahraga, LRT, MRT, termasuk trotoar sepanjang kawasan Sudirman-Thamrin. Trotoar ini mempunyai lebar 10 sampai 12 meter yang sebelumnya hanya 3 sampai 6 meter dan dibangun sepanjang Patung Pemuda di Senayan hingga Patung Kuda di Bundaran HI. Hal ini dilakukan agar jalan Sudirman-Thamrin menjadi jalan kelas dunia dan menjadi etalase ibu kota negara yang membanggakan.


Dengan trotoar yang lebar, ditambah pepohonan, shelter, lampu, juga sabuk budaya, harapannya dapat memberikan kenyamanan yang maksimal bagi para pejalan kaki. Keberadaannya sekaligus dapat menjadi ruang interaksi sosial tanpa sekat. "Akhirnya semua pergerakan orang itu harus dijawab dengan adanya akses dari kantor ke tempat-tempat kegiatan dengan berjalan kaki. Untuk itu, DKI menjawab dengan menata trotoar atau pedestrian way yang nyaman, lebar, aman," ujar Anies (Sindonews.com 11/3/2018).


Pembangunan Ruang Ketiga


Mengusung konsep ramah terhadap seluruh kalangan masyarakat atau pengguna jalan (Complete Street), trotoar di DKI dibangun. Konsep complete street ini merupakan rancangan trotoar yang memenuhi kebutuhan ruang untuk pejalan kaki, pengendara sepeda, termasuk ruang untuk transportasi umum serta fasilitas pendukungnya. Sehingga dapat diakses oleh semua usia dan kalangan.


Saat Anies berceramah di Kampus UGM beberapa waktu lalu, ia mengatakan bahwa dahulu pembangunan infrastruktur Ibu Kota difokuskan untuk kendaraan pribadi dan transportasi publik. Sementara fasilitas untuk pejalan kaki dinomor tigakan. "Trotoarnya basa-basi, yang penting kelihatan ada trotoar," ujarnya. 


Menurutnya paradigma itu harus diubah, agar pembangunan trotoar dan jalur sepeda dapat membangun ruang ketiga, tempat berkumpulnya warga. Gubernur Jakarta itu menuturkan bahwa ruang pertama adalah rumah, kemudian ruang kedua adalah tempat kerja. Ia katakan bahwa semua kota besar baik Jogjakarta maupun Jakarta mempunyai ruang ketiga.


Pengguna Trotoar Sudiman


Beberapa waktu belakangan di area Kawasan Dukuh Atas, Sudirman, ramai dengan anak muda mudi pinggiran Jakarta sekitaran Citayam juga Bojong Gede yang datang. Diketahui mereka di sana hanya duduk-duduk nongkrong. Saat Kompas TV mewawancarai, mereka mengatakan tujuannya hanya untuk menghilangkan kebosanan dan juga ajang untuk mencari pasangan.


Salah satu dari ribuan ABG di sana adalah Roy (17) asal Citayam dan Jeje (16). Mereka bukan hanya duduk-duduk atau nongkrong, namun mereka menggunakan waktu, tempat dan situasi untuk membuat konten tiktok, menunggu endorse dalam rangka membiayai hidup mereka. Belakangan justru mereka menjadi terkenal karena tiktoknya viral dan diminta oleh beberapa influencer untuk berkolaborasi dalam akun Youtube nya.


Tidak sampai disana, ternyata Roy dan Jeje adalah siswa putus sekolah sejak kelas 3 SMP. Bukan hanya mereka, ada Tikoy (14) dan Ella (14) yang juga datang dengan fashion ala street style. Ternyata belum lama juga sudah putus sekolah karena tidak mampu membayar biayanya.  


Tanggapan Penguasa 


Menanggapi viralnya fenomena yang kemudian diberi nama Citayam Fashion Week ini, Anies justru bersyukur, karena Kawasan Sudirman menjadi ramai dikunjungi banyak orang. Hal itulah yang ia katakan sebagai keberhasilan yang ia bayangkan sejak lama. "Alhamdulilah sekarang kawasan itu menjadi kawasan di mana orang datang orang menikmati suasananya, menikmati gedung tingginya. Jadi ini sebuah hasil yang kita dulu sempat bayangkan,"ujarnya (Merdeka.com 10/7/2022).


Anies menyatakan bahwa siapa saja berhak datang ke kawasan Sudirman, bukan hanya yang bergaya begini dan yang begitu tidak boleh. Selain itu Ia juga berpesan untuk menjaga kebersihan dan ketertiban.  


Tidak hanya dari sang Gubernur, Menparekraf, Sandiaga Uno justru berencana menawarkan beasiswa bagi mereka. Sandi berpikir bahwa para ABG tersebut berpotensi menjadi agen promosi wisata dalam kota ataupun nasional. Oleh karenanya beasiswa yang ditawarkan adalah Sekolah Tinggi Pariwisata yang terdapat di Bandung.


Sandi menyatakan bahwa hal tersebut merupakan demokratisasi dari gaya hidup milenial dan generasi Z. Mereka berupaya menampilkan produk fashion dari daerahnya tapi tidak membebani daerah itu dengan kegiatan negatif.

   

Ahmad Riza Patria selaku wakil pun senada dengan Anies, bahwa ia senang dan bersyukur bila para ABG dari daerah penyangga Jakarta bermain di Dukuh Atas, karena berkunjung ke Jakarta menggunakan kereta merupakan hal yang baik, ujarnya.


Adakah yang Janggal?


Banyak tanggapan penguasa justru terkonsentrasi dari fashion yang mereka kenakan, kepemilikan ruang publik yang ada, atau dari terciptanya subkultur baru. Apakah para panguasa tidak memperhatikan, banyak dari mereka yang putus sekolah dan justru mencari peruntungan melalui media sosial?


Generasi muda yang menjadi tumpuan harapan negara, seharusnya jangan dibiarkan untuk berpikir instan. Mereka perlu didorong untuk melawan kemalasan dan menggunakan waktu luang untuk belajar lebih giat juga taat pada syariat, bukan yang bebas tanpa batas.  


Pembangunan kota yang mewah, geliat perekonomian yang jauh berbeda dari daerah penyangganya, memang seakan membuat silau. Namun di balik itu semua ternyata pembangunan manusianya tidak sejalan dengan pembanguna fisik. Itulah yang dikatakan dengan syndrome Chicago, akibat dari pembangunan bervisi dunia berasaskan sekularisme. 


Padahal pembangunan sebuah kota harus seiring dengan pembangunan manusianya. Menurut Fika Komara, ahli Geopolitik dan Geostrategis menyatakan bahwa pembangunan manusia dalam Islam harus beberapa tingkat lebih tinggi dari pada membangun manusia yang hanya bisa memenuhi kebutuhan dasarnya saja. 


Seperti pada saat Rasulullah membangun manusia (human development) dari hanya manusia biasa menjadi manusia yang mempunyai kepribadian khusus. Manusia yang berhasil membebaskan diri dari belenggu jahiliyah, menjadi manusia pengemban risalah, visioner, mampu menghubungkan alam fisik dan metafisik atau dunia dan akhirat. 


Bila kesejahteraan yang diukur dengan kacamata barat hanya mempertimbangkan materi saja, maka dalam Islam jauh berbeda. Kesejahteraan manusia dalam Islam minimal terpenuhi lima kemaslahatan pokok. Keselamatan pokok agama (rukun iman dan rukun Islam), jiwa, akal yang sehat, keturunan yang baik, kemudian jaminan keselamatan kepemilikan harta kekayaan, yang kelimanya masuk ke dalam kebutuhan primer. 


Sehingga bisa dikatakan dalam sistem hidup kapitalis, pembangunan manusia seutuhnya tidak ada. Karena fokus pembangunannya adalah materi/fisik dan bukan pada manusianya. Hal ini telah terbukti di negara-negara maju seperti Amerika. Dalam rangka membangun manusia pun butuh kekuatan negara, dimana negara yang mengaturnya mempunyai visi yang sama, yaitu negara yang berlandasakan syariat. 

Wallahualam


Penulis: Ruruh Hapsari

Posting Komentar

0 Komentar