Akhir Juni 2022 lalu, Jokowi mengadakan perjalanan ke Jerman untuk menghadiri pertemuan KTT G7 sekaligus mengadakan lawatan ke Ukraina dan Rusia. Walaupun kondisi sedang panas, namun Jokowi tetap nekat mengunjungi kedua negeri tersebut yang konon dengan membawa misi. Para pengamat mempunyai beberapa analisis tentang perjalanan presiden kali ini.
Pertama, sebagai tuan rumah KTT G20 seharusnya Indonesia memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan acara kenegaraan tersebut dengan sukses. Sebagaimana tema yang diusung G20 tahun ini ‘Recover Together, Recover Stonger’, maka tidak akan berjalan dengan baik bila banyak anggotanya yang membiokot acara.
Keanggotaan KTT G20 pada awalnya memang banyak yang menyuarakan agar pelaksanaan KTT kali ini tidak menyertakan Rusia. Diketahui memang perseteruan Ukraina dengan Rusia tidak terlepas dari campur tangan Barat. Seperti yang dikatakan Direktur Paramadina Graduate School of Diplomacy, Shiska Prabawaningtyas, "Ini menjadi konsen Presiden Jokowi, agar mandat ini tetap berjalan sukses," ujarnya (Republika.co.id 4/7/2022).
Kedua, dilansir Detik.com bahwa lawatan Jokowi ke Ukraina dan Rusia kali ini membawa misi perdamaian agar mereka segera menghentikan perang (27/6/2022). Pada saat yang sama sebenarnya banyak yang menyangsikan keberhasilan misi ini. Karena sebelumnya upaya yang sama telah dilakukan oleh Prancis, Jerman juga Polandia, namun tidak membuahkan hasil.
Sementara itu, analisis dari pengamat geopolitik dan geostrategis dunia menyatakan, perdamaian Ukraina dan Rusia tergantung dari kesepakatan antara Rusia dan dunia Barat. Sehingga sangat sulit dibayangkan apa yang akan Indonesia tawarkan agar mereka tidak lagi baku hantam.
Pada kenyataannya setelah Jokowi bertolak kembali ke tanah air, Rusia dan Ukraina kembali berperang. Tepat di hari ke 130 peperangan mereka, Rusia menguasai Luhansk, Ukraina Timur, setelah merebut kota Lysychansk. Dari sini kemudian banyak pihak yang mempertanyakan keberhasilan diplomasi Jokowi dalam misi perdamaian tersebut.
Ketiga, viral diberitakan bahwa Jokowi menyebut dirinya telah menyampaikan pesan dari Zelenskyy kepada Putin. Namun Ukraina membantah hal tersebut. Sekretaris Pers Kantor Presiden Ukraina Serhii Nikiforov mengatakan jika Zelenskyy ingin menyampaikan sesuatu pada Putin, maka akan dilakukan secara terbuka dalam pidato hariannya. (viva.co.id, 04/07/2022). Kejadian ini langsung mendapat reaksi dari waganet hingga tagar Jokowi Bikin Malu menjadi trending topic di media sosial twitter pada 04 Juli 2022.
Serhii juga mengatakan, fokus pembicaraan antara Jokowi dan Zelenskyy adalah terkait impor. Mereka tidak bebicara terkait solusi perdamaian. (Populis.id, 4/7/2022). Diketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu importir gandum terbesar dari Ukraina dan blokade pelabuhan Ukraina menjadi fokus pembicaraan antara kedua pemimpin negara tersebut.
Hal yang sama dinyatakan oleh mantan Duta Besar Australia untuk Meksiko dan Karibia, David Engel. Dalam The Strategis ia menulis, “Semakin lama perang dan gangguan yang dihasilkan dalam ekspor gandum dan minyak bunga matahari Ukraina bertahan, semakin tinggi risiko lonjakan harga pangan, yang secara historis telah memicu kerusuhan politik di nusantara.”
David melihat bahwa peperangan Ukraina dan Rusia mengganggu jalannya impor pangan ke Indonesia. Untuk mengatasi gangguan itulah Jokowi menuju daerah konflik. Kemudian Ia menyatakan, Jokowi melakukan kunjungan agar rakyat lebih yakin dan percaya.
“(Dia) pergi ke ibu kota sumber impor itu dan sarang orang yang memblokirnya, dia setidaknya dapat memberi tahu warganya bahwa dia telah melakukan segala daya untuk meringankan beban mereka,” ujar David. Sehingga ia menilai bahwa kunjungan Jokowi ini adalah hanya sekedar memenuhi pasokan mie instan karena Indonesia sangat bergantung dengan impor gandum dari Ukraina.
Ia menutup tulisannya dengan perkataan “Oleh karena itu, bagi sebagian orang, misi Widodo ke Moskow mungkin akan memunculkan kenangan tentang idealisme Hatta saat ia membentuk identitas baru yang mengagumkan untuk sebuah bangsa dan rakyat yang sampai sekarang menjadi korban kolonialisme Barat selama ketegangan Perang Dingin. Tetapi bagi yang lain, ini setidaknya tentang mie,” tutup David Engel.
Terbukti saat pertemuan dengan Jokowi, Zelenskyy menyatakan bahwa ia mengundang pengusaha Indonesia untuk berpartisipasi dalam rekonstruksi Ukraina pasca perang. Jokowi menyampaikan bahwa semua usaha harus dilakukan agar Ukraina dapat kembali melakukan ekspor pangan.
Dalam kesempatan lain Jokowi pernah mengatakan, ada beberapa pengusaha yang diuntungkan di tengah situasi perekonomian dunia yang sedang sulit ditambah terjadinya konflik Ukraina dan Rusia. Diantaranya adalah pengusaha minyak, batubara termasuk gandum (MSN.com 10/6/2022).
Jadi apakah lawatan Jokowi yang terbilang nekat di tengah kecamuk perang yang bisa saja membahayakan nyawanya murni demi rakyat atau hanya untuk melancarakan bisnis para pemodal? Sementara itu, seberapa besar pengorbanan Jokowi sebagai kepala negara dalam mengatasi kesulitan rakyat kecil, mulai dari menghadapi efek pandemi yang belum juga berakhir, hingga persoalan harga barang pokok, listrik, BBM dan kebutuhan lain yang terus merangkak naik?
Sesungguhnya ia dipilih sebagai penguasa para konglomerat ataukah seluruh rakyat? Melihat sikapnya yang sangat berbeda pada dua golongan ini. Rakyat terus berusaha melawan sakit saat kondisi terhimpit, berjuang mengais peruntungan saat bantuan tak kunjung datang. Kemana rakyat harus mengadu?
Keputusan ala kapitalis yang memberatkan sang empunya modal membuat rakyat menjerit. Sikap pemimpin seperti itu justru jauh sekali dari kata adil. Rasulullah Saw. bersabda, ”Sesungguhnya pemimpin/imam adalah laksana perisai, tempat orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.” (HR Muslim).
Seharusnya pemimpin adalah tempat rakyat mengadu tentang segala urusan rakyat, tentang hak mereka yang hilang atau dihilangkan oleh pihak lain. Tugas pemimpin adalah menjamin kebutuhan rakyat terpenuhi dengan menggunakan aturan syariat Islam sebagai satu-satunya landasan. Hal ini karena Islam bukan sekedar agama ritual yang mengatur ibadah dalam ranah privat saja. Lebih luas lagi Islam mengatur ranah umum, termasuk tentang bagaimana menjalankan sebuah negara.
Wallahualam.
Penulis: Ruruh Hapsari
0 Komentar