Dunia emak Bogor sedang tak baik-baik saja. Harga bahan pangan di Bogor (hampir) naik semua. Harga cabai, sayuran kol, wortel, bawang merah, beras, daging, ayam, telur, dsb kompak loncat harga. Sebagai contoh harga bawang merah yang awalnya 70 ribu per Kg melonjak menjadi 80 ribu per Kg. (www.radarbogor.id)
Otomatis konsumen mengeluh. Harga pangan mahal memaksa mereka untuk mengurangi pembelian. Seperti diakui Nasrih kepada radarbogor.id bahwa ia awalnya biasa membeli ayam 1 Kg ayam, sekarang hanya mampu beli ½ Kg. Beban hidup masyarakat kian hari kian berat saja.
Inflasi dan Kelangkaan
Melambungnya harga berbagai komoditas pangan menandakan terjadi inflasi dalam perekonomian. Menurut data dari BPS pada Juni 2022 indeks harga konsumen (IHK) Kota Bogor mengalami kenaikan IHK dari 112,35 di bulan Mei 2022 menjadi 113,19 di bulan Juni 2022 (2018=100), dengan demikian terjadi inflasi sebesar 0,75 persen. Laju inflasi tahun kalender “year to date” (Juni 2022 terhadap Desember 2021) Kota Bogor sebesar 3,66 persen dan laju inflasi dari tahun ke tahun “year on year” (Juni 2022 terhadap Juni 2021) Kota Bogor tercatat sebesar 4,66 persen.
Sementara untuk Indonesia secara nasional Terjadi peningkatan indeks harga konsumen (IHK) dari 110,42 pada Mei 2022 menjadi 111,09 persen pada Juni 2022. Sehingga tingkat inflasi pada bulan Juni tercatat 3,19 persen dan 4,35 persen (yoy). Adapun penyumbang inflasi juni berasal dari komoditas cabai merah, cabai rawit, bawang merah dan telur ayam ras. (www.liputan6.com)
Menurut Kepala BPS, Margo Yuwono, dalam laman daring yang sama penyebab timbulnya inflasi adalah cuaca yang terjadi di wilayah Indonesia. Tingkat curah hujan yang tinggi mengakibatkan gagal panen beberapa komoditas pangan. Selain itu, kenaikan harga pangan global juga ikut andil menaikan harga pangan di tanah air. "Indeks perdagangan harga global pada komoditas energi mengalami kenaikan dana pangan kalau dari grafik cenderung stabil (namun tetap tinggi)," katanya.
Gagal panen otomatis akan berpengaruh pada kelangkaan suplai komoditas pangan. Alamiahnya mekanisme pasar, jika suplai berkurang maka harga akan naik. Kenaikan harga ini menghantarkan pada apa yang disebut inflasi.
Harga-harga pangan global yang naik pun salah satunya karena kelangkaan suplai. Menurut Gubernur BI, Perry Warjiyo, salah satu penyebab inflasi global adalah ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina yang berbuah sanksi embargo produk pangan dan energi dari kedua negara. Pengenaan sanksi ini menyebabkan gangguan pasokan energi dan pangan global serta gangguan mata rantai pasokan global. (www.m.merdeka.com) Banyak negara yang tergantung pada pasokan pangan dan energi dari kedua negara tersebut, termasuk Indonesia.
Baru-baru ini memang ada upaya untuk keluar dari inflasi. Salah satunya dengan menandatangani dokumen Black Sea Initiative (Orang Turki Erdogan Initiative) di Istanbul, Turki. Dokumen kesepakatan antara Ukraina yang diwakili Menteri Infrastruktur, Oleksandr Khubarov, dan Rusia yang diwakili Menteri Pertahanan, Sergei Shoigu dikabarkan membuat harga gandum turun sebesar 5%. Dan, akan ada 20 juta ton gandum Ukraina masuk ke pasar dunia. Harga minyak goreng juga akan turun lagi. Stok minyak goreng dari Ukraina akan dilepas. Yakni minyak goreng bunga matahari. (www.nomorsatukaltim.com)
Hanya saja bukan berarti serta merta permasalahan pangan Indonesia atau Bogor akan selesai dengan adanya inisiatif itu. Permasalahan pangan di Indonesia akan senantiasa dalam kondisi tidak aman jika fundamental ketahanan pangan masih belum dibenahi. Yaitu pembenahan sektor pertanian yang tahan cuaca serta ketergantungan terhadap impor masih tinggi.
Komoditas pangan yang diimpor oleh Indonesia terdiri dari berbagai jenis daging, susu, kopi, teh, hingga bahan pangan seperti cabai, bawang putih, lada, kedelai. Sebagai contoh nilai impor cabai sebesar US$ 59,47 juta dengan volume sebanyak 27.851,98 ton. Bawang putih nilai impornya mencapai US$ 196,21 juta dengan volume impor sebanyak 181.106,24 ton. (www.cnbcindonesia.com) Dalam hal ini, terbukti bahwa Indonesia belum memiliki kemandirian pangan.
Wujudkan Kemandirian
Ketika kita ingin membangun ketahanan pangan yang mandiri dan berdaulat tidak bisa dilepaskan dari sebuah pemikiran yang memancarkan sistem kehidupan atau kita bisa sebut dengan istilah ideologi. Ideologi ini akan menjadi landasan dan kepemimpinan bagi suatu kaum ketika mengurusi berbagai macam urusan umat.
Ideologi yang bisa melepaskan umat dari penghambaan pada manusia hanyalah ideologi Islam. Jika, umat tidak mengemban ideologi, maka ia akan tertarik pada kutub negara pengemban ideologi lain. Maka, jadilah ia negara pengekor yang urusan dalam dan luar negerinya dikendalikan oleh negara patronnya. Tak akan terwujud kemandirian dan kedaulatan.
Berbicara ketahanan pangan ideologi Islam sebagai sebuah sistem hidup mempunyai seperangkat aturannya. Secara paradigma, Islam menggariskan bahwa negara adalah pelayan dan penjamin seluruh urusan rakyat, termasuk tersedianya pangan dan kemudahan untuk mendapatkannya. Karena pangan merupakan kebutuhan pokok manusia. Tiap-tiap individu harus dijamin bisa mendapatkan dan memanfaatkannya.
Oleh karena itu negara perlu menata fundamental ketahanan pangan dengan memberlakukan sistem ekonomi Islam. Lalu, menata sektor pertanian dengan langkah-langkah strategis yang ditetapkan Islam. Dalam hal ini, Islam mempunyai solusi jangka panjang dan jangka pendek.
Solusi jangka panjang bisa ditempuh dengan melakukan dua hal berikut, pertama kebijakan di sektor hulu yaitu untuk meningkatkan produksi pertanian dengan jalan intensifikasi dan ekstensifikasi lahan.
Intensifikasi pertanian ditempuh dengan meningkatkan sarana dan prasarana pertanian. Seperti ditemukannya teknologi penunjang sektor pertanian, penelitian benih, tanaman, dan hewan, pemupukan, dll. Semua itu difasilitasi oleh negara. Bahkan negara bisa membangun diwan atho (biro subsidi) di baitulmal untuk program ini.
Sementara, ekstensifikasi pertanian ditempuh dengan menambah luas lahan pertanian. Dalam Islam hal ini bisa dilakukan dengan menghidupkan tanah mati hingga jadi lahan produktif. Negara juga bisa melakukan kebijakan i'tho, yaitu memberikan tanah yang dimiliki negara kepada warga yang bisa mengolahnya.
Keterbatasan lahan pun bisa diatasi dengan membuka lahan baru. Seperti, mengeringkan rawa dan merekayasanya menjadi lahan pertanian lalu diberikan kepada siapa saja yang mampu mengelola sebagaimana dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khaththab.
Selain itu, negara akan melindungi terjadinya konversi lahan pertanian menjadi perumahan yang biasa terjadi di Indonesia. Hukum Islam pun mengamanahkan kepada negara agar menjaga agar lahan tidur tidak menjamur. Lahan tidur adalah lahan yang dimiliki tanpa dikelola. Karena dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Rasulullah saw bersabda, “Siapa saja yang memiliki sebidang tanah, hendaklah dia menanaminya, atau memberikannya pada saudaranya.
Apabila dia menelantarkannya, hendaklah diambil darinya.” Lahan-lahan yang tidur selama 3 tahun akan diambil oleh negara lalu diberikan kepada rakyat yang mau mengelolanya. Jadi semua potensi akan optimal guna mendukung kemandirian dan ketahanan pangan negara.
Sedangkan solusi jangka pendek bisa ditempuh dengan dua hal. Pertama, memastikan mekanisme pasar bisa berjalan dengan baik dan sehat. Untuk merealisasikan hal ini, kuncinya adalah penegakkan hukum Islam dalam produksi, distribusi, transaksi, perdagangan. Selain itu menghilangkan praktik-praktik yang akan menimbulkan distorsi pasar seperti penimbunan, pematokan harga, penipuan harga, dan menyediakan database yang sufficient bagi stok dan perkembangan harga. Guna menjaga terlaksananya semua hukum ini, Islam mengamanahkannya kepada qadhi hisbah (hakim ketertiban publik).
Kedua, menjaga keseimbangan suplai dan permintaan. Untuk menjaga suplai, negara wajib mencurahkan segenap tenaga agar bisa memproduksi mandiri bahan pangan yang dibutuhkan oleh rakyat. Jika antar daerah di bawah kekuasaan khilafah terjadi fluktuasi harga karena berkurangnya suplai, maka ada lembaga semacam Bulog yang akan menyeimbangkannya dengan mendatangkan suplai dari daerah lain. Jika tetap tidak mencukupi maka diperbolehkan impor dari negara lain. Tapi bukan menjadi tumpuan utama seperti yang terjadi saat ini.
Inilah solusi yang Islam berikan untuk kenaikan harga pangan. Solusi sempurna yang dari Allah Sang Maha Segalanya. Insyaallah, solusi ini akan segera hidup di tengah-tengah umat. Seiring dengan makin mengkristalnya pemikiran umat bahwa hanya dengan Islam kesejahteraan akan terwujud. Allahuakbar!
Oleh Rini Sarah
0 Komentar