Sekularisasi kian masif di Arab Saudi. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya syariat Islam yang dilanggar. Mulai masalah perwalian, pergaulan yang campur baur, kelonggaran melepas hijab hingga pemberdayaan perempuan di ranah publik. Longgarnya aturan perwalian membuat perempuan Arab bebas memperoleh paspor dan bepergian ke luar negeri tanpa izin kerabat laki-laki.
Menarik lebih banyak perempuan untuk bekerja adalah komponen utama dari rencana reformasi Visi 2030 Pangeran Mohammed bin Salman untuk membuat Arab Saudi tidak terlalu bergantung pada minyak.(okezonenews.com, 28/06/2022).
Wanita Arab Saudi beramai-ramai memotong rambut panjang mereka menjadi sangat pendek. Tren rambut pendek ini mulai terlihat pada wanita-wanita di jalanan ibu kota Riyadh, terutama setelah wanita Saudi tidak lagi diwajibkan mengenakan hijab di tempat umum. (detik.com, 24/06/2022).
Dikutip dari CNBC Indonesia, 22/10/2021, saat ini para perempuan di Arab Saudi dapat mengenakan bikini saat mengunjungi pantai, terutama di dekat wilayah Kota Jeddah. Perempuan dan laki-laki juga dapat menikmati deburan ombak bersama-sama, tanpa adanya pemisah. Arab Saudi yang terkenal sangat konservatif kini berangsur-angsur lebih modern dan terbuka.
Pengurangan beberapa struktur sosial yang ketat terjadi berkat modernisasi dan adanya kebebasan berpendapat.
Betapa miris, negeri Arab yang menjadi kiblat umat muslim sedunia, terus dihantam dengan pemikiran rusak yang bernama sekularisme. Di bawah Raja Salman, kehidupan di Arab tak ubahnya dengan kehidupan di Barat yang serba bebas, kian jauh dari nilai-nilai Islam.
Hal ini tidak terjadi tiba-tiba. Barat memang sengaja terus menerus menggencarkan serangan, meracuni pemikiran negeri-negeri muslim dengan tujuan untuk menghambat kebangkitan Islam. Termasuk salah satunya dengan melemahkan kaum wanitanya. Sebagaimana yang terjadi di Arab, muslimahnya tak lagi malu memperlihatkan aurat di tempat umum. Campur baur dengan lawan jenis bukan hal yang tabu atau asing. Keluar rumah tanpa mahram dan masuk tempat-tempat maksiat pun tidak lagi malu. Kehormatan wanita Arab yang dulu sangat kental memegang syariat, kini kian merosot dan terhinakan.
Disadari atau tidak, inilah bukti Barat melalui tangan penguasa muslim pengagum liberalisme berhasil membuat negeri-negeri muslim bertekuk lutut, mengikuti titah mereka. Bahkan, ajaran Islam diopinikan sebagai rantai kuat penghambat kebebasan, sehingga harus dilawan. Melalui sistem demokrasi sekularisme, Barat membius umat muslim untuk sedikit demi sedikit memisahkan agama dari kehidupan, perlahan namun pasti aturan Allah mulai ditinggalkan. Prinsip liberalisme yang lahir dari sekulerisme, menjadi payung mereka untuk bebas dalam bertingkah laku dan atau berekspresi. Kebebasan menjadi semakin masif karena didukung oleh sistem atau negara.
Kondisi yang berbanding terbalik dengan Islam karena Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Tujuannya tiada lain agar manusia semakin mendekat kepada Allah dan semakin beradab. Ketika manusia tidak mau tunduk kepada aturan Allah sudah bisa dipastikan akan mengalami kehancuran, tak terkecuali kaum wanitanya.
Di dalam Islam wanita begitu dihargai, dimuliakan, dijaga kehormatannya dengan kewajiban menutup aurat. Selain itu, penanaman rasa malu yang didasari keimanan akan membuat kaum wanita semakin terjaga dari perilaku yang melampaui batas.
Terbukanya aurat seorang wanita sesungguhnya telah mengundang fitnah yang akan membawanya pada jurang kehinaan. Aturan menutup aurat telah jelas disampaikan dalam Alquran, yaitu dengan kerudung (khimar) dan jilbab (pakaian terusan yang longgar) yang dikenakan saat keluar rumah atau di rumahnya ketika ada laki-laki bukan mahram. Ketika seorang wanita muslimah ke luar rumah tidak menutup aurat sama saja dengan menghilangkan identitasnya sebagai seorang muslim dan tidak ada lagi kemuliaan dalam dirinya.
Allah berfirman "Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu.” (T.Q.S. Al Ahzab ayat 59). "Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat.” (T.Q.S. An Nuur ayat 31).
Jika telah hilang rasa malu dalam diri seorang muslim, maka ini adalah awal dari kehancuran karena rasa malu ibarat mahkota kemuliaan. Bahkan sebuah hadis disebutkan “malu adalah bagian dari Iman”. Rasa malu dikemukakan dalam beberapa hadits. Hadist pertama adalah hadis riwayat Al Hakim pada Mustadroknya 1/73. Al Hakim. Menjaga malu sebagaimana menjaga iman. Malu ketika melanggar aturan Allah, malu ketika melakukan perbuatan yang justru di larang Allah. Semua dilandasai kesadaran bahwa tidak ada yang terlewat dari pengawasan Allah.
Oleh karena itu, tidak ada jalan lain kecuali segera meninggalkan racun sekularisme yang memang sengaja disuntikkan Barat untuk melemahkan kaum muslim, menjauhkan umat dari Islam yang menyeluruh. Kemudian kembali kepada sistem Islam yang kafah (menyeluruh) yang akan mengembalikan wanita menjadi terjaga, mulia dan terhormat, baik di dunia maupun akhirat.
Wallahualam bissawab.
Oleh Heni Ummu Faiz
0 Komentar