Ketika Lampu Hidayah Mati Kemana Mencari Solusi



Apa yang dirasakan ketika rumah tidak ada cahaya? Atau saat mati lampu? Tentu gelap dan akan kesulitan untuk melangkah karena takut menabrak atau menginjak sesuatu. Ketika di tengah jalan pun sama, akan muncul rasa khawatir atau takut salah arah, belum lagi jika harus merasakan sakit karena kaki tersandung batu atau terperosok ke dalam lubang. Dalam kondisi seperti ini, tentu yang paling dibutuhkan adalah cahaya, entah lilin, lampu senter, atau obor, yang dapat menerangi jalan, hingga bisa melangkah dengan pasti dan lebih berhati-hati karena semua terlihat dengan jelas.

Namun bagaimana jika seseorang terjebak dalam kegelapan hidup, dalam artian jauh dari hidayah atau petunjuk agama? Manusia terjebak pada kehidupan yang serba bebas, seolah semua boleh berjalan sekehendak hati, jauh dari taat kepada aturan Allah Swt. Termasuk ketika menghadapi ujian atau cobaan hidup pun, bukan malah membuatnya takut dan kembali kepada Allah, tapi justru semakin jauh meninggalkan Allah dan aturan-Nya. Hati seperti ini adalah hati yang tengah diliputi kegelapan, dimana kadar keimanannya semakin rapuh dan terkikis.

Hari ini sebagian umat disadari atau tidak, sedikit atau banyak terpengaruh sifat individualistis dan gaya hidup hedonis ala Barat. Hidupnya hanya untuk memikirkan diri sendiri, ajang pamer kekayaan menjadi tren, budaya malu kian tergerus dan penyakit wah’n atau cinta dunia seolah menjadi pandemi karena merata menjangkiti banyak kalangan.

Jika terus dibiarkan, umat akan semakin jauh tersesat, kian jauh dari nilai-nilai Islam. Umat akan terus terjebak dalam gemerlapnya dunia Barat yang sejatinya menjerumuskan umat ke dalam jurang kegelapan karena semakin jauh dari cahaya Islam. Maka, untuk mengembalikan umat kepada cahaya, tidak lain adalah dengan memurnikan kembali aqidah umat, mengingatkan kembali tentang makna iman dan takwa yang sesungguhnya.

Memurnikan akidah umat yang hari ini telah tercampur dengan pemikiran-pemikiran asing adalah dengan mengisinya dengan ilmu dan tsaqofah Islam secara terus menerus. Ilmu dan tsaqofah Islam inilah cahaya hidayah yang akan menerangi pemikiran umat, mengeluarkannya dari jalan hidup yang gelap tadi.

Begitu pentingnya posisi ilmu di dalam Islam, menuntut ilmu dalam hal ini ilmu agama hukumnya wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Allah berfirman dalam QS Al Alaq 1-5: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhamu yang menciptakan (1). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia (3). Yang (mengajar) manusia dengan pena (4). Dia mengajarkan manusia apa yang tidak di ketahuinya (5).”
Dalil ini memberi petunjuk kepada manusia untuk mencari ilmu. Tanpa ilmu tentang bagaimana mengenal Allah Swt., maka hidayah akan sulit masuk. Tanpa ilmu, siapapun akan terombang-ambing dalam keraguan bahkan akan mudah terbawa arus, mengikuti pemikiran asing yang menyesatkan, diantaranya virus sekularisme, liberalisme, kapitalisme yang hari ini sukses mengotori pemikiran umat hingga pikiran dan hatinya tertutup dari cahaya hidayah Allah.

Oleh karena itu jika ingin cahaya hidayah itu hadir dan terus bersinar, teruslah mendekat pada Allah dan Rasul-Nya dengan mengkaji ilmu dalam hal ini tsaqofah Islam. Ilmu akan membentuk pemahaman, kemudian dari pemahaman akan memunculkan kecenderungan, dari kecenderungan ini akhirnya akan mempengaruhi perilaku. Ketika sudah memiliki ilmu atau pemahaman yang dilandasi dengan iman dan takwa, akan ada dorongan kuat untuk mengamalkannya. Bagaimana mungkin seseorang dapat beramal dengan benar, sedangkan ilmunya saja tidak tahu atau tidak paham.

Namun memahami ilmu saja belumlah cukup untuk bisa menjaga diri tetap istiqomah, langkah selanjutnya adalah dibutuhkan komunitas atau jamaah yang punya ilmu dan pemahaman yang sama, visi misi yang satu, yaitu kembali kepada Islam, yang akan saling mengingatkan dan mendukung satu sama lain dalam kebaikan dan ketaatan. Berkumpul dalam jamaah adalah salah satu upaya agar lentera hidayah tersebut terus menyala.

Tak lupa terus berdoa kepada Allah Swt. agar cahaya hidayah tetap terjaga. “Rabbana la tuzigh qulubana ba'da idz hadaitana wahablana minladunka rahmatan innaka antal wahhab”. “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau palingkan hati kami dari Islam setelah Engkau beri hidayah kepada kami. Limpahkanlah keimanan kepada kami dari sisi-Mu. Engkau Maha Pemberi rahmat kepada orang-orang mukmin.” (TQS Ali Imran ayat 8 ).

Wallahualam bissawab.


Penulis: Heniummufaiz - Ibu Pemerhati Umat

Posting Komentar

0 Komentar