Permasalahan sampah masih menjadi PR besar bagi pemerintah kota (pemkot) Bogor. Permasalahan ini apabila tidak diatasi dengan baik akan memicu munculnya bibit penyakit, juga berdampak pada lingkungan. Berbagai upaya dan kebijakan telah dilakukan untuk keluar dari kemelut masalah sampah yang berkepanjangan, agar dapat menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemkot Bogor adalah menghimbau kepada masyarakat untuk tidak menggunakan kantong plastik dalam penyaluran daging kurban pada hari raya Idul Adha 1443 H. Kantong plastik diganti dengan menggunakan daun atau besek sebagai alternatif. Upaya ini sebagai bentuk dukungan pemkot pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dilakukan agar tidak menimbulkan dampak lingkungan karena bahan yang sulit terurai.
Pemkot pun telah menerbitkan Perwali No 61 Tahun 2018 tentang pengurangan kantong plastik di pusat-pusat perbelanjaan dan toko ritel modern. Juga membuat surat imbauan untuk kurban tanpa kantong plastik pada tahun 2019. Di surat itu, Walikota meminta seluruh panitia kurban agar menjaga dan mengendalikan lingkungan di tempat penampungan, penjualan dan pemotongan hewan kurban dengan menggunakan pembungkus yang berbahan ramah lingkungan. (Merdeka.com, 6/07/2022)
Imbauan untuk tidak menggunakan kantong plastik sebagai wadah untuk menyalurkan hewan kurban, banyak diabaikan oleh masyarakat. Pasalnya, kantong plastik lebih mudah untuk diperoleh dan didapatkan serta harganya yang murah. Masalah sampah memang menjadi masalah besar yang dihadapi Indonesia termasuk Kota Bogor. Namun sayangnya, apabila upaya ini dilakukan hanya berupa imbauan kepada masyarakat, tentu tidak akan memberi pengaruh sedikit pun.
Menghadapi masalah sampah tidak cukup hanya dengan imbauan atau sekadar aturan semata, yang besar kemungkinan akan dilanggar oleh masyarakat. Banyak faktor yang menjadi pemicu mengapa persoalan sampah bak gunung es yang sangat sulit untuk diselesaikan. Walaupun Pemkot telah memberi pilihan alternatif sebagai pengganti kantong plastik, namun Pemkot tidak menyediakan bahan alternatif pengganti kantong plastik secara murah atau bahkan gratis.
Kantong plastik masih tetap akan digunakan oleh masyarakat selama masih ada yang memproduksi dan menjualnya. Sehingga untuk meniadakan penggunakan kantong plastik, seharusnya sudah tidak ada lagi yang memproduksi dan menjual kantong plastik. Dan pemerintah menyediakan pengganti kantong plastik yang mudah untuk didapatkan, juga harganya terjangkau oleh masyarakat alias murah, atau bahkan gratis.
Persoalan sampah bukan hanya dikarenakan penggunaan kantong plastik semata, melainkan kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Juga terkait minimnya teknologi untuk mengelola sampah dan ketiadaan lahan yang akan digunakan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA). Hal inilah yang menjadi persoalan utamanya. Sampah plastik bukan hanya dihasilkan dari kantong plastik yang digunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari, tetapi masih banyak barang kemasan yang juga menggunakan bahan plastik.
Disinilah diperlukan peran pemerintah. Selain mengedukasi dan menyadarkan masyarakat akan hidup bersih dan sehat, juga menyediakan tempat sampah di sekitar pemukiman masyarakat dan menyediakan alat transportasi yang akan mengangkut sampah ke TPA. TPA ini harus berupa lahan yang luas dan jauh dari pemukiman masyarakat. Pengelolaan sampah memerlukan teknologi sebagai alat yang dapat mendaur ulang sampah untuk dijadikan produk yang lainnya.
Tanpa kehadiran pemerintah untuk turun tangan menyelesaikan masalah ini, maka sampah akan terus menjadi persoalan yang tak kunjung terselesaikan. Pemerintah sebagai institusi yang berwenang seharusnya concern dengan hal-hal yang menyangkut hajat hidup masyarakatnya, termasuk dalam menciptakan lingkungan yang bersih bagi masyarakat.
Namun lagi-lagi kita melihat, pemerintah yang menjadikan kapitalis sekuler sebagai asasnya, terlihat setengah hati untuk menyelesaikan masalah sampah ini. Karena sistem yang mendewakan materi, melihat segala sesuatu yang menyangkut rakyat dengan kacamata bisnis. Walhasil, lingkungan yang bersih dan sehat pun menjadi barang mewah nan mahal yang hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang yang berkantong tebal.
Fakta di atas sangat bertolak belakang dengan sistem yang berasal dari sang pencipta manusia, alam semesta dan kehidupan, yakni sistem khilafah. Dalam sistem khilafah, lingkungan yang bersih dan sehat sangat erat kaitannya dengan kesehatan rakyat. Dan menjadi bagian dari kosekuensi keimanan bagi setiap individu muslim. Rasulullah saw. bersabda, ”Kebersihan itu sebagian dari iman” (HR Muslim).
Merujuk pada hadis di atas, khilafah sebagai institusi penjamin terpenuhinya semua kebutuhan rakyat, akan melakukan berbagai macam terobosan untuk menuntaskan masalah sampai ke akar-akarnya. Dengan melakukan tata kelola kota yang diatur sedemikian rupa oleh khilafah, sehingga setiap rakyat bisa menghirup udara segar dan sehat setiap hari. Selain edukasi yang diberikan kepada rakyat, sanksi pun menjadi bagian dari proses penyadaran akan pentingnya menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Salah satunya dengan membiasakan membuang sampah pada tempatnya.
Terkait pengolahan sampah, khilafah akan membangun fasilitas pengolahan sampah antara (FPSA). FPSA adalah salah satu strategi penanganan sampah dengan penerapan teknologi penanganan sampah yang ramah lingkungan dan tepat guna. FPSA sudah dimanfaatkan oleh sejumlah negara, seperti Singapura, Jepang, Finlandia, China dan negara lainnya. Atau menggunakan teknologi tepat guna sederhana dengan pembakaran, teknik pengomposan, minicomposter yang digunakan untuk fermentasi sampah organik menjadi kompos.
Selain itu, khilafah bisa juga menggunakan teknologi lain seperti teknologi plasma gasifikasi dan vitrifikasi yang merupakan suatu metode efektif dalam menguraikan berbagai senyawa organik dan anorganik menjadi elemen-elemen dasar dari sebuah senyawa, sehingga dapat dipergunakan kembali dan didaur ulang. Khilafah akan terus melakukan inovasi dan terobosan baru untuk mengelola sampah dengan membuka kesempatan bagi para ahli dan ilmuwan untuk berlomba-lomba membuat teknik pengolahan sampah yang baik.
Khilafah akan memberikan berbagai fasilitas beserta dana yang dibutuhkan untuk menghasilkan teknologi canggih dalam mengatasi sampah. Semua dengan mudah teratasi, karena khilafah senantiasa hadir di tengah-tengah rakyat untuk menunaikan tupoksinya sebagai pelayan bagi rakyat. Apapun permasalahan yang dihadapi oleh rakyat akan segera diselesaikan oleh khilafah.
Inilah potret periayahan antara sistem kapitalis dengan sistem Islam. Kegagalan sistem kapitalis dalam mengurus urusan rakyat, menjadi pertanda tidak layaknya sistem ini dipertahankan di muka bumi. Penerapan sistem kapitalis hanya akan menghantarkan rakyat pada peliknya persoalan kehidupan yang tak bertepi. Dengan penerapan Islam kafah, bukan hanya masalah sampah yang bisa diatasi, melainkan masalah-masalah lain pun bisa diatasi. Hanya khilafah sebagai solusi tuntas yang telah terbukti mampu memberikan kenyamanan, kemakmuran dan keamanan hidup dalam naungan cahaya Islam. Wallahua’lam.
Penulis : Siti Rima Sarinah
0 Komentar