Pemerintah menunjuk organisasi Nahdlatul Ulama (NU) untuk mengadakan forum R20 atau Religion 20. Forum tersebut merupakan acara pelengkap atau side event dari Government 20 (G 20). (Katadata.co.id, 20/06/2022).
R20 akan mengundang para pemimpin agama berpengaruh dari berbagai belahan dunia, seperti pemimpin gereja Vatikan, Paus Fransiscus; pemimpin gereja Anglikan di Inggris, Uskup Justin Welby; Uskup Agung Konstantinopel, Patriark Bortolomew; pemimpin agama Budha Internasional, Sri Ravi Shankar; juga Syeikh Al Azhar, Syekh Ahmad Al Thayeb dan lainnya.
Masih dari katadata.co.id, tak hanya R20, NU juga berencana mengadakan sembilan rumpun besar acara, dalam rangka Peringatan Satu Abad NU. Salah satu agendanya adalah Muktamar Internasional Fiqh. Steering Committee acara tersebut, Yenny Wahid menyatakan bahwa para pemikir Fiqh dari seluruh dunia akan hadir dan berdiskusi. Diskusi akan dibawa pada konteks kekinian dan menjawab permasalah kontemporer dunia.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), K.H. Yahya Cholil Staquf juga mengatakan bahwa tujuan diselenggarakannya R20 adalah bagaimana para pemimpin agama ini bicara agar agama berhenti menjadi bagian dari masalah namun menuju pada bagian dari solusi (Republika.com 21/6/2022).
Gus Yahya melanjutkan, agama saat ini masih menjadi bagian dari beragam masalah di dunia karena ada pihak-pihak yang memperalat agama untuk mencapai tujuan mereka sehingga para pemimpin perlu melakukan pembicaraan yang jujur untuk mengatasi persoalan tersebut.
Permasalahan Kompleks Melanda
Dunia sedang menghadapi masalah berlapis-lapis yang seakan tak ada ujung pangkalnya. Mulai masalah kesehatan terutama hantaman pandemi yang seolah tiada akhir membuat dunia kalut. Keputusan-keputusan yang diambil dinilai semakin menyulitkan keadaan, mulai dari obat covid dengan hargan selangit, langkanya ventilator dan tabung oksigen, hingga mahalnya biaya obat dan rumah sakit. Wajar ketika muncul sindiran ‘orang miskin dilarang sakit’ karena ketika sakit harus pasrah saat tidak mendapatkan layanan kesehatan yang layak karena terkendala biaya.
Kemudian masalah pendidikan, kebijakannya terus berubah dan berganti mengikuti pergantian menteri. Padahal, setelah puluhan kali kebijakannya diganti toh tetap tidak berdampak pada keberhasilan dala melahirkan generasi yang lebih maju dari segala sisi, mulai dari kecerdasan, moral, adab ataupun budi pekerti. Makin hari justru semakin banyak pemuda yang mengalami mental illness (penyakit mental), yang membuat mereka tidak siap menjadi pelaku perubahan menuju ke arah yang lebih baik. Mereka mengalami rasa sedih atau khawatir yang berlebih, perubahan suasana hati yang ekstrem, gangguan tidur, halusinasi, tidak mampu menyelesaikan masalah sehari-hari, stress, perubahan kebiasaan makan dan seterusnya. Padahal harusnya pada usia itu, semua masalah tersebut dapat diselesaikan seiring dengan semakin matangnya pemahaman tentang kehidupan.
Selanjutnya, masalah penegakkan hukum semua tahu bagaimana sistem peradilan yang berlaku di negeri ini. Cenderung seperti pisau, yang tumpul ke atas namun tajam ke bawah. Masyarakat kecil kesulitan mendapat keadilan dan tak berdaya bila sudah berhadapan dengan pemerintah ataupun penegak hukum.
Sementara itu di bidang sosial, sederetan kasus terus terjadi, mulai dari penyimpangan seksual, kenakalan remaja yang kian tak masuk akal, kemiskinan yang semakin timpang, sampah yang tingginya berkali lipat dari monas, konflik kepentingan hingga politik identitas, persoalan buruh ataupun pekerja migran yang tak pernah habis dan lain-lain. Semua ini adalah masalah yang butuh solusi.
Kapitalisme Penyebab Kerusakan
Menengok kembali sejarah peradaban barat ratusan tahun lalu, saat awal mula era modern mencuat harusnya dapat dijadikan sebagai pelajaran. Dalam bukunya “The History of Western Philosophy”, Bertrand Russel menulis,’Periode historis yang umumnya disebut sebagai periode modern merupakan pandangan rasional yang dalam banyak aspek berbeda dari pandangan periode pertengahan. Dari aspek-aspek tersebut ada dua aspek yang sangat penting yaitu memudarnya otoritas gereja dan meningkatnya otoritas ilmu pengetahuan’.
Samuel Huntington dalam “The Clash of Civilization” menegaskan, salah satu ciri utama yang menjadi inti peradaban barat adalah pemisahan antara otoritas spiritual dan otoritas duniawi yang berkontribusi besar terhadap perkembangan kebebasan di barat yang terus berkembang hingga hari ini. Dari sini terlihat, barat hari ini berkembang sangat pesat dan berhasil mempengaruhi sekaligus mencengkeram dunia karena meninggalkan peran agama dalam mengatur kehidupan. Segala macam peraturan hidup di luar ibadah ritual yang mereka buat tidak disandarkan pada wahyu (agama), namun semata dari hasil rumusan akal manusia.
Padahal akal manusia sifatnya sangat terbatas, tidak mampu memperkirakan semua konsekuensi akan lahirnya persoalan baru. Seperti yang terjadi saat ini, persoalan tumpang tindih, berlapis-lapis sekan tak ada habisnya. Hal ini sesungguhnya karena aturan buatan akal manusia selamanya tidak akan mampu mengakomodir seluruh kepentingan. Maka ketika mereka mengklaim berhasil mencapai puncak peradaban, sejatinya ini adalah keberhasilan yang semu. Karena faktanya, keberhasilan itu tidak dirasakan oleh seluruh umat manusia, kecuali hanya segelintir orang-orang di lingkaran kekuasaan.
Wahyu Solusi Masalah
Benar apa yang dikatakan Gus Yahya saat memaparkan tujuan diadakan R20 bahwa agama merupakan solusi dari segala masalah. Islam yang sempurna datang bukan hanya sebagai agama namun juga menjadi jawaban terhadap segala permasalahan manusia.
Sejarah pun menulis dengan tinta emas bagaimana peradaban Islam selama ratusan tahun berhasil membawa manusia kepada kemakmuran dan kejayaan yang merata. Islam menomorsatukan penjagaan terhadap agama, akal, jiwa, keturunan juga harta. Setiap kebijakan yang dibuat tidak sembarangan karena semua disandarkan pada wahyu. Bukan hanya itu, penguasa dalam Islam memiliki rasa takut sekaligus cinta kepada Allah, hingga dalam menjalankan amanahnya sebagai pemimpin semata atas dorongan iman, bukan demi meraih kepentingan atau keuntungan dunia.
Oleh karenanya bila dalam ajang R20 semua tokoh agama dikumpulkan untuk menyelesaikan solusi segala masalah, pilihlah Islam sebagai solusi masalah itu. Bukan justru Islam menjadi obyek yang dicurangi dan terus distigma sebagai sumber masalah, karena faktanya Islamlah solusi segala masalah.
Wallahu’alam
Oleh Ruruh Hapsari
0 Komentar