Ustazah Estiningtyas: Menghina Nabi Bukan Perkara Sederhana dan Selamanya Tak Bisa Disederhanakan!


Penghinaan terhadap Rasulullah Saw, manusia paling mulia, junjungan sekaligus teladan, pemberi kabar gembira dan peringatan bagi seluruh umat manusia, masih terus terjadi. Hanya bentuknya saja yang berganti, mulai dari karikatur, film, statement oleh oknum, buzzer, artis, politikus, hingga presiden. Sampai kapan ini terjadi? Apa dan bagaimana seharusnya sikap umat Islam?

Muslimah Jakarta mencoba membahasnya dalam kajian Tadabbur Alquran bersama Ustazah Estiningtyas P. di salah satu gedung pertemuan di Jakarta, Sabtu, 02 Juli 2022. Kajian tadabbur kali ini lebih spesifik mengangkat tema “Ancaman Bagi Penghina Rasulullah Saw”. Acara dihadiri puluhan undangan dari tokoh masyarakat, aktifis muslimah dan mubalighah dari daerah Jakarta dan sekitarnya.

Mengawali pemaparannya, Ustazah Estiningtyas memandang telah terjadi penyederhanaan sesuatu yang tidak sederhana. Menghina Rasulullah Saw bukanlah sesuatu yang sederhana dan selamanya tidak bisa disederhanakan. Dalam Alquran Surat At-Taubah 64-66 menyebutkan, di mata Allah mereka adalah kafir. Apalagi ketika dia muslim, maka otomatis menjadi kafir setelah beriman. Bahkan Allah menyampaikan ‘tidak perlu meminta maaf’.

“Kasus penghinaan kepada Rasulullah Saw oleh klub malam Holywings yang menggratiskan minuman haram bagi yang bernama Muhammad dan Maria ini bukan sekedar kreatifitas promosi semata. Tetapi lebih jauh dari itu, ada upaya makar, tipu daya orang-orang kafir untuk membuat umat muslim jauh dari Islam”, tegas Ustadzah Estiningtyas.

Dengan detail Ustazah Estiningtyas menguraikan tafsir dari Alquran Surat At Thariq 15-17 mengenai upaya makar musuh-musuh Islam hingga bagaimana sikap atau upaya yang harus digencarkan untuk melawan makar mereka.

Disebutkan dalam ayat 15 Q.S. At Thariq, kata ‘Al-Kayd’ yang maknanya adalah salah satu bentuk siasat atau tipu daya yang digunakan untuk sesuatu yang cenderung tercela. Atau upaya membuat sesuatu menjadi bagus namun dengan cara mengelabui (menipu). Atau menyembunyikan tujuan mencelakakan namun menampakkan yang sebaliknya. “Namun, jika kata ‘Al-Kayd’ ini disandarkan pada Allah Swt (ayat 16). maka maknanya adalah pembalasan Allah Swt. kepada pelaku Al kayd atau tipu daya terhadap Rasulullah, Islam dan umatnya”, jelas Ustazah Estiningtyas.

Tafsir dilanjutkan dengan menjelaskan paling tidak ada tiga bentuk tipu daya yang harus diwaspadai. Pertama, tipu daya berupa tuduhan sebagaimana dialami Rasulullah Saw. yang dituduh sebagai tukang sihir, orang gila, penyair, dukun. Kedua, tipu daya berupa pembunuhan karakter, yang hari ini dialami salah satunya oleh Ha6i6 Rizi3q Shih46 (HeReS) dan pengemban dakwah khilafah dengan stigma radikal, intoleran, anti nkri dan sebutan lainnya.

Ketiga, tipu daya dengan melontarkan syubhat, memunculkan keragu-raguan terhadap ajaran Islam. Hari ini yang dibuat ragu-ragu adalah ajaran Islam tentang khilafah. Khilafah diopinikan tidak lagi relevan, menimbulkan perpecahan, tidak pernah dibahas para ulama bagaimana menegakkannya kembali. “Maka argumen ini sebenarnya sangat mudah di bantah. Mengapa para ulama tidak membahas bagaimana mendirikan Khilafah?, karena mereka hidup di masa Khilafah masih tegak dan tidak pernah membayangkan akan runtuh”, ungkap Ustazah Estiningtyas.

Apa sebenarnya tujun dari makar atau tipu daya ini, Ustadzah Esti menyampaikan tidak lain adalah untuk menggagalkan agama yang benar, yang dibawa Rasulullah dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan menjauhkan dari Alquran. Hal ini pun sudah disampaikan di dalam alquran, bahwa makar atau tipu daya akan ada di setiap masa. Alquran mengabadikan kisah para Nabi dan Rasul dan makar yang menimpanya. Diantaranya kisah nabi Sahlih AS dalam Q.S. An Naml 50. Atau kisah nabi Isa AS di Q.S. Ali Imran 54. Atau kisah nabi Nuh AS : QS Nuh: 23-24.

“Mengapa Allah memberikan balasan begitu pedih pada pelaku tipu daya, meskipun dalihnya hanya bercanda?”, Ustazah Estiningtyas memberikan analogi sederhana, “Seorang Ibu dengan susah payah membesarkan anak-anak sampai sukses, dengan mengupayakan segala cara, pontang panting penuh perjuangan dan pengorbanan, tapi kemudian sang anak tidak mengakui ibunya, maka bisa dibayangkan betapa sakit dan hancurnya hati sang Ibu”, paparnya.

“Manusia Allah ciptakan dari setetes mani, disiapkan tempat terbaik yang aman dan nyaman di dalam rahim, setelah lahir diberikan rejeki, dan semua yang dibutuhkan, namun kemudian mendustakan Allah, Rasul dan Alquran, maka itu sungguh kezaliman yang laing besar. Wajar jika Allah mengadzabnya dengan adzab yang pedih. Bahkan Allah membalas dengan perilaku yang sama”, lanjutnya. Ustazah Estiningtyas kemudian mengutip Q.S. At Taubah 67, Q.S. An Nisa 42, Q.S. Al Baqarah 14-15.

Bagaimana cara Allah membalas tipu daya? Ustazah Estiningtyas memaparkan setidaknya ada 4 cara berdasarkan firman Allah dalam Alquran. Pertama, Allah melemahkan tipu daya mereka. Kedua, Allah menyusupkan rasa takut ke dalam dada musuh-musuh Islam. Ketiga, Allah memporakporandakan kesatuan mereka dan terciptanya permusuhan di antara mereka. Keempat, Allah memastikan bahwa makar mereka akan gagal dan justru akan berbalik kepada mereka sendiri. Kelima, Allah akan menghancurkan dan membinasakan mereka. “Balasan Allah itu pasti terjadi karena Allah maha menepati janji. Semua makar tersebut pasti akan berakhir dengan kegagalan dan harusnya ini mengokohkan keimanan kita”, tegas Ustazah Estiningtyas.

Sampai di bagian akhir pemaparan
Ustazah Estiningtyas memberikan gambaran bagaimana seharusnya sikap atau upaya umat muslim untuk melawan tipu daya atau makar ini. “Inti pointnya adalah dengan dua hal, yaitu dengan sabar dan taqwa (QS At Thariq 17). Namun, makna sabar dalam ayat ini bukan dengan diam, melainkan dengan upaya-upaya nyata. Pertama, menunjukkan sikap marah dan tidak rida. Kedua, terus melakukan aktivitas amar makruf nahi munkar. Ketiga, turut berjuang agar khilafah segera tegak. Karena ketika Khilafah tegak, yang berlaku adalah hukum Allah”, jelas Ustazah Estinintyas sekaligus menutup pemaparan kajian tadabbur Alquran kali ini.


Reporter: Anita Rachman



Posting Komentar

0 Komentar