Deni Martanti; Bonus Demografi, Peluang atau Beban?

 




Indonesia akan menikmati puncak bonus demografi pada periode tahun 2020 – 2030. Bonus demografi adalah kondisi di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak daripada jumlah penduduk usia non produktif. Hal ini bisa menjadi peluang atau beban, oleh karena itu harus ada pengelolaan secara benar. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Deni Martanti, S.Kom., M.M., aktivis Pemuda Cinta Tanah Air (PITA) dalam Diskusi Konstruktif Muslimah Kota Tangerang Selatan, pada Sabtu (30/7). Diskusi kali ini mengangkat tema Pembajakan Potensi Pemuda sebagai Agen Perubahan melalui Media dan Budaya.


Dihadirkan pula dalam diskusi, Peni Setyaningsih, S.P., Pengamat Sosial dan Aktivis Dakwah. Peni mengungkapkan bahwa ada perbedaan yang sangat jauh antara pemuda saat ini dengan pemuda Islam zaman dulu. Pemuda muslim zaman dulu tumbuh di dalam ekosistem dan sistem yang benar, yang datangnya dari Allah Swt. yaitu Islam. Maka, lahirlah pemuda berkarakter mulia, beriman dan bertaqwa, jauh dari perbuatan yang sia-sia. Sementara pemuda muslim hari ini hidup di dalam sistem yang rusak dan merusak, sekularime, kapitalisme, yang merupakan hasil dari buah pikiran manusia. Sistem yang meracuni generasi muda dengan pemikiran asing, jauh dari nilai-nilai Islam. 


Saat ini, pemuda, budaya, dan media memiliki keterkaitan erat satu sama lain. Pencarian identitas dan eksistensi menjadi sisi penting kehidupan mereka. Contoh fenomena yang sedang viral adalah Citayam Fashion Week. Secara global, hal semacam ini bukanlah fenomena baru, tetapi kemunculannya cukup membuat masyarakat Indonesia terhenyak. Bahkan kemudian latah diikuti oleh beberapa daerah di Indonesia. Media menjadi salah satu faktor kuat semakin tersebar luasnya event ini. 


Media dapat dikatakan memiliki daya dukung yang kuat dalam hal penyebaran suatu budaya. Pun masyarakat sudah membudaya dengan media sebagai keseharian. Terjadilah hipokrisi masyarakat dan penetrasi budaya asing. Peni menyebutkan, “Media saat ini menggempur pemuda dengan arus 5F+1S, yaitu Food, Fashion, Fun, Film, Faith, dan Sing. Hal ini semakin menjauhkan pemuda dari budaya Islam”, ungkapnya. 


Lebih lanjut Peni mengungkapkan, kesalahan atau kerusakan yang disebarkan secara terus menerus pada akhirnya akan dianggap sebagai suatu kenormalan. Di era disrupsi informasi, di mana semua serba internet, akan semakin memudahkan media sekuler menjangkau para pemuda Muslim, menyebarkan gaya hidup dan pemikiran yang jauh dari nilai-nilai Islam.


Sementara itu peran media dalam Islam adalah sebagai pelayan ideologi Islam. Tujuannya adalah membentuk masyarakat Islam yang kokoh dan menyebarkan Islam sebagai risalah yang rahmatan lil ‘alamin. Media menjadi alat konstruktif untuk memelihara identitas keislaman masyarakat. Di dalam Islam, negara memiliki Lembaga Penerangan yang bertugas memantau penyebaran informasi yang beredar di tengah masyarakat. Setiap jurnalis dan media bebas memproduksi dan menyiarkan informasi sesuai dengan batasan syari’at Islam. Pendirian kantor berita atau media pun tidak memerlukan ijin, hanya dilakukan kontrol atas berita yang diproduksi dan disebarkan.


Di akhir diskusi, kedua Narasumber menyampaikan solusi tepat dan hakiki untuk menghadang disrupsi informasi media yang telah membawa budaya negatif dan tidak sesuai dengan Islam. Yaitu dengan kembali pada sistem Islam kafah yang menstandarkan perbuatan pada hukum syarak. Sistem Islam telah sempurna dalam mengatur seluruh sendi kehidupan. Untuk mewujudkan hal ini, perlu dilakukan dakwah dengan menggunakan cara atau sarana yang familiar di kalangan pemuda seperti melalui Tik Tok, Instagram, Facebook, Youtube dan lain-lain. 


Peserta acara yang terdiri dari para tokoh Muslimah Kota Tangerang Selatan juga diajak untuk berkontribusi dengan menempa diri menjadi ibu ideologis. Yakni ibu yang memahami Islam secara kafah. Ibu yang ikut terlibat dalam mendidik dan membina umat termasuk pemuda, dengan tsaqofah dan pemikiran Islam. Ibu yang aktif berperan meluruskan pemahaman dan ide-ide yang bertentangan dengan Islam. Ibu yang turut serta menjadi bagian dari jamaah dakwah ideologis untuk bersama-sama berjuang melanjutkan kehidupan Islam.

Reporter: Ida Aya


Posting Komentar

0 Komentar