Setiap orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya. Bahkan, orangtua rela melakukan apa saja demi kebahagiaan anak-anak. Namun terkadang rasa sayang dan cinta orangtua kepada anak agak berlebihan dan menjadikan anak bak raja yang akan selalu dilayani dan dipenuhi semua permintaannya.
Berbagai macam cara dilakukan orangtua untuk memanjakan anak mereka sebagai wujud rasa syukur karena telah dititipkan oleh Allah swt. anugerah terindah yang tidak semua orang diberikan amanah untuk menjadi orangtua. Bentuk rasa syukur ini, apabila dilakukan tanpa ilmu maka akan menjadi bumerang bagi orangtua di masa yang akan datang.
Memberikan cinta dan kasih sayang kepada anak membutuhkan ilmu. Pasalnya, anak adalah amanah yang harus mendapatkan pendidikan dan pengasuhan sesuai syariat dari sang pemberi amanah, yaitu Allah Swt. Tugas dan peran orangtua dalam Islam sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anak mereka, serta memberikan pola periayahan yang terbaik sesuai koridor syariat yang ditetapkan oleh Allah.
Salah satu pendidikan yang wajib diberikan orangtua kepada anak adalah terkait kemandirian. Sifat mandiri akan dibutuhkan oleh anak ketika menginjak usia baligh atau menuju dewasa. Sebab, seorang anak yang tidak pernah distimulus kemandiriannya sejak dini, kelak ketika dewasa ia menjadi sangat bergantung dengan orangtua atau orang lain. Dengan kata lain, dia tidak mampu untuk sekedar bertanggungjawab atas dirinya sendiri apalagi untuk menyelesaikan permasalahan dirinya dan orang-orang yang ada disekelilingnya.
Mengutip penyataan dari Elly Risman, senior Psikolog anak mengatakan bahwa, orangtua janganlah mengambil semua peran tanpa memberikan kesempatan sedikit pun kepada anak untuk menemukan solusi atas permasalahan yang mereka hadapi. Sebagai contoh, ketika sang anak kesulitan untuk mengikat tali sepatu, ayah atau ibu selalu mengambil alih sesuatu hal yang menurut sang anak tidak bisa ia lakukan.
Tentu saja cara ini tidaklah tepat, pasalnya melatih kemandirian anak untuk hal kecil seperti mengikat tali sepatu membutuhkan skill yang harus dilatih untuk bisa terampil. Dan skill ini, tidak serta merta muncul dengan cara instan tetapi perlu latihan, pengulangan dan kesabaran untuk mewujudkannya.
Kemandirian juga terkait bagaimana anak bertanggungjawab atas dirinya yang perlu distimulus dan diberi pemahaman agar anak melakukan hal-hal yang berkaitan dengan dirinya dengan penuh kesadaran. Karena kelak ia akan menanggung beban taklif sebagai seorang hamba, yang bukan hanya memiliki tanggungjawab atas dirinya tetapi juga bertanggungjawab atas umat.
Allah Swt berfirman,”Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia selama kamu menyuruh berbuat yang makruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman pada Allah” (QS Ali Imron : 110).
Kaum muslim sebagai generasi terbaik yang disematkan oleh Allah Swt dalam ayat di atas, adalah generasi yang memiliki tanggungjawab kepada umat untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Beranjak dari ayat inilah, maka setiap orangtua harus memahami pentingnya membangun kemandirian di dalam diri anak, agar bisa menunaikan kewajibannya sebagai seorang hamba.
Oleh karena itu, sangatlah penting bagi orangtua memiliki pola asuh untuk membangun kemandirian sedari dini kepada anak sesuai level usia dan tumbuh kembangnya. Dengan membuat list tugas yang harus dilakukan di rumah dari bangun tidur hingga mau tidur kembali. Seperti bangun sebelum Subuh, mandi, sholat berjama’ah di masjid, membersihkan tempat tidur dan lain sebagainya. Pembiasaan memberikan tugas ini harus dibarengi dengan pemahaman dan reward tentunya. Sekecil apapun amal yang dilakukan oleh sang anak harus mendapatkan reward dari orangtua walaupun hanya dengan memberikan pujian atau pelukan. Namun hal ini sangat berharga bagi anak, karena ia akan merasa bangga sudah bisa melaksanakan tugas dari kedua orangtuanya dengan baik dan orangtuanya pun memberikan apresiasi kepadanya.
Untuk tahap awal, anak dilatih mengerjakan hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Setelah ia terbiasa untuk melaksanakan tugasnya, barulah ia dilatih melakukan tugas terkait orang-orang yang ada disekelilingnya, misalnya membantu ayah atau ibu menyapu halaman, mengepel, menjaga adik dan lain sebagainya.
Tahapan proses membangun kemandirian bertujuan agar anak menjadi sosok yang bukan hanya peduli dengan dirinya sendiri, melainkan peka terhadap apa yang terjadi disekitarnya. Dengan tahapan-tahapan ini diharapkan anak mampu menyelesaikan persoalan yang kelak ia hadapi. Apalagi semakin beranjak usianya ia akan menghadapi berbagai permasalahan yang semakin beragam pula.
Berikan ruang dan kesempatan bagi anak untuk menghadapi semua persoalan hidupnya. Tidak masalah anak mengalami sedikit luka, sedikit kecewa, sedikit menangis, sedikit kehujanan. Izinkan anak-anak kita melewati kesulitan hidupnya, berikanlah motivasi, arahan dan keyakinan bahwa ia mampu melewati semua ujian tersebut.
Sebab, kita sebagai orangtua tak selamanya hidup bersama mereka dan tak selamanya bisa terus menerus memberi perlindungan, pertolongan dan bantuan terhadap persoalan hidup yang sedang ia hadapi. Harus ditanamkan dalam diri anak bahwa hidup tidaklah mudah, dan masalah senantiasa menghampiri. Mereka harus terus bertahan melewati hujan, badai dan kesulitan yang kadang sulit untuk dihindari.
Didiklah anak-anak menjadi pribadi tangguh dan mandiri dengan landasan keyakinan pada sang khaliq (pemahaman aqidah), sebagai bekal untuk menghadapi permasalahan kehidupan. Karena hasil didikan orangtua inilah yang menjadi penentu, mereka mampu menjadi generasi agent of change untuk merubah sistem kufur yang bertahta saat ini menjadi sistem Islam kafah untku membangun kembali peradaban mulia dalam naungan khilafah. Walahua’lam.
Oleh: Siti Rima Sarinah
0 Komentar