Menghapus Luka Pengasuhan Pada Anak

 



Setiap orangtua sudah seharusnya memberikan pengasuhan terbaik kepada buah hatinya karena anak adalah amanah dari Allah Swt. Apabila amanah ini diabaikan, selain masa depan anak menjadi taruhan, berat juga pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah. Namun faktanya, tidak jarang anak mendapatkan perlakuan tidak sebagaimana mestinya dari orangtua yang notabene adalah orang terdekat. Seperti memukul, membentak atau memberi hukuman yang menyebabkan trauma dan mengganggu proses tumbuh kembang anak selanjutnya. 


Berbagai faktor menjadi pemicu mengapa hal ini bisa terjadi. Mengutip pernyataan psikolog senior Elly Risman “parenting is wearing”. Artinya, pola pengasuhan yang dialami seorang wanita (ibu) akan dilakukan juga kepada anak-anaknya kelak (mother wound). Mother wound adalah seorang perempuan yang mengalami luka pengasuhan yang diakibatkan oleh ibunya, kemungkinan akan melukai anaknya dengan cara yang sama pula. Mother wound ini adalah bentuk pola pengasuhan yang salah, yang diturunkan dari generasi sebelumnya ke generasi selanjutnya.


Mother wound dapat mengakibatkan masalah emosional, sosial bahkan mental. Anak menjadi tidak memiliki kepercayaan diri, kesadaran emosional yang rendah, dan ketidakmampuan menenangkan diri atau memiliki tingkat kecemasan yang sangat tinggi, sedih, marah dan bosan.


Begitu besar dampak dari salah pola asuh ini, maka sudah seharusnya hal ini menjadi warning bagi orangtua, terutama ibu agar senantiasa menyadari bahwa dalam mengasuh anak harus dengan nuansa kasih sayang dan cinta. Dengan demikian, proses pengasuhan menjadi lebih berkualitas dan anak-anak pun tumbuh di lingkungan yang penuh dengan kebahagiaan.


Ketika anak terlanjur mendapatkan pola pengasuhan yang salah, maka tidak ada kata terlambat bagi orangtua untuk mengobati, memperbaiki dan mencoba menghapus luka pengasuhan tersebut. Tidak mudah memang dan dibutuhkan komitmen kuat dan harus diazzamkan bahwa inilah adalah ikhtiar orangtua untuk memperbaiki pengasuhan yang salah di masa lalu. Dengan harapan anak bisa menyembuhkan luka psikologisnya. 


Langkah pertama yang harus dilakukan adalah, orangtua senantiasa mengucapkan kata maaf dan mengakui kesalahan dalam proses pengasuhan. Kemudian mengubah pola pengasuhan menjadi penuh kehangatan, suara yang lembut dan menerima apapun kondisi anak agar anak dapat melewati atau keluar dari rasa traumanya. Langkah ini harus dilakukan dengan penuh kesabaran sembari meyakinkan diri baik orangtua maupun anak bahwa smua orang bisa bersama-sama melewati kenangan salah pengasuhan.


Langkah kedua, meminta bantuan psikolog anak untuk mendapatkan langkah-langkah yang benar untuk keluar dari trauma masa lalu serta upaya apa saja yang dapat dilakukan orangtua di rumah untuk mengembalikan keceriaan anak sehingga bisa tumbuh maksimal seperti anak-anak pada umumnya.


Langkah selanjutnya, menciptakan suasana rumah dan semua penghuninya yang kondusif. Misalnya dengan meluangkan waktu untuk keluarga (family time) untuk memperbaiki hubungan antara orangtua dan anak agar lebih harmonis dan penuh kasih sayang. Upaya ini akan berpengaruh besar dalam proses menghapus trauma pengasuhan. Sehingga anak akan mendapatkan mindset baru tentang kedua orangtuanya bahwa mereka adalah orangtua yang penuh kasih sayang. 


Langkah ini bisa dilakukan dengan memberi ruang kepada anak untuk bercerita atau menyampaikan apa yang ia rasakan dan apa yang ia inginkan. Dengan cara ini, orangtua bisa mengetahui kesalahan pengasuhan yang pernah dilakukan, dan tidak akan mengulangi hal yang sama. Dan banyaklah berdoa memohon ampunan kepada sang pemilik jiwa untuk mengampuni dosa pengasuhan yang pernah dilakukan.


Dan yang terakhir, bagi orangtua berazzamlah dalam diri untuk fokus dan terus belajar, berbenah diri agar Allah Swt memberi kemampuan untuk mendidik dan mengasuh anak-anak dengan maksimal. Rasulullah saw bersabda, ”Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Orangtuanya yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi” (HR Muslim). Di hadis lain juga disebutkan, Rasulullah bersabda, ”Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orangtua kepada anaknya selain pendidikan yang baik” (HR. Al-Hakim).


Yang perlu ingat dan disadari oleh setiap orangtua adalah melayakkan diri menjadi orangtua yang saleh dan hamba yang taat dan patuh terhadap perintah dan larangan-Nya. Terus berusaha menjadi orangtua yang dibanggakan dan dirindukan oleh anak-anak karena kesalehannya. Mereka kelak menjadi salah satu amal jariyah yang akan meringankan hisab orangtua di yaumil qiyamah ketika orangtua telah melakukan ikhtiar maksimal dalam meri’ayah atau mengurusnya selama di dunia. Wallahua’lam. 


Oleh : Siti Rima Sarinah



Posting Komentar

0 Komentar