Merubah Jongos Jadi Boss





Negeri kita tercinta gak kerasa ya udah 77 tahun merdeka. Merdeka dari penjajahan fisik Negaranya Naruto sama Negara Kincir Angin. Dulu emang dua negara itu yang jadiin bangsa ini udah kek jongos. Jongos-jongos perkebunan dan proyek-proyek pembangunan mereka. Gak dibayar lagi. Klo kekayaan negara mah jan ditanya lagi. Dikuasai semua ma penjajah.


Coba deh tengok buku sejarah, pasti ada yang namanya istilah rodi dan romusha. Arti dari istilah itu sama yaitu kerja paksa. Kalau rodi mah istilah Belanda. Romusha istilah negara Jepang. Cuma jadi agak-agak mikir ya Sobi Bestie, setelah lepas dari penjajahan fisik apa bener bangsa ini, termasuk remajanya, udah bebas jadi jongos lalu jadi boss? Hmmm thinking agak deep ni.


Iya sih, gimana bisa dikata udah bebas jadi jongos kalau segalanya masih didikte sama orang asing. Mulai selera berpakaian, berperilaku, makanan, life style, hingga tujuan idup pun diarahin mereka. Emang fashion-fashion remaja yang seliweran di Citayam Fashion Week itu kiblatnya kemana? Ke fashion nenek moyang kita? Atau kalau kita ngerasa muslim apa itu baju sesuai dengan syariat Islam?


Lalu lalu, perilaku remaja yang seneng leha-leha, foya-foya, hidup hedon daripada sungguh-sungguh belajar itu juga diarahin siapa? Bukan diarahin founding father negeri ini lah ya. Budaya hedon itu bukan budaya kita. Ntu budaya dijejelin oleh negera-negara Barat ke kepala-kepala anak muda. Caranya lewat berbagai propaganda. Biasanya sih lewat media. Cetak, elektronik, atau medsos.


Perilaku hedon yang kalian jalankan itu bikin kantong-kantong para pengusaha fesyen makin ngelembung. Asal tau aja ya, kekayaan Bernal Arnault, Chairman dan CEO Louis Vuitton Moet Hennessy (LVMH) lebih dari US$ 100 miliar atau setara dengan Rp 1.450 triliun (kurs Rp 14.500/US$). LVMH ini mengelola portofolio 70 merek barang mewah, termasuk Louis Vuitton, Sephora, Stella McCartney, Gucci, Christian Dior dan Tiffany & Co yang baru aja diakuisisi tahun lalu dengan banderol US$ 15,8 miliar atau setara dengan Rp 229 triliun. Bikin insecure senegara ini mah. Lha pendapatan APBN kita aja kalah telak. Ibu Sri Mulyani bilang pendapatan negara per Mei 2022 adalah Rp1.070,4 T. Jauh kaaaaan?!


Ya emang sih, bukan kelas kita kali ya yang beli merk-merk itu mah. Tapi ya tetep aja ada juga lah produk fesyen yang dibuat pengusaha untuk kalangan “dhuafa”. Itu juga tetep membuat mereka kaya, sementara nasib kita merana. Demi necis, pe ada yang milih busung lapar.


Nah kalo kekayaan alam Indonesia keknya gak jauh beda dari taun sebelum 1945. Semuanya dikuasai asing. Emas Papua diangkut Freeport perusahaan Amerika Serikat. Minyak bumi kita disedot British Petroleum Inggris, terus anak perusahaan Petronas Malaysia, Chevron dari Amerika Serikat, dll. Belom batu bara, nikel. Duh klo diabsen puanjaaang.


Nah kita jadi apanya? Ya jadi pekerjanya. Dengan upah beda kek bumi ma langit dengan CEO-nya. Baca ni ya. Gaji direksi Freeport Indonesia Rp.5,6 Miliar per bulan. Sedangkan gaji enginer hanya kisaran 14 juta-15 juta per bulan. Rasio perbandingan direksi-pekerja 373 banding 1. Palagi klo kita cuma jadi petugas administrasi ya. Padahal pendapatan Freeport Indonesia tahun 2021 adalah US$ 7,5 Miliar (Rp. 112,5 Triliun)


Yang paling mengsedih lagi, duuuh kok yaaa masalah agama, keyakinan, akidah aja kita didikte ma mereka. Pake program moderasi beragama. Mereka bilang jan sok nyolot deh bilang agamamu aja yang bener yang laen salah. Semua agama sama. Gak boleh ngerasa bener sendiri. Jan suka ngaku-ngaku juga surga cuma buat punya penganut agamamu aja. Udah gitu bilang jangan bilang ke non Islam itu orang kafir. Lalu lalu parahnya lagi bilang Islam itu agama ritual aja, bukan ideologi. Jadi Islam itu Cuma dipake buat ibadah ritual aja. Kalau ngurus negara, pendidikan, pergaulan, ekonomi, bencana, dll itu jangan pake Islam. Duuuuh ini kebangetan. Kudu ni dilawan. Biar nasib kita berubah dari jongos jadi boss.


Untuk merubah nasib dari jongos jadi boss caranya gampang aja. Tinggalin aja sistem hidup buatan manusia. Sistem hidup buatan manusia menjadikan manusia menghamba pada manusia lain yang mampu membuat hukum. Padahal ya sama-sama manusia. Sama-sama lemahnya. Sama-sama gak bisa jadi tempat menggantungkan harapan. Yang ada, hawa nafsu aja meraja. Hingga yang berkuasa bisa mengeksplotasi yang lemah.


Terus, kita hijrah ke sistem buatan Sang Pencipta manusia yaitu sistem hidup Islam. Sistem dari Illah alias sesembahan manusia. Kalau ini mah fair jadinya. Gak ada manusia yang jadi hamba manusia lain. So ga bakal ada penjajahan dari manusia terhadap manusia. Karena merdeka itu adalah lepas dari penghambaan kepada manusia, menuju penghambaan kepada Allah Yang Esa. Seperti tertulis dalam risalah Rasulullah SAW yang dituliskan dalam sebuah surat untuk penduduk Najran. Berikut sebagian dari surat tersebut: «… أَمّا بَعْدُ فَإِنّي أَدْعُوكُمْ إلَى عِبَادَةِ اللّهِ مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ وَأَدْعُوكُمْ إلَى وِلاَيَةِ اللّهِ مِنْ وِلاَيَةِ الْعِبَادِ …» …Amma ba’du. Aku menyeru kalian untuk menghambakan diri kepada Allah dan meninggalkan penghambaan kepada sesama hamba (manusia). Aku pun menyeru kalian agar berada dalam kekuasaan Allah dan membebaskan diri dari penguasaan oleh sesama hamba (manusia)… (Al-Hafizh Ibnu Katsir, Al-Bidâyah wa an-Nihâyah, v/553).


Ini juga ni yang diucapkan oleh Rab’i bin Amir (utusan Panglima Saad bin Abi Waqash ra.) di hadapan jenderal Rustum dalam peristiwa Perang Qadisiyah. Pas Jenderal Rustum nanya ke Rab’i bin ‘Amir, “Apa yang kalian bawa?” Dengan lantang Rab’i bin Amir menjawab, “Allah telah mengutus kami. Demi Allah, Allah telah mendatangkan kami agar kami mengeluarkan siapa saja yang mau dari penghambaan kepada sesama hamba (manusia) menuju penghambaan hanya kepada Allah; dari kesempitan dunia menuju kelapangannya; dan dari kezaliman agama-agama (selain Islam) menuju keadilan Islam…” (Ath-Thabari, Târîkh al-Umam wa al-Mulûk, II/401).


Tuh kan, Sobi Bestie, jelas ini mah cuma Islam yang bisa merubah jongos jadi Boss (tulisan merubah jongos jadi Boss viral di sebuah meme). Keren kan Islam? Offcourse lah. Islam mah gak ada lawan. Makin bangga aja ni jadi orang Islam. 


Oleh Rini Sarah


Posting Komentar

0 Komentar