Fenomena CFW kian masif di media sosial. Banyak kalangan, mulai masyarakat hingga pejabat memberikan apresiasi. Tak ayal kondisi ini menular ke berbagai kota yang latah dengan dalih menunjukkan eksistensi diri. Tak peduli apa yang diekspresikan justru menghilangkan jati diri hingga menihilkan aturan Ilahi.
Begitulah fakta hari ini, perbuatan yang melanggar tuntunan begitu mudah viral dan diberikan tempat, diakui, kemudian berbondong-bondong diikuti.
Seperti dalam pagelaran model pada pemilihan kontes Gus dan Ning di alun-alun Kabupaten Jember, Jawa Timur. Acaranya menampilkan seorang model dengan pakaian seksi, mempertontonkan kemulusan paha. (beritajatim.com, 19/06/2022).
Pagelaran kontes Gus dan Ning nyatanya memberikan citra buruk bagi kota yang terkenal dengan nuansa Islam yakni Kota Santri. Banyak pihak yang menyesalkan diadakannya kontes tersebut karena tak mencerminkan budaya ketimuran serta budaya Islam.
Ketua Komisi D DPRD Jember Hafidi melayangkan pesan WhatsApp kepada beritajatim.com, Selasa (19/7/2022). Dia juga mengungkapkan kekecewaan atas kejadian tersebut. “Sebagai masyarakat Jember, saya sangat kecewa dan prihatin atas pagelaran semacam ini yang sangat tidak menunjukkan Jember yang religi. (beritajatim.com 19/7/2022).
Fakta ini semakin menguatkan bahwa budaya Barat dan serangan pemikiran berupa budaya hedonisme, liberalisme yang berinduk dari paham sekularisme telah merusak tatanan kehidupan masyarakat Indonesia. Barat paham betul bagaimana cara menghancurkan kaum muslim. Mereka melakukan serangan pemikiran dengan mencoba menjauhkan umat dari aturan syariat. Tujuan utama Barat tiada lain adalah ingin mengeruk dan menguasasi kekayaan negeri. Tak heran jika Barat masif menggempur negeri ini dengan berbagai cara, salah satunya menaklukkan para generasi muda dengan 3F (Fashion, Food, and Fun).
Dalih investasi dan pariwisata guna menaikkan taraf ekonomi masyarakat nyatanya tak sebanding dengan dampak buruk yang akan diterima generasi muda. Mereka dibuat melalaikan norma, akhlak serta budaya Islam yang cukup melekat di negeri ini. Jember adalah Kota Santri yang lekat dengan nilai-nilai Islam, tempat lahirnya santri, ustaz, dan ulama. Kontes kecantikan menghilangkan ikon kedaerahan hingga kehilangan makna yang sebenarnya.
Lambat laun generasi muda akan hancur karena terlena dengan segala kemewahan yang ditawarkan Barat melalui ajang-ajang yang dianggap bergengsi semacam pemilihan Gus dan Ning ini.
Bagaimana dengan Islam?
Islam sebagai agama yang sempurna sangat memperhatikan kondisi para pemuda karena mereka adalah agen perubahan di masa depan. Penentu maju mundurnya peradaban.
Di masa Khilafah tegak, kita akan menemukan bertaburannya para pemuda dan pemudi yang memiliki segudang prestasi dan iman yang terpatri. Berakhlak mulia, kuat, dan tangguh menghadapi segala rintangan. Tak mudah menyerah seperti pemuda di sistem kapitalisme yang mudah galau, minim sentuhan iman, hingga ujung-ujungnya depresi dan bunuh diri.
Di masa Khilafah, sebut saja Thariq bin Thariq bin Ziyad yang dikenal dalam sejarah Spanyol sebagai legenda dengan sebutan Taric el Tuerto adalah seorang komandan militer dari Dinasti Umayyah yang memimpin penaklukkan muslim atas wilayah Al-Andalus pada tahun 711 M.
Ada pula Abdul Malik bin Marwan banyak mendapat pencapaian yang berdampak bagi Suriah dan kekhalifahannya. Ia berhasil menyatukan seluruh kekhalifahan yang berpusat di Suriah dan mengakhiri Perang Saudara Islam II (680-692). Selain itu, Abdul Malik bin Marwan terkenal sebagai khalifah yang membangun Dome of the Rock atau kerap disebut Bangunan Kubah Emas, yang terletak di kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem, Israel.
Dikutip dari buku The Great of Shalahuddin al-Ayyubi & Muhammad al-Fatih, nama Al-Fatih yang berarti Sang Penakluk merupakan julukan lantaran ia bisa menaklukkan Konstantinopel. Selain diberi gelar Al-Fatih, Sultan Mehmed II juga mendapat julukan Abi Al Futuh dan Abi Al Khairat.
Sebut saja Furai'ah, Shahabiyah periwayat hadis yang langsung dari Rasulullah. Furaiah binti Malik adalah salah satu di antara wanita-wanita yang mendapat keberkahan di segala sendi kehidupannya. Mereka memperoleh kebahagiaan dengan memegang teguh iman dan cinta kepada kebenaran.
Nama-nama para pemuda dan pemudi di atas hanya sebagian kecil contoh karena masih banyak pemuda dan pemudi lainnya yang belum diungkapkan. Peran keluarga, masyarakat, serta negara yang tegak dibawah aturan Islam terbukti mampu melahirkan generasi hebat.
Sementara kontes-kontes yang hari ini dianggap bergengsi, nyatanya justru menjadi celah masuknya pemahaman Barat yang menodai nilai-nilai luhur moral dan akhlak bangsa. Masihkah kita mau mempertahankan sistem yang rusak ini atau berganti dengan sistem Islam yang terbukti berhasil melahirkan generasi unggulan bertabur prestasi berakhlak Islam?.
Wallahualam bissawab.
Penulis: Heni Ummu Faiz - Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar