Saat Rasulullah saw hidup, beliau pernah menginjakkan kaki di Al Quds walaupun hingga wafatnya, kota suci ini belum menjadi bagian dari Daulah Khilafah. Yaitu saat peristiwa Isra, perjalanan malam Rasulullah saw bersama Jibril dengan menunggangi Buroq kemudian setelah urusannya selesai, Rasulullah dan Jibril melakukan Mi’raj, meneruskan perjalanan menuju Sidratul Muntaha.
Walaupun saat Rasulullah hidup, Al Quds belum menjadi wilayah Daulah Khilafah Islamiyah saat itu, namun sesungguhnya pada saat Isra, Allah swt telah memberikan arahan pada Rasulullah saw. Arahan Nya berupa gambaran bahwa Palestina merupakan salah satu tujuan agar menjadi wilayah kedaulatan Islam.
Melawan Romawi Pertama
Pada bulan Jumadil Ula tahun 8 Hijriyah bertepatan dengan 629 Hijriyah, Rasulullah mengarahkan pasukan kearah Mu’tah. Mu’tah merupakan sebuah dusun sebelum memasuki wilayah Syam. Dari Mu’tah menuju Baitul Maqdis dapat ditempuh dua hari dengan berjalan kaki, hal ini dilakukan dalam rangka memerangi pasukan Romawi.
Perang ini merupakan perang terbesar yang dilakukan kaum muslimin semasa Rasulullah saw sekaligus paling menegangkan. Perang ini pun menjadi pembuka jalan untuk menaklukan negeri-negeri Nasrani.
Terjadinya perang mu’tah ini disebabkan penduduk daerah tersebut tidak mau menyambut seruan Islam. Mereka juga telah membunuh utusan dan para da’i yang dikirim ke sana untuk mendakwahkan Islam.
Selain itu kaum Nasrani negeri Syam di bawah kepemimpinan imperium Romawi, telah melakukan agresi terhadap siapa saja yang memeluk Islam ataupun berpikir untuk masuk Islam. Terbukti mereka membunuh gubernur Ma’an karena ia masuk Islam. Juga membunuh siapa saja yang masuk pada agama Allah swt ini dari kalangan bangsa Arab Syam.
Peristiwa pembunuhan utusan Rasululah saw inilah yang menggerakkan jiwa kaum Muslimin dan mendorong mereka untuk menghentikan perilaku agresor kaum Nasrani. Serta sebagai bentuk pembalasan untuk saudara seakidah. Hal ini demi mengukuhkan kewibawaan Daulah Islamiyah di wilayah-wilayah tersebut, sehingga tidak terulang lagi kejahatan yang sama di masa datang.
Melawan Romawi Kedua
Pada tahun berikutnya, 9 Hijriyah atau 630 Masehi terjadi kembali ketegangan antara kaum muslimin dengan kekaisaran Byzantium di Romawi Timur. Peristiwa ini terkenal dengan ekspedisi Tabuk, yang berlangsung di antara Damaskus dengan Madinah.
Saat itu Rasulullah saw telah membersihkan kantong-kantong perlawanan di seluruh jazirah dan memenangkannya hingga seluruh padang pasir tunduk pada kekuasaan Rasulullah saw. Setelah itu tiba saatnya Negara Islam membuka front dengan Romawi berikut orang-orang Arab yang loyal terhadap mereka yang mayoritas orang Arab tersebut beragama Nasrani.
Rasulullah saw mengumpulkan pasukan sebanyak 30.000 orang yang terdiri dari kalangan Muhajirin, Anshar, penduduk Mekah serta kabilah Arab lainnya. Rasulullah saw mengumumkan tujuan berperang dan arahnya, tidak seperti perang yang Beliau lakukan sebelumnya.
Dilatar belakangi oleh kekalahan Romawi saat perang Mu’tah kemudian Heraklius merasa dipermalukan dan begitu marah, karena tentara yang berjumlah dua ratus ribu pasukan kalah oleh para mujahid kaum muslimin yang hanya berjumlah tiga ribu pasukan. Kemudian dalam peperangan kali ini, ia sendiri yang memimpinnya.
Ekspedisi Tabuk ini menambah kekuatan dan wibawa Daulah Islam di Jazirah, karena seperti diketahui pasukan Heraklius langsung lari pontang-panting melihat kekuatan dan keberanian pasukan kaum Muslimin. Akhirnya kabilah-kabilah yang sebelumnya tunduk di bawah kekuasaan Romawi, berbalik mendukung Kaum Muslimin.
Dengan begitu, kekuasaan pemerintahan Islam menjadi makin luas hingga berbatasan langsung dengan bangsa Romawi. Kesan kuat yang disematkan pada pasukan kaum muslimin, tertanam oleh masyarakat di semenanjung Arab, sekaligus kewibawaan dan posisi politik Beliau pun kian menguat.
Masa Khulaurasyiddin
Romawi dan Islam saat itu bukan hanya berperang secara fisik dan militer saja, namun juga berperang melalui opini. Benturan kedua peradaban, Muslim dan Byzantium/Romawi Timur (Nasrani) telah terjadi secara dahsyat pada saat perang Mu’tah kemudian Dzatu Salasil dan Perang Tabuk.
Rasulullah sangat paham kelak kaum Muslimin pasti akan melawan dua adidaya yang ada saat itu. Oleh karenanya sebelum wafat Beliau mengirim ekspedisi Usamah bin Zayd ke Syam. Pengiriman ekspedisi ini ingin menandakan bahwa terdapat peradaban yang sedang menggeliat di padang pasir tandus nan gersang.
Dengan alasan itu, Abu Bakar Ash Shiddiq, sebagai pengganti Rasulullah setelah wafatnya dalam memimpin kaum Muslimin, tetap bersikeras tidak akan menarik pasukan yang telah dikirim oleh Rasulullah. Walupun saat itu di dalam negeri terdapat banyak masalah seperti munculnya nabi palsu beserta puluhan ribu pengikutnya dan golongan yang ingkar berzakat.
Ekspedisi pasukan Usamah ini dapat menakuti Bangsa Arab yang hendak berkhianat sekaligus membuat panik Kaisar Heraklius. Tertera dalam kitab Al Maghozi, Al Waqidi menulis bahwa Heraklius panik karena serbuan pasukan Usamah dan berkata pada panglimanya,”Itulah (serangan) yang pernah aku peringatkan pada kalian dan kalian tidak mendengarkan. Orang Badui (Islam) datang menyerbu kalian dengan perjalanan sebulan, lalu mereka pergi tanpa ada yang teluka di antara mereka”.
Masa pemerintahan Umar Bin Khathab yang berjalan sepulun tahun enam bulan, merupakan pemerintahan yang paling sibuk dan paling menentukan masa depan kaum Muslimin. Pada masanya, imperium Romawi Timur (Byzantium) kehilangan bagian terbesar dari wilayah kekuasaannya.
Pada masa Umar inilah, kekuasaan Romawi Timur yang terletak di pesisir barat dan pesisir utara Afrika, beralih menjadi wilayah Daulah Islam. Dalam kurun inilah Madinah mulai serius mengekspansi ke wilayah utara menuju Byzantium dengan mengirim para jawara Arab seperti Khalid bin Walid dan Amr bin Ash.
Kemudian pada tahun 637 M, pasukan Islam mendekati Yerusalem, Khalid bin Walid dan Amr bin Ash mengepung kota suci tersebut. Uskup Sophronius menolak menyerahkan kota Yerusalem kecuali Umar sendiri yang datang dan menerima penyerahan langsung dari sang Uskup.
Penaklukan demi penaklukan terus diupayakan demi kota suci Palestina kembali ke pangkuan Islam. Rasulullah saw jauh hari telah merencanakan dan melaksanakan misinya selangkah demi selangah dari sebelum hijrah, setelah Daulah tegak hingga sesaat sebelum wafatnya.
Sehingga bila saat ini kaum muslimin menginginkan dengan kuat agar Al Quds bebas dari tangan sang zionis, maka tidak cukup dengan bantuan dana. Pikiran, harta bahkan darah pun dipersembahkan demi kota suci umat Islam tersebut. Satu hal lagi yang paling penting adalah bahwa kemenangan yang telah dilakukan oleh kaum muslimin tersebut dipimpin oleh penguasa tunggal, seorang Khalifah yang teguh memegang syariat, melindungi dan mengayomi rakyat tanpa syarat.
Wallahualam.
Oleh Ruruh hapsari
0 Komentar