Rakyat Tidak Percaya Partai Politik, Sudahi Demokrasi Sampai di Sini



OPINI — Tahun ini, hasil lembaga survei Indopol menunjukkan lebih dari sepertiga atau 35,93% responden tidak percaya terhadap partai politik (parpol). Hasil survei tersebut dilakukan terhadap 1.230 responden lewat wawancara tatap muka pada 24 Juni—1 Juli 2022. (CNN Indonesia, 22/07/2022).


Sebanyak 26,64% menilai parpol tidak bisa menampung aspirasi warga. Sebanyak 11,76% menilai parpol telah kehilangan ideologi dan integritas. Sejumlah alasan lain muncul, seperti parpol turut merusak sistem pemerintahan dan tidak ikut berkontribusi pada pembangunan.


Lebih mencengangkan lagi, sebagian besar masyarakat memilih parpol karena diajak kerabat, faktor seagama, memiliki figur ganteng, hingga mewakili ormas/kelompok. Masih banyak yang memilih bukan karena kesadaran politik maupun memiliki literasi politik, akhirnya sekadar ikut-ikutan, apalagi jika ada uang saweran.


Hampir setiap tahun berbagai survei menunjukkan penurunan angka kepercayaan rakyat terhadap parpol di sistem demokrasi. Namun, mengapa parpol masih terus eksis dan berhasil mengambil hati rakyat hingga mengantarkan para petugas partai berada di kursi kekuasaan?


-

Penyebab Rakyat Tidak Percaya Parpol

-


Ada beberapa penyebab rakyat tidak lagi percaya parpol. Pertama, parpol gagal menjadi perpanjangan tangan dari aspirasi masyarakat. Mereka juga gagal menjadi jembatan representasi publik dalam berbagai kebijakan negara atau pemerintah.


Kedua, parpol membangun jarak yang jauh dengan publik. Selama ini, parpol tidak membangun komunikasi intens dengan publik. Partai hanya berupaya membangun komunikasi dengan publik menjelang pemilu dan mengambil hati publik demi suara yang akan mengantarkan mereka ke tampuk kekuasaan.


Ketiga, stigma yang telanjur melekat pada parpol sebab tabiat parpol dan perilaku elitenya yang makin korup. Tampak dari makin banyak politisi terlibat kasus korupsi.


Keempat, masyarakat tidak lagi mudah diberikan janji ataupun tertipu dengan jargon-jargon politik. Literasi politik di tengah publik juga makin meningkat dan rasa skeptis masyarakat terhadap parpol pun turut membesar. 


Kelima, kegagalan partai memenuhi janji untuk memperbaiki kehidupan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


-

Uang Rakyat Untuk Parpol

-


Jika rakyat tidak lagi percaya parpol, mengapa parpol masih bisa eksis dan berada di kursi kekuasaan? Setelah pemilu selesai, mereka bersukacita membagi-bagi kue kekuasaan. Ternyata, salah satu sebab parpol masih bisa eksis meski tidak lagi dipercaya ialah kucuran bantuan dana dari pemerintah yang berjumlah fantastis. 


Pada 2018, bantuan dana parpol 10 kali lipat dari tahun sebelumnya. Pada 2019, Mendagri Tito Karnavian meminta dalam rapat bersama anggota dewan agar dana bantuan parpol naik lagi.


Pada 2022, kembali muncul wacana untuk menaikkan dana bantuan parpol. Sebelum 2018, dana yang diberikan sebesar Rp13,5 miliar setiap tahun pada seluruh partai pemilu. Kemudian pada 2018 hingga sekarang, kucuran dana mencapai Rp111 miliar. (Detik, 28/11/2019). Semua dana bantuan ini bersumber dari uang rakyat. 


Padahal, apa sih yang telah parpol perbuat setelah pemilu untuk kesejahteraan rakyat? Tampak jelas bahwa rakyat terus dalam kesulitan karena parpol tidak bekerja untuk rakyat, melainkan memakmurkan para anggota dan pucuk pimpinan partai.


-

Sudahi Demokrasi

-


Politik memang kotor ketika pijakannya adalah perebutan kepentingan pribadi atau kelompok. Hal inilah yang terus dipertontonkan pada rakyat dalam politik demokrasi. Wajar jika parpol dalam demokrasi mengalami kegagalan. 


Sebab pertama, parpol miskin agenda yang berkaitan dengan kebangkitan dan kesejahteraan rakyat. Tidak mampu menyelamatkan rakyat dari berbagai “bencana” yang menimpa.


Kedua, fanatisme pendapat yang diemban masing-masing parpol. Biasanya, parpol berjalan secara mutlak atas kehendak pemimpin parpol yang berkuasa. Keputusan pimpinan parpol tidak bisa diganggu gugat.


Ketiga, parpol terpengaruh dengan opini para penjajah dengan berbagai pemikiran sekularisme, kapitalisme, dan liberalisme. Mereka bekerja atas kepentingan cuan dan kekuasaan, bukan untuk memakmurkan masyarakat. 


Fakta inilah yang terjadi pada setiap parpol, baik yang mengeklaim sebagai partai Islam ataupun partai nasionalis. Barat berhasil mewarnai pemikiran mereka dengan pandangan sekuler, liberal, dan kapitalistis. Lahirnya para pemimpin negeri notabene hasil “didikan” parpol yang ada. 


Saatnya kita menyudahi sistem demokrasi sampai di sini, mengalihkan pandangan hanya pada Islam, berupaya mengembalikan kehidupan Islam, serta menghadirkan parpol Islam yang amanah bekerja semata-mata untuk agama dan umat.


-

Parpol dalam Khilafah

-


Parpol dalam sistem Islam (Khilafah) melakukan aktivitas muhasabah al-hukam (mengoreksi penguasa) sesuai dalil-dalil syariat. Hal ini menandakan parpol menjalankan tugasnya sebagai “kiyan fikri” (entitas intelektual) yang memastikan negara dan pemerintah benar-benar berjalan sesuai koridor syariat.


Tugas dan aktivitas parpol Islam lainnya ialah membina dan mendidik umat melalui kajian, baik intensif dan umum. Khilafah butuh banyak sumber daya manusia unggul untuk menunaikan tugas-tugas negara. Partailah yang membantu menyiapkan semua itu. 


Selain itu, sebagai kiyan fikri, parpol ibarat mesin pencetak SDM unggul. Aktivitas pembinaan oleh parpol memiliki dua sasaran. Pertama, mendidik serta membina kader dan SDM yang dibutuhkan masyarakat dan negara. 


Kedua, menciptakan atmosfer Islam di tengah masyarakat dan negara. Dengan demikian, pemahaman, standar, dan keyakinan masyarakat akan sama dengan negara, yakni bersumber dari Islam.


Parpol dalam Khilafah akan tetap membumi di tengah umat dan membersamai mereka. Parpol harus tetap dalam hadhanati al-ummah (buaian umat). Posisi seperti ini akan memudahkan parpol untuk mengoreksi kekeliruan jika terjadi penyimpangan, baik di masyarakat maupun negara.


-

Khatimah

-


Politik dalam Islam bertujuan membimbing manusia dan memakmurkan bumi. Politik juga merupakan inti dari ajaran Islam. Kekuatan politik Islam lahir dari kekuatan akidah dan kebenaran hukum-hukumnya dalam menyelesaikan problem manusia.


Oleh karenanya, parpol dalam Khilafah konsisten dengan aktivitas intelektual dan tidak bergeser menjadi aktivitas fisik (meraih keuntungan materi). Tugas dan aktivitasnya adalah untuk qawam al-ummah, hissaha wa afkaraha (mengawal pemikiran umat dan perasaannya).


Allah Swt. berfirman dalam QS Ali Imran: 104, “Hendaknya ada di antara kalian segolongan umat (kelompok/partai) yang menyerukan kebajikan (Islam) dan melakukan amar makruf nahi mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”


Penulis: Rindyanti Septiana, S.H.I.



Posting Komentar

0 Komentar