Sosok Farel Prayoga sontak menjadi viral sebagai penyanyi cilik setelah membawakan lagu “Ojo Dibandingke” dengan sangat memukau dalam perayaan HUT RI ke-77 di istana negara. Bocah berusia 12 tahun ini langsung dinobatkan sebagai duta kekayaan intelektual pelajar bidang seni tahun 2022 oleh Kemenkumham, Yasonna Laoly.
Apresiasi yang diberikan kemenkumham ke Farel sebagai respon dalam melindungi karya cipta seni pertunjukkan milik Farel. Farel yang diharapkan menjadi inspirasi bagi para pelajar untuk menghormati, menghargai, budaya tradisional dengan mengenalkan bahasa jawa melalui lagu dan seni (detik.com, 19/08/2022).
Ada yang menarik dari penghargaan yang disematkan kepada Farel sebagai “Duta Intelektual” versi kemenkumham. Begitu mudahnya mendapatkan sebuah penghargaan hanya dengan menyanyikan sebuah lagu. Benarkah merepresentasikan makna intelektual?.
Kekayaan intelektual merupakan kekayaan yang lahir dari kemampuan akal dan pikiran manusia berdasarkan ilmu pengetahuan. Karya yang lahir dari kemampuan intelektual diantaranya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan dan lain-lain (kompas,com, 03/04/2022). Dengan kata lain, kekayaan intelektual bisa diartikan sebagai hasil kemampuan intelektual seseorang dalam menghasilkan sesuatu yang bisa bermanfaat bagi orang lain.
Kekayaan intelektual nampak wujudnya dalam ilmuwan muslim sebagai para generasi polymath di masa kegemilangan Islam. Generasi polymath adalah orang-orang yang memiliki penguasaan berbagai macam ilmu pengetahuan dalam jumlah yang banyak. Kecerdasan intelektual yang dimiliki para generasi polymath bukan hanya menguasai ilmu Islam, melainkan juga mumpuni dalam sains dan teknologi.
Sejarah membuktikan dalam rentang tahun 780-1285 M, Islam berada di masa kejayaan yang hal ini tak lepas dari kontribusi ilmu pengetahuan dari para ilmuwan muslim. Banyak hal yang telah mereka ciptakan yang bersumber dari ilmu pengetahuan, sains dan teknologi yang sangat berkontribusi bagi umat manusia dan peradaban dunia.
Keberhasilan sistem pendidikan yang berbasis aqidah Islam telah mampu menjadikan peradaban Islam sebagai mercusuar dalam melahirkan generasi yang memiliki kekayaan intelektual. Sebut saja Ibnu Khaldun salah satu generasi polymath yang sudah hafal Al Qur’an sejak kecil. Ia pun mendapatkan julukan sebagai pendiri ilmu ekonomi, sosiologi dan historiografi yang terkenal dengan sebuah buku karyanya berjudul Muqaddimah.
Adapun seorang polymath asal Persia yang bernama Abu Rayhan al-Biruni menjadi ahli dalam bebrbagai cabang keilmuan termasuk sejarah, fisika, matematika, astronomi, linguistik dan ilmu bumi. Sejak kecil ia minat di bidang matematika dan astronomi dan menjadi seorang spesialis di kedua bidang tersebut. Selama 75 tahun masa hidupnya, al-Biruni banyak merevolusi banyak tradisi keilmuan dan saat ia meninggal telah menulis lebih dari 100 buku hasil kecerdasannya dan penguasaannya terhadap berbagai cabang keilmuan.
Selain Ibnu sina yang dikenal sebagai bapak kedokteran, Abul Qaim Khalf Ibn Al-Abbas Az Zahrawi juga dikenal barat sebagai Abulcasis, salah satu pakar di bidang kedokteran dan bapak ilmu bedah modern pada masa pertengahan. Ia berhasil mengenalkan catgut (benang) sebagai alat untuk menutup luka. Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, kumpulan pratik kedokteran yang terdiri 30 jilid yang menjadi rujukan dokter hingga hari ini.
Peradaban Islam bukan hanya mampu mencetak generasi ilmuwan dan polymath, melainkan juga melahirkan banyak ksatria panglima perang penakluk dunia. Sebut saja Tariq bin Ziyad, ia dikenal sebagai penakluk Spanyol dan diakui sebagai salah satu panglima muslim terbesar sepanjang masa. Tahun 711 dia memimpin tentara Bani Ummayah meluncurkan invasi ke Spanyol. Keberanian dan keahliannya di medan perang hingga bersama pasukannya ia berhasil merebut satu demi satu kota dari kerajaan visigoth yang menewaskan Raja Roderick dan kemenangan jatuh pada pasukan kaum muslim yang dipimpinnya.
Kehebatan Khalid bin Walid yang sangat terkenal dengan taktik militernya dan sebagai panglima perang yang tak pernah kalah dalam setiap pertempuran dan mendapatkan julukan “pedang Allah”. Kehebatan Khalid terlihat saat pertempuran Yarmuk, ia memimpin 40.000 tentara dengan mengemban misi khilafah Abu Bakar untuk menyatukan seluruh Timur Tengah dibawah bendera Islam. Musuh yang mereka hadapi merupakan pasukan gabungan yang jumlahnya tiga kali lipat dari jumlah pasukan yang ia pimpin. Dan lagi-lagi pasukan kaum muslim menang telak menghadapi pasukan Rowawi timur dan berhasil merebut Palestina, Suriah, dan Mesopotamia dari kekaisaran Romawi Timur.
Ini baru sebagian kecil dari daftar panjang sejarah generasi emas di masa kejayaan Islam. Keberhasilan peradaban Islam dalam mencetak generasi polymath, ilmuwan dan penakluk diakui oleh negara-negara Barat. Diantaranya pernyataan dari mantan Presiden AS, Barack Obama, ”Peradaban berhutang besar pada Islam”. Dan Cendikiawan Barat, Jacques C, Resiter juga menyatakan, ”Selama lima ratus tahun Islam menguasai dunia dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan dan peradabannya yang tinggi”.
Para generasi emas inilah sebagai sosok duta kekayaan intelektual yang sesungguhnya. Peran mereka dalam berlomba-lomba berkontribusi dalam membangun peradaban dunia Islam dengan hasil penemuan dari kecerdasan intelektual yang mereka miliki. Menjadi bukti bahwa Islam bukanlah sebagai agama melainkan juga ideologi yang mampu membangun peradabannya dan memiliki bargaining posision dihadapan negara-negara Barat.
Memiliki generasi emas yang memiliki beragam kekayaan intelektual, tak lepas dari negara yang menaunginya adalah negara yang mandiri dan independen. Negara yang memfasilitasi rakyatnya dengan membuka peluang kepada siapa saja untuk menuntut ilmu dan ilmu tersebut bermanfaat untuk kemaslahatan umat. Maka wajarlah, jika di bawah naungan Islam lahir begitu banyak generasi hebat, cerdas dan ahli dibidangnya.
Karena pada hakikatnya, Islam diturunkan oleh Allah Swt sebagai petunjuk untuk menjadikan umat Islam sebagai umat terbaik (khoiru ummah). Allah swt berfirman,”Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah” (Ali Imran : 110)
Predikat khairu ummah yang telah disematkan oleh Allah, menjadikan kaum muslim menjadi umat yang menguasai ilmu agama dan ilmu kehidupan sebagai bekal menjalani kehidupan. Dengan menguasai kedua ilmu tersebut, akan mampu menyelesaikan problematika kehidupan yang dihadapi. Karena Islam diturunkan sebagai problem solving bagi manusia, agar mendapatkan hakikat kehidupan yang sesungguhnya.
Saat ini, kondisi umat Islam bukanlah sebagai umat yang terbaik melainkan umat yang terjajah, teraniaya, menderita dan berada di dalam jurang kebodohan. Generasinya suka dengan ketenaran dan kekayaan dengan cara instan dan tanpa ilmu. Sehingga sangat mudah masuk pada jebakan budaya Barat yang rusak dan merusak.
Selama sistem kapitalis sekuler masih bercokol di muka bumi ini, maka tak pernah mampu menghasilkan generasi hebat yang bisa merubah dunia pada perubahan yang hakiki. Hanya ada satu cara yaitu dengan sistem Islam dalam naungan khilafah, umat Islam akan lahir kembali menjadi generasi emas mengulang sejarah kegemilangan Islam di masa lalu.
Menjadi umat terbaik dalam mengemban dakwah Islam, agar Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam. Dan untuk mengeluarkan umat manusia dari kegelapan, menuju cahaya Islam yang terang menderang. Umat hidup bahagia, sejahtera penuh keberkahan. Wallahua’lam.
Oleh: Siti Rima Sarinah
0 Komentar