Perayaan 17 Agustus tahun ini begitu semarak. Ada penampilan dari seorang penyanyi cilik, Farel Prayoga yang memukau dengan suara merdunya. Saking meriahnya, jajaran menteri dan para pejabat yang hadir ikut bergoyang. Seolah lupa tanggungjawabnya sebagai pelayan rakyat yang hari ini kondisinya kian terpuruk.
Berkat kepiawaiannya tampil di istana, Farel Prayoga diangkat menjadi Duta Kekayaan Intelektual oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly. Melalui akun instagramnya, Yasonna Laoly membagikan video Farel yang kembali menyanyikan lagu "Ojo Dibandingke" dalam sebuah acara di Kementerian Hukum dan HAM. Dalam video, terlihat Yasonna Laoly pun ikut bergoyang. (warkotalive.com, 21/08/2022).
Nama Farel Prayoga menjadi buah bibir masyarakat Indonesia, termasuk tentang kehidupan pribadinya. Kondisinya yang hidup prihatin mengundang banyak perhatian. Sepulang tampil di istana, Farel juga mendapatkan hadiah sebuah sepeda gunung dari orang nomor satu negeri ini, Pak Presiden Joko Widodo yang kemudian langsung dikirimkan melalui paket. (PortalJember.com, 23/08/ 2022).
Negeri +62 ini memang sungguh aneh. Di saat kondisinya kian memprihatinkan bahkan menuju titik kebangkrutan, seolah-olah amnesia hingga terbuai dengan hal yang viral. Hanya karena memiliki suara merdu, begitu cepat dan mudah mendapatkan apresiasi yang menurut sebagian orang tidak pada tempatnya. Tidak hanya Farel, sebut saja, fenomena Citayam Fashion Week (CFW) yang sama-sama viral beberapa waktu sebelumnya. Ajang pamer busana jalanan anak-anak muda, mengantarkan aktor-aktornya, seperti jeje dan bonge menjadi viral.
Faktor ekonomi mereka yang rendah ditangkap para pemilik modal sebagai peluang mendapatkan keuntungan dengan menjadikannya obyek bisnis. Magnet kemiskinan juga yang membuat anak-anak remaja tanggung ini tergiur dengan tawaran kerjasama yang berdatangan. Seperti tawaran rekaman, endorse pakaian dan lain-lain yang berpotensi mendulang kesuksesan sekaligus ketenaran. Di sisi lain, tidak ada perhatian dari aspek moral dan akhlak para bintang dadakan tersebut.
Negeri ini sejatinya tidak kehabisan anak-anak berprestasi. Banyak yang berhasil mengharumkan nama Indonesia bahkan di dunia internasional tapi perhatian dan atau apreiasinya tidak secepat dan segegap gempita seperti anak-anak yang sekedar viral. Padahal hasil pemikiran dari anak-anak berprestasi ini harusnya dapat mengantarkan negeri ini menjadi lebih maju dan bermartabat.
Sebagian generasi muda hari ini mungkin tampak bagus dari penampilan, sukses secara materi, karir dan kehidupannya mapan dan sebagainya. Capaian keberhasilan itu diantaranya didapatkan melalui jalan ketenaran atau viral di media sosial bahkan dengan bermodalkan konten unfaedah. Nilai moral dan atau akhlaknya rendah, jauh dari karakter generasi unggulan. Karena memang sistemnya yang berlaku hari ini serba bebas, maka apapun yang viral akan diterima, diikuti bahkan diapresiasi masyarakat.
Hal ini bertolak belakang dengan Islam. Sistemnya yang sempurna mampu melahirkan generasi unggulan karena dibangun dengan keimanan dan ketakwaan. Menghargai anak-anak berprestasi, bahkan mendorong dan memfasilitasinya untuk maju dan menghasilkan karya-karya besar yang membawa maslahat untuk umat, bukan sekedar mengandalkan ketenaran atau label viral semata.
Sebagai contoh Mushab bin Umair, seorang pemuda yang menjadi duta Rasulullah Saw. ke Madinah. Berkat kepiawaiannya Mushab bi Umair mampu mempersatukan dua suku yang disegani, yakni Aus dan Khajraz. Juga Muhammad Al Fatih, namanya harum sepanjang masa sebagai seorang pemuda yang mampu menaklukkan Konstantinopel.
Peran pemuda sangat besar dalam menentukan nasib peradaban. Generasi muda yang kuat akan membawa sebuah negeri menjadi hebat. Sebaliknya, ketika generasinya lemah, baik secara keimanan, moral atau akhlak maupun intelektual, bisa dibayangkan bagaimana mereka menjalankan estafet pembangunan negeri. Akan terpuruk di segala lini.
Allah berfirman dalam QS. An-Nisa' ayat 9: وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا : "Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar."
Hanya dengan sistem Islam lah generasi unggulan lahir. Generasi yang kuat secara keimanan, moral atau akhlak sekaligus intelektual. Dari mereka, lahir karya-karya besar yang akan membawa kebaikan tidak hanya untuk individu atau kelompok tertentu, tetapi membawa kebaikan untuk seluruh umat manusia.
Walllahualam bissawab.
Oleh Heni Ummu faiz - Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar