Sosok Teladan Ummu Ajyal, Aisyah Binti Abu Bakar




Siapa yang tak mengenal sosok wanita cerdas, putri dari sahabat Rasulullah, Abu Bakar Ash Shidiq, sekaligus salah satu istri dari Rasulullah saw, Aisyah Binti Abu Bakar. Hingga wafatnya, Bunda Aisyah berhasil menyumbang 242 riwayat hadis Rasulullah yang menjadi rujukan umat hingga hari ini.


Dalam kitab Al-Mustadrak Al-Hakim berkata Az Zuhri, ”Apabila ilmu Aisyah dikumpulkan dengan ilmu seluruh para perempuan lain, maka ilmu Aisyah lebih utama”. Berkata Atha, ”Aisyah adalah perempuan yang paling faqih (orang yang paham terhadap aturan syariat Islam) dan pendapat-pendapatnya paling membawa kemaslahatan untuk umat”. Berkata Ibnu Abdil Barr, ”Aisyah adalah satu-satunya perempuan di zamannya yang memiliki kelebihan dalam tiga bidang ilmu: ilmu fiqih, ilmu kesehatan dan ilmu syair”.


Nabi Muhammad saw pernah bersabda, ”Orang yang paling mulia dari kalangan laki-laki banyak, namun yang mulia dari kalangan wanita hanyalah Maryam binti Imron, Asiyah istri Fir’aun dan keutamaan Aisyah atas semua perempuan seperti keutamaan tsarid atas segala makanan” (HR Bukhari dan Muslim).


Aisyah binti Abu Bakar memang tidak dikarunia keturunan oleh Allah swt. Namun, bukan berarti tidak bisa berdedikasi untuk umat dan generasi. Peran Aisyah sebagai ummu ajyal (ibu generasi) sangat besar dalam mendidik generasi dengan mendirikan majelis ilmu untuk kaum muslimah. 


Sepeninggal Rasulullah saw, Aisyah ra banyak mengambil peran penting dalam Islam, seperti mengajarkan ilmu yang ia miliki kepada generasi muslim, bahkan kepada para sahabat Rasulullah. Bukan hanya ratusan hadis yang mampu ia kuasai melainkan juga ia merupakan perawi hadis yang ulung tiada banding. Dan menjadi wanita yang paling faqih dan paling baik pendapatnya menyangkut persoalan umat.


. Sosok Aisyah patut menjadi inspirasi sekaligus motivasi bagi para muslimah, apalagi bagi seorang ibu. Hari ini sangat dibutuhkan seorang ibu sekaligus ummu ajyal (ibu generasi) dari kaum muslimah, tanpa melihat apakah ia memiliki keturunan ataupun tidak. Karena sesungguhnya, anak-anak kaum muslim adalah anak-anak kita. Ibu yang memiliki ilmu yang luas dan senantiasa terdorong untuk mencari ilmu agar dapat menjalankan perannya sebagai al ummu wa rabbatul bait (ibu pengurus rumah tangga). Karena di tangan ibu lah masa depan generasi ditentukan. Apabila ibu lalai terhadap tugas dan kewajibannya, maka kehancuran generasi tinggal menunggu waktu saja. 



Seperti yang terjadi hari ini, dimana generasi justru berkiblat pada gaya hidup barat. Mereka bahkan sangat membangga-banggakan kebebasan tanpa batas, yang notebene simbol peradaban Barat. Dampaknya, generasi muslim rusak. Mereka kehilangan identitas sebagai seorang muslim yang harusnya mengikuti, taat dan patuh hanya pada aturan dari sang penciptanya.


Hal ini terjadi tak lepas dari bergesernya peran ibu dalam keluarga. Harusnya menjadi ummu wa rabbatul bait sekaligus madrasatul ula (sekolah pertama) bagi anak-anaknya, tapi bergeser menjadi pencari nafkah karena harus membantu perekonomian keluarga. Ditambah lagi dengan masifnya ide-ide kesetaraangender yang terus diopinikan Barat agar para wanita enggan menjadi “ibu hanya mengurus anak, rumah dan suami”, tanpa memiliki kemampuan finasial. Ide-ide rusak ini berhasil merusak pola pikir para ibu, sehingga mereka berbondong-bondong ikut berperan aktif di ruang publik dengan dalih sebagai bentuk pemberdayaan perempuan. Tetapi kemudian peran utamanya ditinggalkan. 


Inilah tantangan yang kita hadapi saat ini. Bagaimana menjadi ibu yang kuat, tangguh, cerdas dan mampu menghadapi persoalan kehidupan dengan senantiasa merujuk pada syariatNya yang maha sempurna. Memang tidak mudah, namun apabila pemahaman Islam telah mutajasad (mendarah daging) dalam diri seorang ibu, semua akan bisa dilewati. Bukankah Allah Swt telah menciptakan Islam beserta aturan yang sempurna sebagai solusi tuntas untuk menyelesaikan persoalan manusia? Maka, teruslah mengkaji Islam, memahami dan mendakwahnya hingga umat tersadar bahwa hanya Islam lah yang mereka butuhkan sebagai solusi segala permasalahan hidup, bukan yang lain.


Apalagi di dalam Islam, posisi seorang ibu adalah posisi yang sangat mulia karena amanah yang dibebankan kepadanya. Mulai dari melahirkan, mendidik dan mengasuh generasi yang kelak akan melanjutkan perjuangan. Melahirkan generasi polymath, generasi penemu serta para faqih fiddin yang kelak akan merubah peradaban yang hari ini rusak menjadi mulia. Sebagaimana Bunda Aisyah dengan kecerdasannya berperan besar dalam mendidik generasi. Karena nasib masa depan generasi ada di tangan seorang ibu. 


Oleh : Siti Rima Sarinah



Posting Komentar

0 Komentar