"Siapa di antara kalian yang melihat kemunkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman" (HR. Muslim).
Umat muslim tentu sudah familiar dengan hadis tersebut. Hadis yang menjelaskan bahwasannya seorang muslim tidak boleh berdiam diri ketika melihat kemunkaran atau kezaliman yang terjadi baik pada individu maupun negara. Inilah yang dilakukan oleh kaum muslim, mereka tidak segan mengoreksi penguasa ketika kebijakan yang dibuat pemerintah semakin zalim terhadap rakyatnya. Kebijakan-kebijakan yang menyengsarakan rakyat memang patut untuk dikoreksi.
Seperti halnya kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM pada hari Sabtu, 3 September 2022. Di saat rakyat berusaha bangkit dari keterpurukan akibat wabah Covid-19, rakyat masih terseok-seok untuk membangun kehidupannya terutama di sektor ekonomi, namun ternyata rakyat dikejutkan dengan naiknya harga BBM. Naiknya harga BBM tentunya akan berimbas pada semua sektor seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sektor lainnya yang saling berkaitan.
Disinilah urgennya rakyat bicara untuk mengingatkan penguasa atas kebijakan zalim mereka. Atas dasar hal tersebut pada hari Rabu, 7 September 2022 Forum Komunikasi Umat Islam (FKUIB) menggelar unjuk rasa di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor.
Dijelaskan oleh Koordinator Lapangan (Korlap) FKUIB, Sutono, bahwa aksi ini untuk menolak kenaikan harga BBM di tengah beban masyarakat semakin mahal di semua sektor. Kebijakan zalim memberatkan masyarakat akibat dari pandemi Covid-19 dimana barang-barang kebutuhan pokok melonjak tinggi, angka pengangguran akibat PHK, tentunya meningkat pula angka kemiskinan. (megapolitan.kompas.com 7/9/2022)
Tugas seorang muslim adalah mengingatkan akan kesalahan penguasa. Hal ini menjadi salah satu bukti rasa sayang kita terhadap penguasa agar setiap kebijakan dan tindakan yang menyangkut rakyat bisa diputuskan dengan adil, tidak zalim. Karena kezaliman akan mengakibatkan kesengsaraan berkepanjangan bagi rakyat.
Dalam sistem demokrasi sekuler, meskipun setiap warga negara dijamin kebebasannya dalam mengeluarkan pendapat, akan tetapi nyatanya pendapat yang dikeluarkan harus sesuai dengan apa yang diinginkan penguasa. Ketika rakyat menyerukan hal yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah, maka label ekstrimis atau radikal akan disematkan pada rakyat. Hal ini tentunya berbeda dalam sistem Islam. Islam mengajarkan untuk mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Tidak ada warna abu-abu. Semua jelas berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadis.
Dalam surah Ali Imran ayat 104 Allah Swt. dengan tegas berfirman: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung".
Tak ada alasan untuk umat Islam berdiam diri terhadap kezaliman, karena Allah dan Rasul-Nya telah memerintahkan amar makruf nahi munkar kepada penguasa. Menolak kenaikan harga BBM menjadi salah satu yang harus kita lakukan. Perlu ada koreksi terhadap kebijakan pemerintah yang menyengsarakan rakyat. Karena dalam sistem Islam BBM haram dikuasai oleh individu atau negara untuk kepentingan diri dan golongannya, atau negara menyerahkannya kepada pihak swasta baik lokal, asing ataupun aseng.
Hal ini mengacu pada sabda Rasulullah Saw., "Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu air, padang rumput dan api. Harganya adalah haram" (HR. Ibnu Majah dan Ath Thabrani). Artinya segala sesuatu yang menguasai hajat hidup orang banyak termasuk BBM adalah hak rakyat. Kewajiban negara mengelolanya dengan benar untuk dipergunakan bagi kepentingan rakyatnya.
Dalam pandangan Islam, tugas pemimpin adalah menunaikan siyasah (politik), yakni memelihara urusan rakyat. Seperti yang dijelaskan oleh Imam an-Nawawi, "pemimpin bertugas untuk melaksanakan suatu urusan dengan sesuatu yang paling baik. Pemimpin adalah pihak yang berkewajiban memelihara urusan rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus" (HR Muslim).
Karena itulah Rasulullah Saw. mencela pemimpin atau penguasa yang abai terhadap urusan rakyatnya. Apalagi jika penguasa tersebut sering bertindak zalim terhadap rakyatnya. Rasulullah Saw. bersabda: "Sungguh seburuk-buruk pemimpin adalah al-Huthamah (yang menzalimi rakyatnya dan tidak menyayangi mereka)" (HR Muslim).
Jelas, pemimpin ideal adalah pemimpin yang telah digariskan oleh Islam. Pemimpin yang memposisikan diri sebagai pelayan rakyat ini tentu sangat diidamkan oleh semua lapisan masyarakat. Pemimpin semacam ini hanya mungkin terwujud saat sistem Islam atau syariat Islam diterapkan secara kafah oleh negara.
Namun sayang, faktanya tidak demikian. Penguasa hari ini bukan pelayan rakyat, tetapi pelayan oligarki. Rakyat justru dipaksa untuk melayani kemauan dan kepentingan penguasa yang menjadi pelayan oligarki. Buktinya, banyak kebijakan yang diambil oleh penguasa lebih berpihak kepada oligarki dan justru makin memperburuk keadaan rakyat. Rakyat makin terbebani dan makin susah akibat ragam kebijakan penguasa yang zalim.
Rakyat yang sudah menderita akibat wabah pandemi Covid-19 yang menerpa dan memporak-porandakan kehidupan mereka. Rakyat baru mau bangkit, namun sudah ditambah beban hidupnya dengan kebijakan pemerintah menaikan harga BBM yang tentunya berpengaruh pada semua sektor kehidupan.
Islam sebagai din dan juga ideologi mempunyai solusi atas semua problematika manusia, dengan menerapkan dan menegakkan hukum syara dalam bingkai khilafah. Islam dengan sumber hukum yang berasal dari sang pencipta manusia yang lebih tahu apa kebutuhan manusia sesuai fitrahnya. Islam memberikan solusi hakiki, serta menyelamatkan manusia di dunia maupun akhirat kelak. Meski jalan amar makruf nahi munkar ini bukanlah jalan yang gampang terlebih para kapitalis yang menguasai semua sektor kehidupan tak akan pernah diam, namun disinilah dituntut keberanian pada diri setiap muslim.
Kita tahu bahwa penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib ra. yang dengan lantangnya beliau meneriakkan ketidakadilan seoarang penguasa meski nyawa taruhannya. Beliau yakin dengan janji Allah jika berjalan di atas kebenaran Islam, pahalanya adalah surga. Maka ini menjadi magnet untuk kita tetap dalam barisan perjuangan agama ini, hingga kemenangan itu tiba, hukum Allah tegak dan diterapkan dalam bingkai khilafah. Khilafah yang akan memberikan kesempurnaan hidup, menyelamatkan manusia --baik rakyat maupun penguasanya-- di dunia dan akhirat kelak. Kita adalah umat terbaik sebagaimana firman Allah Swt. "Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia, menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah" ( QS.Ali Imran 110).
Sudah ada jaminan dari Allah Swt. bahwa kita adalah umat terbaik, masihkah kita ragu untuk menyuarakan kebenaran? Tidakkah kita iri dengan paman Rasulullah Saw. beserta para syuhada lainnya yang sudah tentu mendapatkan surga? Masihkah kita berdiam diri dengan kezaliman-kezaliman yang menimpa umat? Mari kita rapatkan barisan dalam perjuangan ini, menyeru kebenaran melawan kezaliman dan tetap dalam ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya hingga nyawa terpisah dari badan. Kita raih rida Allah Swt. agar umat ini selamat di dunia dan akhirat kelak. Wallahu a'lam.
Oleh: Titin Kartini
0 Komentar