Bangkit Bersama Ideologi Warisan Nabi

 


Oleh Rini Sarah


#TelaahUtama - Cita-cita tentang kebangkitan tidak boleh padam. Seperti, sebuah ungkapan indah yang dituliskan oleh  Imam Abul Hasan Ali bin Muhammad al-Mawardi, Adab Al-Dunya Wa al-Din (Dâr Maktabah al-Hayah, 1986), h. 145. As-Suyuthi juga menukilnya dalam Jami’us Shaghir dan beliau menyatakannya: dho’if. “ Cita-cita (al-amal) adalah rahmat Allah untuk umatku. Andai tidak ada hal tersebut, niscaya pekebun tidak akan menanam pohon dan seorang ibu tidak akan menyusui anaknya.”


Manusia yang tak punya cita-cita memang laksana orang mati. Tak akan bergerak, tak akan berbuat. Hanya saja memiliki cita-cita saja tidak cukup bagi manusia. Kita harus mempunyai rancangan dan langkah yang ditempuh agar cita-cita itu tidak berubah jadi angan-angan (at-tamanny).  Abu al-Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Hajar Al-Asqalani mengungkapkan hal itu dalam Fath Al-Bâri (Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1379), Juz 11, h. 236. “Al-Amal adalah ar-rajâ (harapan yang disenangi oleh jiwa). Mirip dengan at-tamanny (angan-angan), namun berbeda. Al-Amal itu didahului oleh sebab-sebab yang memungkinkan apa yang diharapkan terwujud. Adapun at-tamanny tanpa didahului sebab-sebabnya.”


Demikian pula dengan cita-cita kebangkitan, kita harus mengerti betul apa realitas kebangkitan dan bagaimana merealisasikannya. Apalagi jika berbicara kebangkitan umat yang hakiki. Kita harus paham apa itu kebangkitan umat yang hakiki dan apa yang bisa menghantarkan kepadanya. Tentu saja jika masih mengais remah-remah kekuasaan dalam demokrasi bukanlah jawabannya. Fakta menunjukkan sepanjang demokrasi menguasai negeri ini, kondisi umat semakin terpuruk bahkan terpolarisasi. Umat Islam makin tersudut di pojok kenestapaan. Suara umat hanya bertemu dengan pengkhianatan bukan kebaikan.


Makna Kebangkitan Umat yang Hakiki


كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّا سِ تَأْمُرُوْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِا للّٰهِ ۗ 

"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah...”(QS. Alimran : 110)

Umat Islam adalah umat terbaik. Inilah identitas yang dilekatkan oleh Allah dalam Al-Qur’an  kepadanya. Umat ini merupakan umat yang mengemban misi besar, yaitu menyampaikan risalah dan menebar rahmat Islam ke seluruh alam.


Rasulullah Saw  telah meletakkan batu pertama pembangunan masyarakat Islam pada khususnya dan umat manusia pada umumnya. Beliau bersama para sahabat telah berjuang untuk menjalani hidup sesuai dengan hukum Islam dan menyebarkan Islam ke seluruh alam. Saat itu, umat Islam dengan gemilang mampu menjadikan suatu pola kehidupan yang damai, aman, dan sejahtera.  Hingga sekitar 13 abad, umat Islam jadi poros dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan peradaban dunia. Dunia Islam membentang dari pantai barat Afrika sampai daratan Cina, dari Pegunungan Pirenia di Perancis sampai Lautan Hindia, hidup di bawah satu kesatuan bahasa, pemikiran, dan sistem kehidupan. Inilah gambaran kehidupan umat Islam yang seharusnya kita wujudkan kembali. 


Kondisi umat Islam seperti ini adalah hasil dari perubahan pemikiran.  Dari pemikiran jahiliyah menuju Islam. Memang, sejarah mencatatkan bahwa tidak ada perubahan menuju kebangkitan suatu peradaban tanpa ada pemikiran yang melandasinya. Bangsa Eropa bangkit dari abad kegelapan setalah mengemban sekularisme. Sedangkan Lenin berhasil membangun peradaban Sosialis Komunis berlandaskan komunismenya. Hanya saja, pemikiran yang bisa membangkitkan umat itu bukan sembarang pemikiran. Pemikiran itu harus berupa pemikiran yang menyeluruh tentang kehidupan, alam semesta, dan manusia beserta hubungan ketiganya dengan alam sebelum ketiganya eksis dan alam sesudah mereka hancur lebur. Pemikiran seperti ini disebut dengan akidah. Dari akidah terpancar sistem kehidupan, inilah yang disebut dengan mabda/ideologi.


Ahmad Al Qoshosh dalam bukunya Dasar-Dasar Kebangkitan mengatakan bahwa rahasia dari kebangkitan adalah ideologi ini. Jadi jika ingin mewujudkan kebangkitan yang hakiki harus berpijak pada ideologi yang sahih. Ideologi yang sahih dapat diukur dengan menguji landasannya yaitu akidah dengan dua kriteria,  akidahnya harus memuaskan akal dan menentramkan jiwa. Dari ketiga ideologi yang ada di dunia hanya Islamlah yang memenuhi dua kriteria ini. Karena akidah Islam dibangun atas proses berfikir dan bisa memuaskan naluri beragama bagi manusia dengan utuh dalam setiap detik kehidupan manusia. 


Bangkit Bersama Ideologi Warisan Nabi


Dunia senantiasa berubah. Perubahannya tidak hanya terjadi pada tataran individu, tetapi negara dan peradaban pun senantiasa berubah sesuai dengan kehendak Allah yang mempergilirkan kekuasaan di antara umat-Nya. Dulu kita melihat megahnya peradaban Romawi dan Persia. Tidak lama setelah Islam datang, mereka runtuh. Kemegahan peradaban Islam yang berlangsung selama ribuan tahun pun runtuh pada tahun 1924. Akibat berbagai konspirasi yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam, Khilafah Islamiyah runtuh pada tahun 1924 melalui tangan anak keturunan Yahudi, Mustafa Kamal. Hari ini dunia diatur oleh Amerika Serikat dengan segala arogansinya. Suka atau tidak, kepemimpinan AS atas dunia ini pun pasti berakhir. Tidak ada yang abadi, kecuali Zat Yang Mahaabadi. 


Kondisi umat Islam yang terpuruk pasca runtuhnya Khilafah pun pasti akan berubah. Umat akan kembali menjadi umat terbaik dan indikasi ke arah sana sudah bisa kita lihat tanda-tandanya. Seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran umat untuk kembali mengemban ideologi warisan Nabi. Tentu saja hal ini bukan kondisi yang terjadi begitu saja. Ada orang-orang yang bekerja tanpa kenal lelah siang dan malam untuk menyadarkan umat. Merekalah para pengemban dakwah.


Dalam melakukan proses penyadaran kepada umat, para pengemban dakwah bergerak mengikuti panduan Nabi. Mereka berjalan meniti metode dakwah yang diwariskan oleh Rasulullah Saw tanpa beranjak satu senti pun. Mereka melakukan hal itu tanpa kekerasan, hanya menyeru pada sebuah pemikiran dengan memurnikan keimanan. 


Bagi kaum Muslim keimanan merupakan modal utama untuk bangkit. Keimanan bagi mereka menjadi sumber penggerak perubahan, asas berpikir dan bertindak, serta penuntun ke arah yang benar. Arah perubahan yang dituntun oleh keimanan akan secara pasti berada pada jalur yang tepat. Dengan keimanan mereka mampu menilai suatu pemikiran rusak yang harus ditinggalkan serta menilai suatu pemikiran baik yang harus diperjuangkan.


Jika kaum Muslim kembali pada keimanan yang cemerlang dipastikan tidak akan ada kekuatan yang sanggup menahan laju kebangkitan Islam. Kebangkitan yang tidak didasari oleh keimanan pada hakikatnya bukan kebangkitan, melainkan jalan menuju lembah kehinaan.


Realitas inilah yang kita saksikan terjadi pada diri para Sahabat. Allah telah mengangkat para Sahabat menjadi generasi terbaik umat ini karena kehidupan mereka diliputi dengan keimanan pada Allah dan menjadikannya sebagai satu-satunya tolok ukur. Dengan keimanan, bangsa Arab yang sebelumnya sama sekali tidak dilirik oleh dunia berubah menjadi bangsa dengan peradaban tinggi dan memimpin dunia. Oleh karena itu, hidup tidak ada nilainya tanpa memperjuangkan keimanan pada Allah SWT.


Selain itu, kesadaran umat untuk bersatu pun senantiasa digaungkan oleh para pengemban dakwah. Umat harus menyadari upaya musuh-musuh Islam yang terus-menerus berusaha memojokkan Islam. Politik adu-domba dengan isu-isu radikalisme-ekstremisme, toleransi serta moderasi beragama untuk melemahkan umat. Secara demonstratif ajaran Islam dan ulamanya juga terus difitnah. Bahkan dengan menggunakan instrumen kekuasaan ada upaya sistematis untuk menyingkirkan ajaran Islam agar tidak lagi dipelajari melalui institusi formal. Melihat kondisi demikian, tidak ada pilihan bagi umat selain bersatu dan mempunyai agenda politik sendiri. Hanya dengan kesadaran politik yang tinggi kekuatan mereka dapat dipulihkan dan setiap upaya makar musuh pasti dapat digagalkan. 


Begitu juga dalam konteks politik internasional, umat pun disadarkan bahwa ikatan yang sahih bagi persatuan umat bukanlah nasionalisme. Nasionalisme merupakan ikatan rapuh yang dicangkokkan penjajah dalam tubuh umat. Dengan nasionalisme justru tubuh umat semakin terkerat-kerat, lemah, dan gampang untuk dijajah serta dijarah.


Umat harus disadarkan bahwa mereka terikat dengan konsep ukhuwah islamiyah yang mewajibkan mereka bersaudara dengan Muslim seluruh dunia membentuk umat yang satu. Saat ini, dunia menyaksikan pergerakan global menuju satu titik, yakni penerapan syariah oleh institusi Khilafah. Pergerakan ini tidak akan bisa dibendung. Pemahaman umat semakin meningkat tentang Khilafah sebagai hal penting dari ajaran Islam. Bahkan, berbagai hasil survey menunjukkan terjadi peningkatan penerimaan terhadap konsep Khilafah sebagai bentuk negara Ideal. Allahu Akbar!

Posting Komentar

0 Komentar