Banjir, Akibat Buruknya Tata Ruang yang Berorientasi Cuan

 


Oleh Ruruh Hapsari 


#Wacana - Dilansir dari liputan6.com bahwa adanya intensitas hujan yang tinggi mengakibatkan sejumlah daerah di Jakarta dikepung banjir (8/10/2022). Hujan yang mengguyur Jakarta dan sekitarnya pada 6 Oktober lalu mengakibatkan pintu air Sunter naik menjadi siaga 3 (waspada). Begitu pula di pintu air Cipinang hulu dan pintu air Manggarai. 


Dalam info grafis di liputan6.com disebutkan bahwa saat hujan deras di hari Kamis lalu sekaligus merendam tujuh belas ruas jalan dan empat puluh satu Rukun Tetangga. Dengan tingginya air di seputaran Jakarta mengakibatkan dua ratus tujuh puluh warganya terpaksa mengungsi (8/10/2022).


Tidak hanya di Jakarta, daerah penyangga Jakarta seperti Depok, Bekasi dan Tangerang pun tak luput dari terjangan banjir. Banjir kali ini bukan hanya dialami oleh daerah Jabodetabek saja, namun meluas hingga seluruh wilayah Nusantara.  


Geografis Indonesia


Pada dasarnya Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki curah hujan yang tinggi. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu pertama, posisinya yang berada di garis khatulistiwa. Kedua, terletak di daerah penguapan yang tinggi, karena diapit oleh dua samudera. Kemudian ketiga, terdapat banyak pegunungan, yang menyebabkan arah angin terhalang lalu menimbulkan hujan, juga terdapat beberapa faktor lainnya. 


Adanya curah hujan yang tinggi, sesungguhnya tidak hanya menimbulkan kerugian, namun juga terdapat sederet manfaat. Antara lain pertama, menempatkan mineral alami kembali ke tanah. Kedua, sebagai sumber pengairan lahan pertanian. Ketiga, sebagai cadangan air saat musim kemarau. Keempat, digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air, dan manfaat lainnya. 


Memang tak bisa ditampik bahwa dengan banyaknya curah hujan, tentu ada resiko yang ditimbulkan, yaitu banjir juga longsor. Masuk bulan Oktober 2022, Indonesia mengalami tingkat hujan dengan intensitas yang tinggi. Menurut outlook iklim 2022 dari BMKG, curah hujan tahunan akan diprediksi sedikit lebih tinggi dari normalnya. Kondisi ini terjadi di hampir seluruh daerah di Indonesia. 


Secara detil Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa BMKG memprediksi bahwa curah hujan sepanjang Januari hingga Oktober secara umum akan sedikit lebih tinggi curah hujannya dibanding normalnya. Kemudian pada November dan Desember curah hujan diprediksi akan lebih sedikit dibanding normalnya (Tirto.id 11/1/2022). 


Menurut BMKG yang menjadikan curah hujan meningkat pada tahun ini selain alasan di atas adalah adanya fenomena La Nina yang diperkirakan melemah dan menuju netral pada Desember 2022. Kemudian terdapat fenomeda IOD (Indian Ocean Dipole) yang juga diperkirakan akan negatif higga November mendatang. 


Tata Ruang 


Dengan kondisi geografis yang diberikan Allah Swt dan perkiraan cuaca dari pihak berwenang jauh-jauh hari, seharusnya para pembuat kebijakan bukan hanya mengambil langkah, namun juga mengatur agar tidak ada bencana berulang.

 

Dilaporkan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahwa sejak 1 Januari hingga 4 Oktober 2022 lalu terdapat 2.654 bencana alam yang telah melanda seluruh Indonesia. Dari ribuan bencana tersebut, banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi, yaitu sejumlah 1.048 kejadian. Sedangkan banjir yang terjadi di negeri ini mayoritas diakibatkan karena tata kota yang buruk. 


Seperti yang telah dinyatakan oleh Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB University, Herry Purnomo bahwa sebanyak delapan puluh persen penyebab masalah lingkungan adalah penataan ruang yang buruk. Oleh karenanya penataan penggunaan daratan sebagai perumahan, perkantoran, taman ataupun hutan lindung harus direncanakan dengan baik.


Sebagai contoh, daerah Kemang (Jakarta Selatan), dari sejak jaman Belanda merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) sungai Krukut. Oleh karenanya wajar hingga saat ini menjadi langganan banjir. Selain itu Koefisien Dasar Bangunan di Kemang dalam tata kota memang rendah, sekitar 20 hingga 30 persen, yang peruntukan lahannya hanya untuk taman. Sehingga tidak cocok untuk hunian ataupun komersil. 


Perencanaan Wilayah Ilahiyah


Hari ini, sebuah wilayah dibangun hanya untuk mengembangkan ekonomi, hingga bukan hanya menabrak tata guna lahan, manusia di dalamnya pun sama sekali tidak diperhatikan kesejahteraannya. Pembangunan sebuah wilayah hanya memperhatikan faktor fisiknya saja, tanpa melihat dampak sosial masyarakatnya. 


Betapa kehidupan yang berdasarkan pada sekulerisme lambat laun pasti akan hancur, terkikis dengan kerusakan sistem yang dibawanya sendiri. Sehingga jelas bahwa aturan kehidupan sejatinya tidak bisa dipisahkan dari agama. Hal ini dijawab oleh Islam. Islam menjelaskan bagaimana tatanan pembangunan wilayah bukan hanya dari pembangunan fisik namun juga kesejahteraan bagi manusia di dalamnya. 

Merujuk bagaimana Rasulullah saw membangun Madinah, maka sebuah kota/wilayah diawali dengan membangun spiritual masyarakatnya terlebih dahulu. Berlanjut pada pembangunan kelembagaan pemerintah di dalam masyarakat. Kemudian pembangunan sosiokultural, lalu barulah pembangunan fisik dan infrastruktur.


Seperti yang telah ditulis oleh Ibnu Kholdun, bahwa membangun sebuah wilayah haruslah berintegrasi dengan pembangunan peradaban. Karena di dalam sebuah wilayah terdapat perputaran ekonomi, masyarakat, penguasa, juga sejarah daerah tersebut, yang kesemua variabel itu bertujuan untuk membentuk maqoshid syariah.


Sehingga jelas bahwa pembangunan ala sekuleristik akan menyengsarakan rakyat dalam bentuk apapun, termasuk pembangunan kota yang menabrak tata wilayah yang akhirnya mangakibatkan banjir di seluruh nusantara. Karena orientasi pembangunan hanya demi ekonomi semata tanpa memperhatikan manusia di dalamnya.


Wallahualam.   


Posting Komentar

0 Komentar