Tidak ada kata yang dapat menggambarkan kesedihan suporter Arema atau Aremania dan keluarga juga seluruh rakyat Indonesia atas tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang. Kerusuhan yang terjadi setelah Arema berhasil mengalahkan Persebaya pada Sabtu, 01 Oktober lalu harus dibayar dengan ratusan nyawa melayang. Kejadian yang sangat disesalkan oleh banyak pihak. Siapakah yang kemudian harus bertanggungjawab dan hikmah atau pelajaran apa yang dapat diambil dari kejadian ini? Tim Suara Muslimah dari Muslimah Jakarta berhasil mewawancarai Wahyu Rimbun, M.Pd dari Pengurus Perhimpunan Remaja Masjid Dewan Masjid Indonesia (PP Prima DMI) menanggapi tragedi Kanjuruhan. Berikut hasil wawancaranya;
Pertanyaan:
Kita sedang berduka ya Mbak, banyak korban berjatuhan. Bahkan tidak tanggung-tanggung, ada 127 orang yang meninggal usai pertandingan Arema dengan Persebaya beberapa waktu lalu. Bagaimana Mbak Wahyu melihat hal ini?
Jawaban:
Ini menunjukan bahwa ketika amanah dipegang oleh orang yang tidak tepat maka akan banyak penderitaan.
Pertanyaan:
Terkait regulasi FIFA yang melarang penggunaan gas air mata, sementara Polda Jatim berdalih menggunakan sesuai dengan prosedur, bagaimana pandangannya terkait hal tersebut?
Jawaban:
Begitulah ketika orang yang tidak selayaknya diberi amanah menjalan sebuah amanah.
Pertanyaan:
Belum kelar terkait kasus FS, judi online, narkoba, penimbunan BBM, pertalite semakin boros, hingga RI masuk ke dalam 100 negara termiskin, ditambah tragedi ini, apakah ini bisa dikatakan kecerobohan atau kelalaian pejabat-pejabat yang berwenang?
Jawaban:
Ini masalah kita bersama. Setiap permasalahan yang terjadi di negeri ini jangan ditumpahkan pada suatu lembaga atau orang. Setiap kejadian ini adalah evaluasi bagi diri kita dulu. Sejauh ini sudah berapa sering kita berdoa dan meminta pemimpin yang adil pada Tuhan Yang Maha Esa. Saya melihatnya ini adalah ujian bagi bangsa Indonesia untuk kembali bertauhid kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pertanyaan:
Apa pesan Mbak kepada para korban dan para suporter sepakbola, yang notabene sebagian besar mereka adalah para pemuda?
Jawaban:
Untuk korban, ini sudah takdir. Ikhlaskan. Kita hanya sementara di bumi ini. Untuk suporter, peliharalah akal sehat. Kita ini tidak sedang berperang. Sesama suporter itu harusnya adalah keharmonisan.
Pertanyaan:
Dari korban yang berjatuhan, ternyata banyak juga yang hanya jadi korban terinjak-injak, bukan yang maniak sekali. Apa yang bisa kita ambil hikmahnya agar lebih berhati-hati dengan diri kita? Misalnya jangan sampai mengorbankan apa yang ada pada diri kita untuk hal-hal yang sepele?
Jawaban:
Kita tidak tahu akhir kehidupan kita akan berakhir seperti apa. Jadi teruslah meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk mewafatkan dengan husnul khotimah.
0 Komentar