Oleh Ruruh Hapsari
#TelaahHadist - Negeri ini diberikan keberkahan yang sangat melimpah dari Sang Maha Pencipta, oleh karenanya julukan ‘Jamrud Khatulistiwa’ sejak lama disandangnya. Banyak alasan yang mendasari julukan ini. Antara lain pertama, letaknya yang dilewati garis khatulistiwa, sehingga memiliki iklim yang tropis dan matahari bersinar sepanjang tahun. Kedua, terdapat ratusan bahkan ribuan jenis flora dan fauna. Ketiga, berkontribusi pada kecukupan oksigen di dunia dari hutannya yang lebat. Keempat, hasil tambang yang melimpah di dasar bumi. Limpahan kekayaan tersebut tidak banyak dimiliki oleh negara lain.
Ditambah lagi posisi strategisnya sebagai jalur lintas internasional yang bila diolah akan menguntungkan dari sisi ekonomi bagi negeri ini. Dengan itu semua bukan hanya membuat iri banyak negara, namun juga diperebutkan dari jaman dahulu kala.
Masyarakat Makin Miskin
Hingga kemudian penjajah datang, berusaha mengeruk hasil bumi ibu pertiwi, dengan semboyan mereka ‘Gold’ dari Gold, Glory dan Gospel. Salah satunya Belanda. Kekayaan nusantara dijual oleh VOC, perserikatan dagang Belanda, tentu demi menambah pundi-pundi kekayaan negeri kincir angin itu.
Kemudian pasca kemerdekaan, kekayaan alam nusantara pun masih terus dikeruk dengan pelaku yang berganti rupa. Mana kawan mana lawan, hanya bisa dipisahkan dari apa yang dipikirkan dan diucapkan, karena secara fisik tidak ada perbedaan. Bahasa, rambut, warna kulit pun keturunan.
Kekayaan alam yang terus menerus disedot tiada henti dari tahun ke tahun, saat ini barulah terlihat akibatnya. Hutan rusak, laut pun demikian. Flora dan fauna sebagian punah, hasil tambang yang awalnya gunung, saat ini menjadi lembah dan lain sebagainya. Masyarakat yang sejatinya mendapatkan keuntungan justru tertimpa kemalangan.
Kemiskinan Struktural
Sudah menjadi pandangan umum, kelaparan, kesenjangan, kemiskinan terjadi di depan mata. Terbukti pada Maret 2022 lalu dilaporkan oleh lembaga riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia berpotensi melonjak hingga 10,81%. Dengan kata lain jumlah penduduk miskinnya mencapai 29,3 juta jiwa. Selain itu menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Gini Rasio tahun 2022 (data kesenjangan antara si kaya dan si miskin) negeri ini di perkotaan, meningkat.
Walaupun tidak dipungkiri bahwa di negara dunia ketiga, ketimpangan sosial memang terjadi, namun kemiskinan ini bukan hanya dikarenakan faktor individual semata. Pada kenyataannya banyak sekali kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat kecil. Justru kekayaan hanya berputar pada segelintir orang termasuk para petinggi partai juga penguasa.
Kenyataan ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Amerika yang notabene pengatur dunia dengan demokrasinya pun melakukan hal demikian. Masih teringat bagaimana protes masyarakat yang membawa poster ‘We Are The 99%’ dibawa oleh para demonstran mengelilingi Wall Street.
Kebijakan penguasalah yang menjadikan kemiskinan makin menganga. Penguasa terus mencari keuntungan tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Bisa disimpulkan bahwa tak ada kebijakan yang tidak menghasilkan cuan.
Penguasa, Pengatur Urusan Rakyat
Padahal ratusan tahun lalu, Rasulullah saw telah mengingatkan dalam Hadist Riwayat Muslim dan Ahmad, ”Seorang Imam adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya”.
Dalam hadis tersebut jelas dinyatakan bahwa pengaturan urusan rakyat merupakan hal yang utama. Tidak lagi menjadikan kekuasaan sebagai batu loncatan untuk mencari keuntungan bagi keluarga dan kolega. Itulah yang dikatakan mencari keuntungan di tengah kemelaratan rakyat.
Harta juga jabatan sesungguhnya merupakan amanah dan ujian dari Sang Maha Kuasa yang dititipkan kepada manusia yang lemah ini untuk dipergunakan sesuai syariat-Nya. Bukan justru dipergunakan sendiri apalagi sampai menyengsarakan manusia.
Oleh karenanya bila kekuasaan masih mengandalkan uang di atas segalanya, maka kerusakanlah yang terjadi. Layaknya sistem sekuler yang sampai saat ini dipegang teguh, diperjuangkan, dielu-elukan, namun justru aturan hakiki dilupakan.
Wallahu’alam.
0 Komentar