Di balik senyumku
Hanya karena tak ingin ada
Pertengkaran di antara kita berdua
Lelah kumenanti
Hilangnya tirani
Namun hatimu tak bernurani
Bak berharap hujan di terik sang mentari
Puaskan Puaskanlah
Penggalan syair lagu itu sangat menyanyat hati dan kini viral di media sosial semenjak sang penyanyi mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang cukup memukul perasaannya. Bahkan netizen pun dibuat terperangah saat mengetahui apa yang dialami artis pujaannya. Rasa sedih, kecewa hingga marah terutama pada pasangan sang penyanyi. Bahkan saking bencinya pada pasangan idolanya banyak yang membuat meme dan konten penuh kekecewaan.
Persoalan KDRT memang saat ini menjadi sorotan publik. Hal ini karena banyaknya pemberitaan yang memuat kekerasan dalam pernikahan yang berujung hilangnya nyawa. Korban KDRT didominasi perempuan walaupun kekerasan juga dialami laki-laki. (Liputan6.com, 2/10/2022).
Persoalan ini pun mengetuk hati Menteri Menteri Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mengajak masyarakat untuk berani angkat bicara ketika menjadi korban atau sebagai saksi pelecehan seksual ke perempuan dan anak. Hal ini beliau sampaikan dalam kampanye bertajuk Ayo Stop Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan dan Anak saat di Car Free Day di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Minggu (kompas.com, 25/9/2022).
KDRT saat ini seolah menjadi trend di masyarakat. Praktiknya bisa bermacam-macam. Dari yang non fisik maupun fisik. Banyak motif yang melatarbelakanginya. Dari mulai perselingkuhan dan yang paling banyak karena ekonomi. Persoalan KDRT ada yang diungkapkan ke publik ada juga yang hanya didiamkan begitu.
Para pegiat feminisme kasus KDRT dijadikan pemantik untuk terus menggaungkan kesetaraan gender. Mereka terus mempermasalahkan kaum laki-laki sebagai biang masalah KDRT. Mereka juga sangat mendukung bagi kaum perempuan untuk speak up atas kekerasan. Hal ini dianggap sebagai bentuk perlawanan terhadap berbagai kekejaman yang selama ini dilakukan oleh kaum laki-laki. Namun yang jadi pertanyaan, apakah berani bicara tentang KDRT akan mampu menyelesaikan masalah tersebut? Terlebih banyak regulasi yang disahkan di negeri ini.
Berani atau tidaknya menyuarakan KDRT tidak akan menuntaskan masalah tersebut jika aturan yang diterapkan saat ini tidak diganti. Mengapa? Hal ini karena KDRT terjadi akibat aturan agama tidak dijadikan patokan dalam kehidupan. Akibatnya hilangnya nilai-nilai Islam dalam berumah tangga. Contoh salah satu pemicu KDRT karena faktor ekonomi dan perselingkuhan. Jika negara memberikan jaminan kehidupan yang layak tentu hal-hal seperti ini tipis kemungkinan terjadi, terlebih nilai-nilai agama diterapkan. Artinya orang yang senantiasa menjadikan agama sebagai pegangan tentu akan menjaga pergaulan dengan lawan jenisnya.
Sistem sekularisme hari ini sungguh sangat mencengkeram kehidupan rumah tangga. Bagaimana tidak, seorang suami atau istri bisa berbuat sekehendak hati tanpa memikirkan risiko ke depannya. Hanya karena masalah sepele bisa berbuat lebih kejam seperti menganiaya atau bahkan membunuh pasangannya. Rumah tangga yang seharusnya diwarnai dengan prinsip-prinsip agama justru malah sebaliknya. Kehidupan liberal, hedonis dan menganggap kebahagiaan hanya pada materi semata akan meluluhlantakkan kehidupan. Menjauhkannya dari hidup sakinah mawadah warahmah.
Sungguh berbanding terbalik dengan sistem Islam. Dalam sistem Islam peran negara begitu kentara dalam melindungi rakyatnya. Negara menjamin kesejahteraan ekonomi masyarakat. Tentu hal ini akan tercipta ketenangan bagi kepala keluarga karena tidak dipusingkan urusan perut. Belum lagi dalam sistem Islam juga sangat ketat menjaga hubungan lawan jenis. Celah perselingkuhan pun sangat tipis. Ketika ada yang mau berbuat tidak senonoh akan berpikir panjang karena hukumannya pun memberi efek jera.
Suami istri di dalam sistem Islam akan dibalut dengan baju takwa sehingga hubungan keduanya layaknya persahabatan bukan hubungan atasan dan bawahan. Bahkan Rasulullah Saw mengingatkan agar para lelaki berbuat baik terhadap istrinya, jangan menyakiti apalagi menganggap laksana bawahan. Nauzubillah.
Karena sebaik-baik lelaki adalah dia selalu berbuat baik kepada istrinya dan sabar terhadap perilakunya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya”.
Seorang suami yang paham Islam tak akan membiarkan istrinya dalam kemaksiatan. Menegur penuh kelembutan dan menafkahi secara adil dan makruf. Mereka pun tenang dalam mencari nafkah karena negara menyediakan sedemikian rupa.
Pun Islam mengatur para istri agar berbuat baik kepada suaminya. Sabda Nabi Saw, “Siapakah wanita yang paling baik?” Beliau menjawab, ''(Sebaik-baik wanita) adalah yang menyenangkan (suaminya) jika ia melihatnya, menaati (suaminya) jika ia memerintahnya, dan ia tidak menyelisihi (suaminya) dalam hal yang dibenci suami pada dirinya dan harta suaminya.“ (HR Ahmad, Hakim, Nasa'i, dan Thabrani).
Hubungan ini begitu indah dan jauh dari unsur-unsur KDRT. Tidak seperti kehidupan di masa sekarang yang hidup jauh dari aturan Islam. Kehidupan keluarga harmonis banyak bertebaran saat Islam diterapkan dan nihil dari KDRT. Walhasil hanya Islam saja yang mampu meminimalisir berbagai permasalahan rumah tangga. Dengan sistem Islam keluarga diliputi kebahagiaan dan ketakwaan. Wallahualam bissawab.
Oleh Heni Ummu Faiz - Ibu Pemerhati Umat
0 Komentar