Mampukah Generasi Milenial Kembangkan Ekonomi Digital?





Generasi milenial digadang-gadang mampu mengembangkan ekonomi digital. Menggantungkan harapan pada generasi milenial dalam perekonomian, adalah hal yang wajar. Karena generasi milenial memiliki potensi besar untuk membuat perubahan besar demi kemajuan bangsanya.  Namun, apakah harapan tersebut bisa terwujud? Pasalnya, generasi milenial saat ini sedang menikmati dan menjadi pangsa pasar ekonomi dalam sistem kapitalisme, baik mereka sadari ataupun tidak.


Pelaksana harian Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Andin Hadiyanto mengatakan kondisi demografi Indonesia yang didominasi oleh generasi milenial Y dan Z menjadi potensi utama pengembangan ekonomi digital di Tanah Air. Karena generasi yang dibesarkan ditengah mulai berkembangnya digitalisasi di segala bidang, akan memudahkan mereka untuk beradaptasi dengan teknologi.


Akselerasi perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan ekonomi digital terlihat dengan adanya lonjakan aplikasi ritel dan daring.  Sebagai salah satu strategi tetap bergeraknya sektor ekonomi produktif khususnya ditengah keterbatasan akses fisik selama 2 tahun terakhir pandemi covid-19. E-commerce menjadi penopang ekonomi digital, dimana pada tahun 2021 nilainya mencapai 53 dolar AS dan diprediksi pada tahun 2025 akan menjadi 104 miliar dolar AS. Sehingga hal ini menjadi salah satu pilar dalam mewujudkan visi Indonesia 2045 berdaulat, adil dan makmur dan dapat menjadi salah satu negara dengan produk domestik bruto (PDB) terbesar kelima di dunia (antaranews, 10/10/2022)  


Optimisme pemerintah dalam melakukan pemulihan ekonomi di negeri ini dengan menjadikan ekonomi digital sebagai penopangnya. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyatakan, potensi generasi Y dan generasi Z yang dianggap memiliki tiga ciri utama yakni, agile, kreatif, dan curiosity (memiliki keingintahuan yang tinggi, diharapkan mampu membuat transformasi digital kita lebih cepat dan pemerintah harus memberikan program yang tepat sasaran, tepat manfaat dan tepat waktu. 


Menggantungkan harapan dan kontribusi besar pada generasi Y yang lahir sekitar tahun 1981-1996 dan  generasi Z yang lahir tahun 1997-2012, harus mengetahui terlebih dahulu kondisi generasi Y dan generasi Z tersebut. Apa yang menjadi kelebihan dan kelemahan serta tantangan yang harus dihadapi dalam mewujudkan visi besar itu.


Walaupun memang keduanya lahir dalam gengaman era digitalisasi dan teknologi tinggi serta dimana arus informasi dapat diakses dengan mudah dan cepat. Tetapi bersamaan itu pula, gaya hidup hedonis, komsumtif, permissif dan gaya hidup instan lainnya ikut mewarnai pertumbuhan dan perkembangan ciri kedua generasi tersebut. Sehingga tentu saja kedua generasi ini memiliki kadar yang berbeda dalam menghadapi serangan digitalisasi sekaligus gaya hidup instan yang serba bebas.


Ada potensi sekaligus tantangan yang harus dihadapi generasi Y dan generasi Z di tengah persaingan politik ekonomi dunia yang begitu ketat. Mampukah kedua generasi tersebut menghadapi tantangan yang ada hanya dengan mengandalkan potensinya semata? Kita melihat hari ini, bagaimana kualitas generasi di negeri yang nyaris tidak ada korelasi dalam mempersiapkan mereka untuk meraih visi besar itu.


Kecanggihan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan dalam sistem aturan hidup yang sekuler, hanya menghantarkan generasi menjadi korban dari teknologi. Marak krisis moral dan kriminalitas yang berbasis pada teknologi. Yang membentuk generasi tersebut dengan lifestyle yang melanggar nilai-nilai agama, sehingga anak-anak dan remaja pun mengalami kerusakan yang sangat parah.


Ditambah lagi dari sistem pendidikan kapitalistik yang hanya mampu mencetak generasi sesuai kebutuhan industri dan pasar kerja. Sedangkan dari sisi yang lain mereka mengalami dekadensi moral yang teramat parah. Output dari sistem pendidikan sekuler ini juga hanya menghasilkan generasi buruh bukan generasi ahli yang mampu bersaing di dunia internasional.


Ingin mewujudkan visi negara besar dan maju, tanpa kehadiran negara untuk menghasilkan generasi yang mumpuni dari sisi ilmu pengetahuan dan teknologi, hanyalah sebuah mimpi. Tidak akan pernah terwujud, karena ketidakhadiran negara sebagai pemegang kebijakan dalam mewujudkan generasi yang siap berkompetisi dalam kancah ekonomi dunia. Yang ada, generasi hanya menjadi korban dan pangsa pasar ekonomi dalam jeratan kapitalisasi ekonomi.


Visi menjadi negara yang berdaulat dan maju, adil dan makmur di masa depan akan bisa diraih, apabila generasi hari ini adalah generasi unggul. Bukan hanya unggul secara akademik, melainkan juga unggul dalam pola pikir dan pola sikap serta mampu menyelesaikan persoalan hidupnya dengan cara berfikir benar yang berlandaskan pada akidah Islam.


Akidah Islam pulalah yang menjadi asas dari sistem pendidikan yang diterapkan untuk melahirkan output generasi unggulan dan berkualitas tersebut. Karena pada hakikatnya, Islam adalah sebuah ideologi yang memiliki kaidah berfikir yang mendalam dan cemerlang yang akan mengarahkan umat membangun sebuah peradaban cemerlang di masa yang akan datang.


Disinilah urgensi sistem pendidikan Islam dalam mewujudkan visi besar negara yang berbasis ideologi Islam dan didukung dengan seperangkat hukum syariat yang maha sempurna. 1300 abad yang lalu menjadi bukti kegemilangan sistem pendidikan Islam dalam melahirkan generasi emas hingga menjadi mercusuar dunia dan berkontribusi besar bagi peradaban dunia. Lahirnya profil-profil hebat seperti Ibnu Sina, Al Khawarizmi, Al Biruni dan masih banyak lagi sederet nama generasi emas di masa kejayaan Islam dalam naungan khilafah.


Generasi emas ini bukan hanya menguasai ilmu agama (faqih fiddin) melainkan juga mumpuni di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka berlomba-lomba menghasilkan teknologi yang bermanfaat bagi umat manusia. Semua tak lepas dari support sistem yang dibangun negara (Khilafah) yang serius dalam mencetak generasi untuk mewujudkan visi besar sebuah negara. Negara yang mandiri, berwibawa, dan berdaulat akan memudahkan untuk mewujudkan visi besar negara pembangun peradaban mulia. Dan tak mudah diintervensi atau dijajah oleh negara-negara Barat. 


Sejarawan Barat menuliskan dengan jujur dalam bukunya The Story of Civilization, ”Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti ini belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan tersebar luas, hingga berbagai ilmu sastra, filsafat, seni mengalami kemajuan yang luar biasa, yang menjadikan Asia Barat sebagai bagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad”.


Walhasil, dalam sistem Khilafah sajalah Indonesia akan menjadi negara maju dan berdaulat serta terwujud generasi tangguh, kuat dalam bidang sains teknologi serta menjadi generasi yang beradab, berpegang teguh pada ideologi Islam. Tanpa ideologi Islam dalam naungan Khilafah, Indonesia akan terus berada dalam penjajahan dan semakin melanggengkan sistem kapitalis liberal. Wallahua’lam.



Oleh : Siti Rima Sarinah






Posting Komentar

0 Komentar