Selalu ada hikmah di balik musibah. Begitupun di balik tragedi meninggalnya ratusan suporter Aremania Sabtu 01 Oktober lalu. Mereka mayoritas adalah para pemuda. Tragedi ini menyadarkan kita, ada potensi besar negeri ini yang seolah terlupakan dari prioritas pembangunan. Yaitu para pemuda. Potensi mereka, semangat mereka seharusnya menjadi kekuatan untuk membangun negeri. Karena merekalah yang akan meneruskan estafet perjuangan.
Namun, apa yang menyibukkan mayoritas pemuda hari ini? Sudahkah mencerminkan karakter pemimpin atau justru sebaliknya? Apa yang perlu dibenahi dalam mempersiapkan generasi? Bagaimana membangun potensi pemuda, menjauhkannya dari kesia-siaan dan mempersiapkan mereka menjadi pemimpin? Berikut hasil wawancara Tim Suara Muslimah dan Muslimah Jakarta berhasil bersama Sely Selviana S,Pd, aktivis BMI Community, berkenaan dengan membangun potensi pemuda.
Pertanyaan:
Apa yang melatarbelakangi fenomena-fenomena (suporter sepakbola, nonton konser, pada waktu lalu fenomena Citayam Fashion Week) pemuda saat ini dengan aktivitasnya hanya disibukan dengan hal-hal sepele?
Jawaban:
Tragedi Kanjuruhan dengan 131 korban jiwa (tempo.co, 5 okt 2022) tentu menyisakan duka mendalam bagi kita semua. Namun ada musibah besar tak kasat mata yang menimpa kalangan pemuda kita saat ini. Fenomena larutnya mereka dalam berbagai dunia hiburan dengan berbagai variasinya mulai dari musik, film, fashion, games dan tak terkecuali olahraga. Fenomena ini tentu bukan alamiah. Namun, tak bisa dilepaskan dari industrialisasi hiburan yang menjadi ladang subur meraup cuan. Dalam dunia industri menciptakan penawaran untuk menjadi kebutuhan bahkan candu adalah keniscayaan. Dengan candu inilah para muda-mudi mampu mengorbankan apapun mulai dari materi yang tidak sedikit hingga nyawa rela mereka pertaruhkan.
Pertanyaan:
Sejak kapan para pemuda mengalami degradasi moral, di mana aktivitas perbuatannya tidak mencerminkan karakter pemuda ksatria yang memikirkan permasalahan umat?
Jawaban:
Sejak para pemuda mengalami disorientasi hidup. Sehingga mereka kehilangan vitalitasnya sebagai pembangun peradaban mulia. Hal ini tentu diperparah dengan arus liberalisme dan gaya hidup hedonis yang semakin masif melalui media sosial. Lihatlah berbagai kanal media sosial yang senantiasa menyuguhkan gaya hidup materialistik.
Pertanyaan:
Siapa yang harus bertanggungjawab terhadap kerusakan potensi pemuda saat ini?
Jawaban:
Yang paling bertanggung jawab tentu adalah negara. Karena negara memiliki berbagai perangkat sistem dan otoritas untuk menjaga para pemudanya dari hal-hal yang mampu merusak potensi besarnya sebagai pembangun peradaban bangsa di masa depan. Misalnya ketika ada upaya para pemilik modal menjadikan pemuda sebagai pasar industri hiburan yang merusak, tentu negara bisa dengan mudah memproteksinya.
Pertanyaan:
Kenapa penurunan kualitas pemuda itu bisa terjadi? apa penyebabnya?
Jawaban:
Hilangnya visi misi bangsa sebagai umat terbaik. Dalam Islam, karakter Khoiru Ummah menjadi visi bangsa kaum muslimin. Pembentukan generasi disiapkan sedemikian rupa hingga mampu menjadi terdepan dalam berbagai hal untuk membangun peradaban. Namun saat ini otoritas negara hanya dijadikan jalan untuk memuluskan berbagai kepentingan pribadi/golongan. Sehingga pemuda tidak lebih hanya diberdayakan sebagai sumber ekonomi yang menguntungkan secara materi.
Pertanyaan:
Bagaimana gambaran pemuda dalam Islam yang memiliki jiwa ksatria, aktifitasnya dipenuhi dengan perjuangan, keilmuan, kebermanfaatan untuk umat?
Jawaban:
Kejayaan peradaban Islam dalam negara Khilafah, memang banyak diukir oleh pemuda-pemuda berkualitas. Mereka memiliki keimanan yang kokoh, integritas yang kuat, keilmuan yang tinggi, berjiwa ksatria, dan banyak melahirkan karya terbaik untuk kepentingan umat manusia. Semua ini tentu tidak terlepas dari peran negara mulai dari menyiapkan pendidikan dini hingga pendidikan tinggi yang berbasis aqidah Islam, bukan berbasis materialisme. Negara juga hadir dalam melindungi kehidupan pemuda dari kesia-sian. Sehingga semua diarahkan untuk bisa produktif berlomba-lomba dalam kebaikan untuk kemaslahatan umat dan agamanya.
0 Komentar