Momen Maulid Nabi Saw senantiasa diperingati kaum muslim dengan beragam cara. Kaum muslimin merayakan kelahiran manusia paling mulia ini dengan penuh antusias. Namun, adakah hikmah di balik perayaan yang rutin digelar tiap tahun tersebut atau sebatas seremonial semata?
Kaum muslim sudah sangat memahami dan mengenal siapa Rasulullah Muhammad Saw. Diutusnya menjadi Nabi dan Rasul telah mengubah zaman yang penuh kegelapan menuju cahaya. Mengajak manusia menyembah hanya kepada Allah Swt. Beliau manusia mulia, pilihan Allah Swt yang diutus untuk menyebarkan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. Berkat perjuangan dakwah beliau, kita mengenal Islam, beriman hanya kepada Allah Swt. Dijadikannya suri teladan bagi seluruh umat manusia hingga akhir zaman.
Allah Swt berfirman, ”Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”. (Al Ahzab : 21).
Keteladanan dalam diri Rasulullah Saw yang patut kita ikuti bukan hanya terkait akhlak saja. Melainkan perkataan, perbuatan dan diamnya beliau adalah perkara yang wajib diteladani oleh siapapun yang mengaku umatnya. Namun, masih saja sebagian kaum muslim hanya meneladani Rasul dari aspek akhlak, sikap atau perilakunya saja. Kemudian melupakan aspek lain yang seharusnya sama-sama dijadikan rujukan.
Hal inilah yang menyebabkan perayaan Maulid Nabi hanya sebatas seremonial dan tidak berpengaruh apapun bagi kehidupan kaum muslim. Padahal ada pelajaran penting yang tersimpan di balik kelahiran beliau dalam merubah dunia dari kegelapan menuju cahaya Islam. Sebab, sebelum Islam datang bangsa Arab adalah bangsa jahiliyah yang banyak melakukan pelanggaran. Diantaranya menyembah berhala, berjudi, membunuh anak perempuan mereka karena dianggap sebagai aib dan masih banyak kemaksiatan lain.
Inilah adat kebiasaan bangsa Arab yang berhasil dirubah oleh Rasulullah dengan Islam. Islam datang sebagai penyempurna agama-agama terdahulu. Di bawah naungan Islam bangsa Arab menjadi bangsa yang bermartabat dan disegani. Aktifitas dakwah Islam di kala itu tak sedikit mendapatkan tantangan dari orang-orang kafir yang tidak menyukai kehadiran Islam di tengah-tengah mereka. Sebab, Islam telah merubah pemikiran dan pemahaman bangsa Arab tentang hakikat sang pencipta yang wajib disembah.
Rasulullah Saw dan para sahabatnya berdakwah mengopinikan Islam dan syariatnya sebagai satu-satunya aturan yang wajib diterapkan dalam kehidupan manusia. Dan hanya menyembah kepada Zat yang menciptakan manusia, alam semesta dan kehidupan yaitu Allah swt saja, bukan yang lain.
Bagaimana Rasulullah dan para sahabat mengubah cara pandang bangsa Arab, merupakan metode dakwah yang wajib diikuti kaum muslim. Dakwah Rasulullah terbukti berhasil membawa perubahan. Berbondong-bondong orang-orang Arab masuk Islam dan meninggalkan patung-patung berhala yang selama ini mereka sembah akibat kebodohan mereka. Tidak hanya itu, akhirnya Islam tegak dalam institusi negara, terus menyebar ke seluruh dunia dan menjadi pemimpin peradaban selama kurang lebih 13 abad.
Dakwah adalah perintah Allah yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim. Dengan dakwah, Islam tersebar dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Oleh karena itu, setiap Muslim haruslah menunaikannya dengan meneladani cara dakwah Rasulullah. Berupaya mengembalikan pemikiran kaum muslim pada pemikiran yang benar tentang kehidupan dan tujuan penciptaan manusia, yang hari ini telah terkontaminasi dengan pemikiran kufur.
Karena disadari atau tidak pemikiran kufur tersebut telah menggeser pemahaman kaum muslim. Umat muslim ikut terpengaruh pada pemahaman bahwa agama hanya sebagai ibadah ritual, tidak lagi dijadikan asas dalam menjalani kehidupan. Maka perlu ada upaya penyadaran agar umat mampu memilah mana pemikiran yang benar yang berasal dari Islam, dan mana pemikiran yang berasal dari pemikiran kufur. Upaya itu tidak lain adalah dengan dakwah.
Maka ketika mengaku beriman kepada Allah, cinta kepada Rasulullah dan menempatkannya sebagai uswatun hasanah, tetapi tidak melibatkan diri dalam aktifitas dakwah, bisa dipastikan cinta kepada Allah dan Rasul adalah palsu. Termasuk menjadikan Al Qur’an dan As Sunnah sebagai petunjuk hidup merupakan bagian dari wujud cinta. Sudahkah kita menjadikan Al Qur’an sebagai landasan dalam beramal? Sudahkah kita mengisi waktu kita untuk mempelajari, memahami, mengamalkan serta mendakwahkan isi Al Qur’an ke tengah-tengah umat? Jika belum, pengakuan tersebut hanyalah ucapan di lisan tanpa amal.
Ingatlah wahai kaum muslimin, kehidupan dunia hanyalah sementara. Gunakan kesempatan yang singkat ini dengan sebaik-baiknya. Bukankah setiap muslim ingin dikumpulkan bersama Rasulullah di akhirat nanti dan menjadi golongan yang mendapatkan syafaatnya? Untuk mendapatkannya perlu pengorbanan dan perjuangan serta kesungguhan. Yaitu dengan mengoptimalkan potensi diri menjadi golongan orang-orang yang menyerukan Islam, menyebarkan Islam hingga ajal menjemput. Wallahua’lam.
Oleh: Siti Rima Sarinah
0 Komentar