Oleh Rini Sarah
#TelaahUtama - Suhu politik Indonesia semakin meningkat menuju 2024. Pendeklarasian Capres oleh Parpol sudah dilakukan. Anies Baswedan yang sempat menjadi harapan umat, akhirnya berlabuh di kapal Partai Nasional Demokratik (Nasdem).
Sebagian umat Islam Indonesia memang sempat dan ada yang masih berharap kepada Anies Baswedan. Melihat kinerjanya sebagai Gubernur DKI Jakarta, umat merasa Anies akan membawa perubahan kepada nasib umat Islam dan Indonesia pada umumnya. Apalagi Anies naik takhta Gubernur atas dukungan umat Islam. Hanya saja, ketika Anies memutuskan menunggangi kendaraan politik yang bercorak nasional demokratis, akankan harapan umat menjadi kenyataan? Atau hanya ibarat mengejar bayang-bayang elang?
Teladan Sempurna
Umat Islam adalah umat yang mencintai Nabinya. Ekspresi cinta tertinggi kepada Nabi adalah dengan meneladaninya dalam berbagai aspek kehidupan. Allah Swt. berfirman,
لَقَدْ كَا نَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَا نَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَا لْيَوْمَ الْاٰ خِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS. Alahzab : 21)
Dalam ayat ini jelas terlihat, bahwa orang-orang yang akan meneladani Rasulullah hanyalah orang-orang beriman, orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat. Selain itu orang yang meneladani Rasulullah adalah orang-orang yang terjaga keimanannya karena banyak mengingat Allah. Ini berarti, orang kafir dan munafik tidak akan pernah meneladani Rasulullah Saw sepanjang hidupnya.
Dalam ayat ini juga ada “fi” sebelum kata Rasulillah. Ini menunjukkan bahwa seluruh yang ada dalam diri Rasulullah Saw itu menjadi uswatun hasanah (teladan yang baik). Mulai dari ibadahnya, akhlaknya, cara berbisnisnya, cara bergaulnya, berumah tangga, hingga cara beliau memimpin. Semua beliau lakukan dengan baik dan sempurna. Dalam aspek kepemimpinan, Rasulullah bahkan dinobatkan menjadi pemimpin paling berpengaruh no 1 di dunia oleh seorang Astrofisikawan Yahudi-Amerika, Michael H. Hart, dalam bukunya yang fenomenal yaitu The 100 : A Ranking of The Most Influential Persons in History. Hart pun mengakui bahwa pengaruh yang diberikan Rasulullah pada dunia adalah pengaruh yang baik. Jadi, tidak ada alasan sama sekali bagi umat Islam yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya untuk tidak menjadikan beliau Saw sebagai teladan terbaik yang wajib diikuti.
Dalam hal melakukan perubahan dengan cara meraih kepemimpinan. Rasulullah Saw dalam sirah tidak digambarkan bahwa beliau mendekat ke kalangan yang berseberangan dengan risalah kenabian guna mendapatkan kemudahan meraih tujuan. Beliau betul-betul memulai dari nol. Sendirian. Tak ada teman. Hingga beliau berhasil mengislamkan para sahabat. Bersama merekalah Rasulullah berjuang hingga berdiri negara Islam di Madinah. Sebuah negara yang tidak sekedar menjadikan Rasulullah sampai kepada posisi kepala negara. Tetapi, negara yang menerapkan akidah dan syariah Islam. Negara yang menjadikan Islam hidup di tengah-tengah umat. Bukan sekedar negara yang dipimpin oleh orang Islam saja.
Sebelumnya bukan tidak ada tawaran untuk merapat pada kendaraan yang mapan. Dalam sebuah riwayat termasyhur, Rasulullah sempat ditawari oleh para pemuka Quraisy melalui juru negosiasinya, Utbah bin Rabiah. Salah satu penawaran Utbah berbunyi, “... jika yang kau inginkan adalah kedudukan, kami siap mengangkatmu menjadi pemimpin kami, hingga tidak ada yang berhak memutuskan perkara selain engkau. Jika yang kau inginkan adalah kekuasaan, kami akan mengangkatmu menjadi raja....”. tentu saja, penawaran ini disertai syarat menghentikan dakwah tauhidullah dan menerapkan syariah.
Respon Rasulullah tidak serta merta tergiur oleh tawaran itu. Lalu, berpikir memanfaatkannya untuk tujuan dakwah beliau. Rasul hanya membacakan Al-Quran surat Fussilat : 1-5. Hingga Utbah terpengaruh olehnya. Dari sini kita bisa mengambil pelajaran bahwa untuk meraih kepemimpinan Rasul mempunyai metode tersendiri. Lalu, metode itu harus dibersihkan dari kotoran-kotoran pemikiran dan sarana-sarana kufur yang bertentangan dengan Islam.
Thariqul Umat
Meraih kepemimpinan yang menolong umat tidak mungkin jika tidak melakukan perubahan radikal. Perubahan itu harus mengakar dan mampu mengubah masyarakat. Sebagaimana kita ketahui, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang berinteraksi guna memenuhi kebutuhan hidupnya dengan pola interaksi yang khas. Pola ini akan ditentukan oleh unsur pemikiran, rida benci alias perasaan mereka terhadap sesuatu, lalu dilembagakan oleh aturan yang ditetapkan negara.
Guna melakukan perubahan kepada Islam, Rasulullah Saw melakukannya dengan sebuah metode yang dikenal dengan nama Thariqul Umat. Sebuah metode dengan upaya sungguh – sungguh dan sistematik membangun sistem yang dibangun berdasarkan kekuatan umat, melalui keyakinan, dukungan dan implementasi mereka terhadap sistem tersebut. Adapun proses perubahannya dari sistem kufur ke sistem Islam hanya dilakukan melalui thalab an-nushrah (meraih dukungan dari pihak yang berkuasa) bukan dengan cara yang lain.
Aktivitas riil dalam penerapan thoriqul umat yang sesuai dengan metode Nabi saw. menuntut: pembentukan opini umum (ar-ra’yu al-‘âm) tentang pemerintahan Islam yang berasal dari kesadaran umum (ar-wa’yu al-‘âm) akan penting dan wajibnya mendirikan kepemimpinan (pemerintahan) Islam serta pendirian pemerintahan Islam melalui an-nushrah, yaitu dukungan dan pertolongan. Bukan dengan cara kekerasan, ikut terlibat dalam politik praktis saat itu, ataupun people power.
Inilah metode meraih kepemimpinan dengan manhaj kenabian. Metode ini dicontohkan oleh orang terbaik dan sudah terbukti keberhasilannya. Berhasil mengantarkan hukum Islam kepada kedaulatan. Hingga Islam hidup di tengah-tengah dunia dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
0 Komentar