Peran Strategis Santri, Antara Membangkitkan Umat Atau Penopang Perekonomian?

 


Oleh: Siti Rima Sarina


#wacana - Keberadaan santri di tengah masyarakat, khususnya Indonesia yang mayoritas Muslim sangatlah penting. Pasalnya kehadiran santri dan pesantren menjadi wasilah bagi masyarakat untuk memahami dan mengaplikasikan agama dalam kehidupan untuk mewujudkan kebangkitan umat. Apalagi hidup dalam kungkungan gaya hidup serba bebas seperti saat ini, maka santri berperan untuk menjaga dan memahamkan masyarakat agar tidak melanggar aturan dan syarait yang telah ditetapkan dalam agama. 


Hari Santri Nasional yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober menjadi momentum bagi santri untuk mengambil peran dan berkontribusi bagi bangsa. Santri dinilai memiliki potensi besar dalam menggerakkan roda perekonomian, khususnya di desa. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Hakim Iskandar mengatakan santri berperan besar dalam menggerakkan ekonomi desa.


Pondok pesantren yang sebagian besar berada di tengah pedesaan, menjadi pusat perdagangan yang menunjang kesejahteraan warga sekitar. Hal ini sesuai dengan konsep  pembangunan desa berkelanjutan (SDGs Desa) ke-4 yaitu, pendidikan desa berkualitas serta tujuan ke-18 kelembagaan Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif (Republika.co.id, 16/10/2022).


Tentu kita masih ingat, aksi resolusi jihad yang bermula dari seruan K.H, Hasyim Asy’ari kepada para santri dan ulama pondok pesantren dari seluruh Indonesia. Beliau menginstruksikan untuk membulatkan tekad melakukan jihad membela tanah air. Beliau menyebut aksi melawan penjajah hukumnya fardu ain. Melalui semangat resolusi jihad inilah para laskar ulama dan santri mempunyai tekad dan semangat yang sama untuk mengusir para penjajah dan sekutunya (detikcom, 22/10/2021)


Seiring berjalannya waktu, peran santri seakan mengalami pergeseran yang sangat jauh dari peran utamanya yaitu untuk membangkitkan umat. Pergeseran peran strategis santri sangat nyata tertuang dalam SDGs, yaitu berkontribusi besar dalam menggerakkan ekonomi desa. Pergeseran peran strategis santri ini tentu menimbulkan tanda tanya besar di tengah masyarakat khususnya kaum muslim. Karena dianggap sebagai bentuk pembajakan potensi santri. Yang pada akhirnya perubahan dan kebangkitan umat hanya terbatas pada fokus mengerakkan perekonomian umat yang sebenarnya merupakan tugas negara.

Pemberdayaan para santri dalam perekonomian tak lepas dari persoalan kronis yang sedang dihadapi bangsa ini yaitu pengangguran dan kemiskinan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pengangguran di Indonesia pada bulan Februari 2022 tercatat sebanyak 8,40 juta orang. Pengangguran dan kemiskinan merupakan dua sisi mata uang yang takkan pernah terpisahkan. 


Jika kita runut, terjadinya dua persoalan besar ini tak lepas dari penerapan sistem ekonomi kapitalis liberal yang masih mencengkeram kuat di negeri ini. Lihatlah kebijakan-kebijakan yang lahir nyaris seluruhnya hanya menguntungkan para korporasi dan senantiasa merugikan rakyat. Sehingga kesejahteraan mayoritas rakyat sulit untuk diwujudkan, karena seluruh kekayaan alam milik rakyat dikuasai oleh segelintir orang. Maka wajarlah, apabila pengangguran dan kemiskinan menjadi potret masyarakat di negeri ini.


Maka pemberdayaan ekonomi merupakan solusi tambal sulam sistem ekonomi kapitalis liberal untuk menutupi setiap persoalan yang lahir akibat keberadaannya. Dan  para kapitalis hari ini, justru memanfaatkan para santri untuk menyelesaikan persoalan ekonomi rakyat, sekaligus bentuk lepas tangan penguasa dari tanggung jawabnya. Sehingga potensi santri hanya dijadikan bagian penopang ekonomi dengan dalih berkontribusi untuk perekonomian umat. Padahal mereka hanya dijadikan “tumbal” bagi para korporasi untuk melanggengkan hegemoninya.


Oleh karena itu, pergeseran potensi santri patut untuk diwaspadai. Sebab, program-program ekonomi tersebut untuk menghilangkan peran santri dan pesantren sebagai pencetak ulama yang siap untuk menyebarkan risalah Islam dan dakwah ke tengah masyarakat dengan mengalihkannya sebagai mesin pencetak uang yang hanya menguntungkan para korporasi.


Pentingnya mengembalikan peran santri ke tengah umat, agar bisa memahamkan bagaimana cara untuk terbebas dari belenggu penjajah dari ideologi kapitalis sekuler. Dan menjadikan Islam sebagai satu-satunya agama dan ideologi yang mampu menyelesaikan persoalan manusia termasuk masalah ekonomi. Serta mampu mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.


Yaitu dengan mengganti sistem ekonomi kapitalis dengan sistem ekonomi Islam, maka barulah kesejahteraan akan bisa terwujud nyata. Karena Islam, memiliki aturan yang sempurna sehingga semua persoalan bisa diatasi. Dan yang terpenting kehadiran negara (khilafah) yang memiliki peran penting untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan secara adil dan merata.


 Khilafah juga akan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya agar setiap individu rakyat dan kepala keluarga bisa menafkahi keluarganya dengan layak. Mengatur jenis kepemilikan dan sistem distribusi kekayaan sesuai syariat Islam. Ini adalah faktor penting untuk menuntaskan masalah kemiskinan. Juga membekali Sumber Daya Manusia (SDM) dengan akses pendidikan yang berkualitas dan mumpuni serta ahli dibidangnya. Dengan mekanisme seperti ini, Khilafah Islam mampu memberikan solusi tuntas atas pengangguran dan kemiskinan.


Selain itu,  Khilafah juga akan menjadi pendukung peran strategis santri dan pesantren sebagai institusi pencetak alim ulama yang memiliki pemikiran Islam yang cemerlang, SDM unggul dan kuat serta semangat membara untuk berdakwah dan berjihad. Sehingga nantinya lahir para santri dan ulama yang akan membawa gelombang perubahan, menentang segala bentuk penjajahan baik fisik maupun ideologi, berdasarkan syariat Islam kafah. Wallahua’alam.


Posting Komentar

0 Komentar