Hadis Rasulullah saw yang mengatakan bahwa, benar-benar kalian akan mengikuti jejak langkah orang-orang sebelum kalian selangkah demi selangkah, hingga apabila mereka memasuki lubang dhab (biawak), pasti kalian mengikutinya. Para sahabat bertanya, apakah maksudnya orang-orang Yahudi serta Nasrani? dia berkata: siapa lagi kalau bukan mereka.” [HR.Muslim]. Hadis ini merupakan gambaran umat Islam saat ini. Bagaimana orang-orang kafir membuat permainan yang melalaikan umat muslim, hingga melupakan penderitaan saudaranya.
Piala dunia yang diselenggarakan di Qatar nyatanya telah menyedot perhatian dunia. Bahkan ajang bergengsi ini mengalahkan berita tentang penderitaan rakyat Palestina yang terus dibombardir tentara Israel. Piala Dunia ini digadang-gadang sebagai perayaan keragaman manusia. Bukan hanya itu mereka melabeli ayat suci Al-Qur’an sebagai fondasinya. Hal ini sebagaimana yang diutarakan Tamim bin Hamad Al Thani sang Emir Qatar alias pemimpin Qatar saat memberi ucapan. Selamat datang kepada peserta Piala Dunia 2022 di upacara pembukaan. (detik.com/detik/21/11/2022).
Piala Dunia bukanlah hal asing bagi kita terutama kaum adam. Di seluruh dunia ikut merayakan tak terkecuali Indonesia sebagai bagian dari negeri muslim. Berbagai acara diselenggarakan guna menyambut kemeriahannya. Pernak-pernik berbau bola telah menjadi hal yang biasa. Hal ini tentu dimanfaatkan oleh para kapitalis guna meraup keuntungan sebanyak mungkin. Bahkan di berbagai stasiun TV ikut menyiarkan hingga larut malam. Tak ayal kondisi ini semakin menguatkan bahwa ajang bergengsi lima tahunan ini telah merobohkan dinding ketaatan.
Permainan ini telah banyak meracuni sebagian generasi kita hingga terkadang melupakan kewajiban. Keragaman yang diusung dunia Arab dalam permainan sepak bola tersebut seolah sebagai wadah pemersatu negara-negara yang ada di dunia. Padahal ikatan tersebut sangat lemah karena dibungkus oleh kepentingan politik tiap-tiap negara. Ikatan tersebut tiada lain adalah nasionalisme.
Sekalipun dalam penyelenggaraan Piala Dunia ada unsur agama (Al-qur’an dijadikan fondasinya) tetap tidak akan mampu mengikat seluruh negara. Hal tersebut karena sekularisme telah merebak. Bagaimana mungkin keberagaman itu akan saling menguatkan ikatan satu sama lain, sementara terdapat perbedaan secara perasaan, pemikiran dan peraturan.
Pada akhirnya kita akan melihat bahwa penyelenggaraan Piala Dunia ini hanya euforia semata dan hanya akan menguntungkan para kapitalis dalam meraup keuntungan semata. Selain itu juga hanya akan mengokohkan sekularisme dengan mengakui paham Barat sementara aturan Islam ditanggalkan dan keberagaman sulit diwujudkan.
Pandangan Islam Terkait Olahraga dan Keberagaman.
Jika kita membaca sirah Nabi, akan ditemukan bagaimana Islam mengatur terkait olahraga dan keragaman. Sistem Islam sangat memperhatikan kondisi kaumnya. Olahraga dipandang sebagai hal yang mubah sehingga tidak sampai melalaikan kewajiban apalagi meningggalkanya.
Rasulullah seperti dalam riwayat Bukhari dan Muslim menganjurkan orangtua untuk mengajarkan anaknya berenang, menunggang kuda, dan memanah. Bukan hanya itu, Islam sangat menjunjung keberagaman. Sebagaimana di dalam firman Allah Swt;رٌ
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS Al Hujurat: 13).
Jelas sudah, sistem Islam sangat menjunjung keberagaman dan persatuan umat. Hal ini kita baca dari sejarah saat Islam diterapkan dalam bingkai negara yakni Khilafah. Sistem Islam ini mampu menyatukan seluruh negara dengan hati, pikiran, perasaan dan aturan yang sana dengan dasar akidah. Karena mereka (orang-orang yang bergabung dalam sistem Islam) memahami hanya Khilafah yang dapat menyelamatkan umat dari kondisi hari ini yang tercerai berai. Khilafah lah pemersatu bangsa dan keberagaman yang sesungguhnya, bukan yang lain.
Wallahualam bissawab.
Oleh Heni Ummu faiz
0 Komentar