Oleh: Siti Rima Sarinah
#MutiaraQuran - Allah Swt. menciptakan manusia dengan sempurna dan sebaik-baik bentuk rupanya. Manusia ketika diciptakan diberikan potensi hidup berupa naluri (gharizah) dan kebutuhan jasmani. Allah pun telah memberikan aturan yang maha lengkap dan sempurna sebagai bekal bagi manusia untuk memenuhi potensi hidupnya dengan cara yang benar sesuai ketentuan-Nya. Begitu sayangnya Allah Swt. pada setiap makhluk ciptaan-Nya, maka diberikanlah aturan agar manusia selalu dalam posisi mulia dibandingkan makhluk ciptaan-Nya yang lain.
Apabila manusia salah dalam memilih aturan untuk memenuhi potensi hidupnya, maka akan melahirkan malapetaka bagi kehidupan umat manusia. Manusia tidak diberi kewenangan untuk membuat aturan sendiri dalam memenuhi potensi hidupnya. Sebab, manusia adalah makhluk yang lemah, terbatas dan serba kurang sehingga membutuhkan panduan aturan dari Zat yang menciptakannya.
Allah Swt. berfirman, ”…Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Al Baqarah: 216).
Dengan sifatnya yang lemah dan terbatas terkadang manusia lupa akan kekurangan dirinya. Sehingga dalam memenuhi potensi hidupnya, mereka mengganti aturan menuruti hawa nafsu. Walhasil, muncul berbagai persoalan hidup, terjebak pada kemaksiatan dan kenistaan.
Begitu ringannya manusia melanggar aturan yang telah Allah tetapkan dengan sempurna. Manusia diperintahkan untuk makan dan minum yang halal dan thayyib, tetapi malah memilih yang haram. Mereka diperintahkan untuk menikah jika sudah mampu, tapi justru melakukan zina tanpa rasa malu sedikitpun.
Padahal, tubuh yang sempurna diciptakan Allah hanya bisa menerima makanan dan minuman yang baik dan halal. Ketika melanggar jelas ada akibatnya. Kita lihat hari ini begitu banyak ragam penyakit dampak dari mengkonsumsi makanan sampah (tidak baik). Sama halnya dengan pernikahan, adalah cara yang baik yang Allah tetapkan untuk memenuhi naluri melestarikan keturunan. Ketika manusia menggantinya menuruti hawa nafsu, muncul lah pacaran, zina, hamil di luar nikah, aborsi dan masih banyak lagi kemaksiatan yang mereka tuai akibat melanggar aturan Allah Swt.
Sadar atau tidak satu demi satu aturan Allah dilanggar. Padahal semua amal di dunia akan dimintai pertanggungjawaban. Salat sebagai amal paling utama seorang muslim pun enggan dilakukan, bahkan dianggap tidak penting. Apalagi mengkaji dan mendakwahkan Islam. Islam hanya sebagai pelengkap di kartu identitas semata, sementara sikap dan perilakunya tak menunjukkan sedikitpun identitasnya sebagai seorang muslim.
Mengapa hal ini bisa terjadi ditengah-tengah kaum muslim saat ini? Tidak dipungkiri, hidup dalam aturan buatan manusia telah berhasil menggeser tujuan hidup seorang hamba. Di mana tujuan diciptakannya tidak lain adalah untuk beribadah, berubah menjadi hanya demi mengejar dunia dan bersenang-senang mengikuti hawa nafsu. Hawa nafsu inilah yang telah mengendalikan manusia, sehingga tidak bisa membedakan baik dan buruk, terpuji dan tercela menurut kacamata Allah Swt.
Ketiadaan iman dan takwa dalam diri manusialah yang menjadikannya budak dari hawa nafsu mereka sendiri. Kehidupan dunia membuat mereka terlena dengan kebebasan yang kebablasan. Padahal, Allah memberi seperangkat aturan kepada hamba-Nya untuk mempermudah manusia menjalani kehidupan dunia, agar tidak terjerumus pada lembah kesesatan dan kegelapan. Inilah bentuk kasih sayang Allah kepada ciptaan-Nya.
Iman dan takwa adalah modal dan bekal seorang hamba agar tetap berjalan dalam koridor hukum syarak. Walaupun mereka hidup di dalam sistem yang rusak, bukan menjadi penghalang untuk menjadi hamba yang taat dan patuh pada aturan-Nya. Justru hal ini dijadikan ujian keimanan dan ketakwaan baginya. Kabar tentang pedihnya azab di hari pembalasan, cukuplah menjadi motivasi dan pengingat diri agar senantiasa terikat pada aturan dari sang pemilik jiwa manusia.
Wahai kaum muslim, segeralah sadar waktu terus berjalan. Janganlah kita menjadi golongan orang-orang yang lalai dan menyesal di kemudian hari karena telah banyak mengabaikan peringatan-Nya selama hidup di dunia. Padahal, begitu banyak reward yang telah Allah Swt. persiapan bagi setiap hamba-Nya yang berupaya sekuat tenaga hingga ajal menjemput untuk menjadi orang yang senantiasa terikat pada aturan-Nya.
Secara fitrah, seorang hamba pasti mendambakan dan merindukan surga sebagai tempat kembali. Namun, ingatlah untuk meraih surga membutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa, hingga Allah Swt. melayakkan kita untuk menjadi salah satu penghuni surga-Nya. Sejatinya, tidak ada yang sulit atau berat untuk terikat pada perintah dan larangan-Nya. Sebab, Allah memberikan perintah dan larangan sesuai dengan kadar kemampuan manusia.
Persoalannya, apakah kita yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya akan istikamah dalam menunaikan perintah dan menjauhi larangan-Nya? Karena, kemampuan telah Allah berikan kepada setiap hamba-Nya. Tinggal kemauan yang didorong oleh keimananlah yang senantiasa harus dihadirkan dan dipelihara.
Ingatlah, hidup di dunia cuma sekali dan kita pun tak tahu kapan kontrak hidup di dunia ini akan berakhir. Oleh karena itu, senantiasa hadirkan muraqabah (merasa diawasi) oleh Allah Swt, sehingga kita selalu berhati-hati dalam beramal, terus berdoa dan berusaha agar kelak ketika Allah memanggil kita untuk kembali kepada-Nya dalam keadaan husnul khatimah. Wallahua’lam
0 Komentar