Islam Datang Dari Pemilik Alam Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam
Oleh Rini Sarah
#TelaahUtama - Islam kembali disoal. Belum lama, Mentri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas, menyatakan dalam sebuah podcast bahwa Islam adalah agama pendatang di Indonesia. Ia datang dari Tanah Arab. Karena itu, lanjut Menag, Islam harus menghormati budaya yang ada di Indonesia. (indeksnews.com, 1/11/2022). Kontan, pernyataan ini menuai murka netizen. Mereka menganggap bahwa pernyataan tersebut telah masuk ke dalam penistaan agama.
Islam memang erat kaitannya dengan Arab. Islam diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw di tanah Arab. Mekah tepatnya. Lalu, kitab sucinya pun berbahasa Arab. Dan, Rasulullah Saw berbangsa Arab. Hanya saja, Islam bukan datang dari hasil kejeniusan Rasulullah Saw ataupun bangsa Arab secara keseluruhan. Pun tidak dari budaya mereka. Islam hadir ke dunia ini berasal dari Allah Swt. Lalu, turun melalui wahyu yang disampaikan Malaikat Jibril kepada Utusan Allah yang agung, Nabi Muhammad Saw.
Allah Sang Pemilik Alam
Alam semesta dan seisinya adalah ciptaan Allah Swt. hal ini bisa disimpulkan dari sebuah proses berpikir yang cemerlang ketika manusia bertanya dari mana semua ini bermula, mau apa kita hidup di dunia, dan hendak kemana kita ketika dunia yang fana ini telah hancur semua?
Dapat disimpulkan bahwa alam semesta, manusia yang hidup di dalamnya, serta beraneka bentuk kehidupan yang ada di dunia merupakan sesuatu yang fana, lemah, tunduk pada sebuah ketentuan (sunatullah), dan butuh pada sesuatu yang lain. Mereka tidak bisa hadir secara sendirinya dan ada yang mengaturnya.
Inilah dalil bahwa Allah itu ada, Allah adalah Sang Pencipta sekaligus pemilik alam dunia dan seisinya, serta Allah yang mengatur semuanya. Semua tunduk pada kehendak-Nya.
Selain itu, sebagai Muslim, banyak ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Allah Swt adalah pencipta langit dan bumi ini. Seperti QS. Alimran:190-191, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.”
Lalu, di QS. Addukhon:38 yang berbunyi, “Tidaklah Kami ciptakan langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya secara main-main.” Inilah dua dalil Al-Qur’an yang menyatakan secara tersirat bahwa Allah-lah yang menciptakan alam semesta ini sekaligus pengaturnya.
Selain mengatur berjalannya alam dengan sunatullah (suka disinonimkan kepada hukum alam), Allah juga menurunkan seperangkat aturan bagi manusia untuk mengelola alam semesta dan kehidupan ini agar seluruh makhluk hidup sejahtera di dunia dan akhirat. Seperangkat sistem aturan bagi kehidupan itulah yang dinamakan dengan Islam.
Islam diturunkan Allah melalui wahyu kepada Rasulullah Saw. Semua itu terangkum dalam Al-Qur’an. Dalam sebuah ayat dalam Al-Qur’an, Allah telah mengklaim bahwa Allah-lah yang menurunkan Al-Qur’an (Islam) dan Allah pula yang akan menjaganya. ““Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya”. (QS. Alhijr:9)
Islam Satu-Satunya Agama yang Diridai Allah
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِ سْلَا مُ
"Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam..."(QS. Alimran:19)
Ayat ini menjelaskan kedudukan Islam sebagai agama samawi yang diturunkan oleh Allah Swt kepada manusia. Ketika Allah menjelaskan bahwa “ sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam” berarti bahwa agama yang lain, yang pernah diturunkan oleh Allah juga, tidak diakui lagi.
Hal tersebut dikuatkan oleh firman Allah yang lain, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ۗ اَ لْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَـكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَ تْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَـكُمُ الْاِ سْلَا مَ دِيْنًا ۗ
"... Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu..." (QS. Alma'idah:3)
Ayat ini menjelaskan bahwa hanya Islam satu-satunya agama yang diridai oleh Allah, sementara yang lain tidak. KH Hafidz Abdurahman dalam buku Diskursus Islam Politik dan Spiritual menjelaskan, hal tersebut bisa dipahami dari mahfum mukholafah lafadz “Aku ridai” yang merupakan kata kerja sifat : “Aku Ridai Islam sebagai agama kamu” yang berarti “Aku tidak meridai selain Islam sebagai agama kamu.”
Pemahaman diatas diperkuat oleh nas Al-Qur’an berikut,
وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِ سْلَا مِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُ ۚ وَهُوَ فِى الْاٰ خِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
"Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi." (QS. Alimran:85)
Ayat ini dengan jelas menyebutkan lafaz “Islam” sebagai “din” atau agama dan sistem hidup. Dan ketika kita mencari sistem hidup lain selain Islam maka segalanya akan tertolak dan di akhirat akan menjadi manusia yang merugi.
Oleh karena itu, bukan Islam yang harus menyesuaikan kepada budaya, norma, atau apa pun di luar Islam. Tetapi, sebaliknya, semua hal itu yang harus disesuaikan dengan Islam. Jika hal tersebut bertentangan dengan hukum Islam tentu saja jangan kita adopsi, jangan kita laksanakan, jangan kita dakwahkan.
Islam Rahmat bagi Seluruh Alam
Allah SWT mengutus Rasul-Nya dengan membawa risalah (syariah)-Nya adalah sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, bahkan dunia ini. Allah SWT berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam (TQS al-Anbiya’ [21]: 107).
Islam akan menjadi rahmat bagi seluruh alam ketika syariah kafah diterapkan. Karena Allah telah menjamin ketika umat Islam beriman dan bertakwa yang dimanifestasikan dengan menerapkan syariah Islam kafah, pasti akan mendatangkan keberkahan bagi bangsa ini. Allah SWT berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Andai penduduk negeri beriman dan bertakwa, Kami pasti akan membukakan bagi mereka pintu-pintu keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka malah mendustakan (ayat-ayat Kami). Karena itu Kami menyiksa mereka karena apa yang mereka lakukan itu (QS al-A’raf : 96).
Syariat Islam ketika diterapkan secara kafah pun menuntut agar kaum muslim menyebarkan Islam ke seluruh dunia dengan metoda dakwah dan jihad. Sehingga rahmat Islam bisa dirasakan oleh seluruh alam, termasuk Indonesia. Sejarah menulis bahwa Indonesia bisa lepas dari penjajahan fisik juga berkat para pejuang Islam.
Walhasil, stop mempersoalkan Islam. Lebih baik, pahami Islam dengan baik lalu terapkan Islam secara kafah sebagai solusi bagi setiap persoalan hidup yang senantiasa membelit negeri ini. Wallahualambisowab.
0 Komentar