KALA NEGARA HADIR MENJAMIN FASILITAS PENDIDIKAN DEMI TERWUJUDNYA GENERASI BERKUALITAS

 Kala Negara Hadir Menjamin Fasilitas Pendidikan Demi Terwujudnya Generasi Berkualitas

Oleh : Siti Rima Sarinah
Berita atap sekolah yang ambruk semakin sering terdengar di telinga kita. Membuat hati semakin miris, terbayang nasib generasi bangsa akibat minimnya kualitas pendidikan yang mereka peroleh. Pendidikan merupakan hajat hidup rakyat yang menjadi wewenang dan tanggung jawab pemangku kebijakan negara untuk menjamin dan memfasilitasi agar setiap individu rakyatnya dapat mengenyam pendidikan yang layak dan berkualitas.
SDN Bantarjati 9 di Kecamatan Bogor Utara Kota Bogor, misalnya. Kepala Pelaksana BPBD Kota Bogor Teofilo Patrocinio Freitas mengatakan, perstiwa ambruknya atap salah satu ruang kelas SDN Bantarjati 9 terjadi sekitar pukul 13.00 WIB. Diduga, penyebab atap ambruk karena kondisinya sudah lapuk. Kondisi bangunan yang sudah tua ditambah curah hujan tinggi yang terus menyirami Kota Bogor, semakin membuat kondisi atap semakin memburuk dan akhirnya ambruk. Beruntungnya, tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut, karena ruangan kelas tersebut sudah sejak dua bulan lalu tidak digunakan. (sindonews, 19/11/2022)
Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor mencatat ada 115 dari 209 Sekolah Dasar Negeri se-Kota Bogor yang mengalami kerusakan berat dan sedang, serta ada 20 Sekolah Menengah Pertama Negeri yang harus juga mendapatkan perhatian serius. Rencananya, pada 2023 akan ada 44 sekolah yang akan diintervensi sesuai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2023. (RepJabar, 23/11/2022)
Banyaknya bangunan sekolah yang mengalami kerusakan parah, seharusnya segera ditindaklanjuti. Pasalnya, bangunan sekolah menjadi sarana dan prasarana bagi siswa untuk belajar dan mendapatkan ilmu. Bagaimana mungkin para siswa bisa belajar dengan nyaman dan tenang apabila bangunan kelas yang mereka gunakan sudah tidak layak pakai.
Pemerintah seharusnya senantiasa melakukan pemeliharaan atas fasilitas umum, termasuk sekolah. Sehingga bangunan sekolah tidak harus menunggu rusak atau ambruk. Atau menunggu sampai jatuh korban, baru bangunan sekolah itu diperbaiki. Kita melihat bangunan sekolah-sekolah negeri sangat jauh dari kata layak. Berbeda halnya dengan sekolah-sekolah yang dikelola oleh swasta yang memiliki bangunan yang megah, nyaman dengan fasilitas pendidikan yang lengkap. Seperti perpustakaan, laboratorium, ruang olahraga, bahkan area parkir kendaraan yang memadai untuk memudahkan antar jemput siswa.
Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan tentunya akan berdampak pada output yang dihasilkan. Maka wajarlah, apabila hari ini banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah yang berkualitas. Hal ini yang kemudian dilirik oleh para pengusaha untuk menjadikan pendidikan sebagai ajang bisnis yang menggiurkan.
Tidak dipungkiri terjadi pergeseran posisi pendidikan sebagai hajat hidup orang banyak beralih menjadi ajang meraup keuntungan bagi para pengusaha. Walhasil, pendidikan yang berkualitas identik dengan biaya yang mahal. Pendidikan mahal tentunya hanya dapat dijangkau oleh segelintir kalangan masyarakat tertentu, sedangkan rakyat biasa hanya mampu mendapatkan pendidikan ala kadarnya dengan fasilitas pendidikan yang sangat minim.
Kesenjangan sosial dalam dunia pendidikan semakin terbuka lebar. Pemerintah dalam hal ini menjadi penanggung jawab utama untuk memberikan fasilitas pendidikan dan menjamin berjalannya proses belajar mengajar siswa agar berjalan dengan baik. Jaminan inilah yang akan mewujudkan generasi cerdas, beriman dan bertakwa, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang termaktub di dalam Undang-undang Dasar.
Namun kenyataannya tidaklah demikian. Pemerintah tidak berperan aktif untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Lantas, bagaimana mungkin dapat mewujudkan tujuan pendidikan?
Alasannya klasik, yakni terbentur dana. Kalaupun pemerintah menganggarkan alokasi APBD untuk dana pendidikan, namun nyatanya dana tersebut sangatlah minim untuk digunakan sebagai dana operasional sekolah. Hal inilah yang membuat banyak sekolah tidak mampu memperbaiki fasilitas sekolah. Bukannya pihak sekolah tidak mau memperbaiki, tapi karena ketiadaan dana untuk merenovasi sekolah.
Untuk membantu biaya operasional sekolah, akhirnya dengan terpaksa melibatkan orangtua melalui sumbangan ataupun pungutan untuk membantu sekolah. Hal ini pun berdampak besar bagi orangtua, sebab dalam kondisi ekonomi yang sulit, adanya pungutan/iuran sekolah menjadi beban baru bagi orangtua. Di sisi lain mereka menginginkan anak-anak mereka mendapatkan pelayanan pendidikan yang baik untuk menunjang masa depan mereka.
Inilah potret buruk wajah pendidikan di negeri ini, dalam naungan penerapan sistem kapitalis. Sistem yang memandang segala sesuatu hanya dari satu aspek saja yaitu aspek materi. Pendidikan pun menjadi aspek yang dilirik untuk menghasilkan materi. Ditambah ketiadaan peran utuh negara sebagai pihak berwenang dalam memberikan pendidikan yang berkualitas bagi rakyatnya.
Fakta ini sangat bertolak belakang dengan pengelolaan pendidikan dalam sistem Islam, yakni sistem khilafah. Sistem yang bersandar pada hukum syariat Allah Swt. menjadikan negara sebagai pihak yang memikul tanggungjawab penuh menyediakan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan yang bersifat pokok. Seperti gedung sekolah/ruangan kelas, perpustakaan, laboratorium, musala, sarana olah raga dan yang lainnya.
Ada beberapa contoh ideal pada masa kekhilafahan Islam. Pada masa kekhilafahan yang dipimpin oleh Sholahudin Al Ayubi, didirikan Madrasah al Fadiliyah di Suriah. Madrasah al Fadiliyah memiliki perpustakaan yang sangat besar tersimpan koleksi kitab yang jumlahnya mencapai 100.000, padahal pada saat itu belum ada percetakan. Menurut Ibnu Jabir, di masa kepemimpinan Salahuddin, di Kota Damaskus berdiri sebanyak 20 sekolah, 100 tempat pemandian, dan sejumlah tempat berkumpulnya para sufi. Bangunan madrasah juga didirikan di berbagai kota, seperti Aleppo, Yerusalem, Kairo, Alexandria, dan di berbagai kota lainnya di Hijaz. (www.republika.co.id, 25 Juli 2019)
Madrasah Nizamiyah yang berada di Baghdad. Madrasah ini telah mempunyai kemudahan perpustakaan yang berisi lebih dari 6000 judul buku dan tersedia fasilitas laboratorium. Selain pendidikan dasar dan menengah, daulah khilafah juga sangat memperhatikan pendidikan hingga level perguruan tinggi.
Pada tahun 1234 M, berdiri Universitas al-Mustansiriyah di Baghdad. Universitas al-Mustansiriyah termasuk salah satu perguruan tinggi tertua dalam sejarah. Gedung universitas yang didirikan semasa pemerintahan Khalifah Al-Mustansir ini dilengkapi dengan berbagai kemudahan bagi para pelajar, seperti dapur, tempat salat, kamar tidur, dan tempat mandi. Bangunan Universitas ini juga sempat diperbaiki oleh Sultan Abdul Aziz–Khalifah Turki Usmani. (https://sekolahpenakluk.wordpress.com, 19/08/2011)
Masih banyak lagi contoh teladan di era keemasan Islam, yakni pada masa kekhilafahan Islam. Kemakmuran negara Islam pada saat itu menjadikan anggaran pendidikan tak pernah menjadi masalah. Oleh karena itu, tidak pernah dikenal dalam sejarah Islam adanya bangunan sekolah yang rusak parah yang akan menganggu proses belajar mengajar.
Begitu besar perhatian khilafah pada dunia pendidikan dan pembangunan infrastruktur sekolah. Banyaknya perpustakaan maju menjadi bukti nyata bahwa bangunan sekolah sudah bukan menjadi persoalan dan sangat representatif bagi kebutuhan belajar siswa. Maka wajarlah dimasa kegemilangan Islam banyak mencetak para ilmuwan muslim, generasi penemu dan generasi polymath yang sangat gigih belajar, mengajarkan ilmunya dan selalu haus akan ilmu.
Berbagai fakta miris dunia pendidikan seharusnya mampu menyadarkan kita tentang rusaknya tatanan sistem kapitalisme yang terbukti menelantarkan pelayanan pendidikan yang menjadi kebutuhan pokok rakyat. Hal ini pun menyadarkan kita bahwa hanya sistem khilafah Islam sajalah yang mampu mengelola dan mengatur urusan umat manusia, termasuk pendidikan di dalamnya. Sistem pendidikan tentunya ditunjang oleh semua sistem kehidupan lainnya, terutama penerapan sistem ekonomi Islam yang menjadikan negara memiliki pendapatan yang lebih dari cukup untuk menyediakan semua kebutuhan dasar rakyat, termasuk kebutuhan pendidikan. Khilafah senantiasa hadir siap sedia melayani kebutuhan rakyat dan mampu memberikan pendidikan berkualitas demi terwujudnya generasi emas pembangun peradaban Islam dimasa yang akan datang.
_____
Yuk raih amal shalih dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya
Follow kami di
Keterangan foto tidak tersedia.

Posting Komentar

0 Komentar