Oleh Hanin Syahidah
Publik digemparkan dengan kematian empat orang dalam satu keluarga di Perumahan Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat pada Kamis 10 November malam. Adapun identitasnya yaitu Rudyanto Gunawan 71 tahun; K. Margaretha Gunawan 58 tahun (istri Rudyanto); Dian 40 tahun (anak Rudyanto dan Margaretha); dan Budyanto Gunawan 69 tahun (Ipar dari Rudianto). Kondisi keempat jenazah yang ditemukan dengan lambung kosong tanpa sisa makanan membuat dugaan penyebab kematian akibat kelaparan mencuat. Namun begitu, polisi masih belum bisa memastikan penyebabnya (liputan6.com, 15/11/2022).
Penyebab kematian masih simpang siur, namun dari olah TKP diduga kelaparan dan dehidrasi. Hal itu karena lambung kosong tidak terisi makanan diperkirakan 3 pekan. Namun adik korban ragu kalau kakaknya itu mati kelaparan karena tidak pernah ada kabar dia membutuhkan bantuan ke keluarga. Malah mereka sering mengirim makanan dan pakaian sebagai kado ulang tahun (ultah) ketika ada keluarga lain yang sedang ultah. Tetapi, memang adik korban sudah 5 tahun tidak berkomunikasi dengan kakaknya. Kondisi terbaru tidak sampai diketahuinya.
Ketua RT. 007/RW. 015 Kalideres yang bernama Asiung, mengaku tidak percaya jika warganya meninggal kelaparan karena tidak sanggup membeli makan. Menurutnya mereka adalah keluarga mapan dengan ekonomi berkecukupan, bahkan punya kendaraan mobil, motor, dan bukan penerima bansos (kompas.com, 13/11/2022).
Wali Kota Jakarta Barat, Yani Wahyu Purwoko bahkan menduga salah satu anggota keluarga yang tewas di Kalideres, Jakarta Barat, ada yang mencoba menutup-nutupi kematian korban lainnya dengan menaburi kapur barus. Yani menyebutkan keempat korban tersebut tidak meninggal dunia pada saat yang bersamaan. Dari uji forensik bapaknya meninggal lebih dulu dan ditaburi kapur Barus, kemudian ibunya juga seperti itu. Keanehan demi keanehan terus dalam penyelidikan sampai hari ini.
Pakar psikologi forensik lulusan UGM dan Universitas Melbourne, Reza Indragiri Amriel memberikan analisisnya. "Kombinasi homicide (pembunuhan) dan suicide (bunuh diri), sebetulnya perkiraan saya tentang kasus tersebut," ujar Reza kepada wartawan, Minggu (13/11/2022).
Sebagai contoh, salah satu korban meracuni anggota keluarganya, kemudian korban bunuh diri. Sehingga dalam kasus ini, dikatakan ada dua penyebab kematian yaitu pembunuhan dan bunuh diri (detikNews.com, 14/11/2022).
Kriminolog UI Adrianus Meliala mengungkapkan analisisnya soal dugaan sekeluarga Kalideres menganut sekte apokaliptik. Dia menduga korban yang tidak mendapatkan asupan makanan selama beberapa waktu merupakan salah satu ritual dalam sekte tersebut.
"Nah yang mau saya cermati adalah bahwa apakah hal ini memang suatu upaya dari pelaku pembunuhannya. Misalnya untuk membuat orang lain tidak curiga atau ini bagian dari ritual, bagian dari satu kelengkapan upacara bagi orang-orang yang memang punya satu cara berpikir berkeyakinan yang agak ekstrem," kata Adrianus kepada wartawan detikNews.com, Selasa (15/11/2022). Pihak kepolisian masih terus mendalami dan menyelidiki kasus ini secara scientific investigation sampai terungkap.
Jika ditelisik lebih jauh kejanggalan yang terjadi, misal kondisi lambung kering tanpa ada asupan makanan dan minuman berhari-hari, isi kulkas kosong, sempat ada bekas bungkus makanan tetapi sepertinya sudah lama, kapur barus, bedak tabur untuk menghilangkan bau, barang-barang yang juga masih tertata rapi di tempatnya dan tidak ada kerusakan apapun, makar dugaan terkuat memang ada upaya bunuh diri dan melaparkan diri, sampai di antara mereka meninggal atau bunuh diri. Keyakinan yang muncul terkait sekte apokaliptik. Apokaliptik adalah aliran atau paham yang percaya akan datangnya penghakiman Tuhan. Mereka yang menganut paham ini meyakini bahwa dunia yang jahat ini kelak akan digantikan dengan dunia baru. Paham Apokaliptik ini sudah muncul sejak tahun 250 SM. Saat ini paham Apokaliptik dipercaya masih dianut segelintir orang (Tempo.co, 16/11/2022).
Maraknya aliran dan sekte-sekte sesat tumbuh subur pada masyarakat modern tidak bisa dilepaskan karena sistem sekularisme yang diadopsi saat ini. Simak saja beberapa waktu lalu ada sekte sesat Lia Eden, Gafatar oleh mushaddeq yang mengaku nabi baru, Satrio piningit weteng Buwono, dan kerajaan ubur-ubur, belum juga terselesaikan sampai saat ini terkait Ahmadiyah dan Syiah yang cukup meresahkan umat Islam.
Kondisi akidah umat semakin mengenaskan karena mereka dibiarkan bebas mencari kebenaran sendiri dengan hawa nafsunya. Tidak ada panduan yang benar terkait metode mencari keimanan yang benar, penggunaan akal yang seharusnya, karena memang naluri ketuhanan adalah fitrah dalam diri manusia.
Naluri ketuhanan adalah satu dari 3 naluri yang Allah anugerah kan kepada makhlukNya, di antaranya adalah naluri ego, dan naluri kasih sayang. Ketiga naluri ini bukan hanya dimiliki manusia, binatang pun memilikinya, namun ketiga naluri ini jika tidak dipenuhi hanya akan berakibat kegelisahan, bukan kematian. Selain naluri manusia juga mempunyai kebutuhan jasmaniyah yang harus dipenuhi, misal makan, minum, buang air dan itu harus dipenuhi karena jika tidak akan menyebabkan kematian.
Keterangan mengenai gharizah (naluri) atau kebutuhan jasmani pada manusia.
Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani menjelaskan yang artinya: “Bahwa Allah SWT telah menciptakan pada manusia potensi kehidupan thaqah hayawiyyah (potensi kehidupan), yaitu potensi yang juga diciptakan Allah SWT pada yang lainnya (An-Nabhani, 2015). Seperti halnya pada benda-benda yang telah diciptakan khasiat-khasiatnya, maka pada diri manusia telah diciptakan pula berbagai Gharizah (naluri) serta hajatul ‘udhowiyah (kebutuhan jasmani) (An-Nabhani, 2016).
Maka, apa yang terjadi pada misteri kematian satu keluarga di kalideres diatas adalah terkait keinginannya memenuhi kebutuhan naluri ketuhanan dan dia memenuhinya dengan cara yang salah, dan ditambah lagi kebutuhan jasmani tidak terpenuhi dengan dia tidak makan maka itu yang menyebabkan kematian.
Kondisi sistem kehidupan sekuleristik sangat mendukung adanya kebebasan beraqidah karena agama hanya dijadikan urusan privat masing-masing orang.
Padahal sistem hidup dan keberadaan pemimpin ditengah-tengah umat sangat berpengaruh dalam penjagaan keimanan rakyatnya, keteraturan masyarakatnya. Hal ini karena sistem hidup itu adalah way of life dan penjaganya adalah seorang pemimpin dalam hal ini kepala negara yang bertanggung jawab terkait penjagaan aqidah, keamanan dan kesejahteraan rakyat nya bukan malah abai terhadap rakyatnya.
Kondisi kehidupan yang penuh dengan penjagaan akidah dan kesejahteraan dulu pernah ada dalam kehidupan manusia, bahkan berlangsung selama 1300 tahun. Kehidupan itu terjadi ketika Islam diterapkan secara paripurna dalam satu sistem hidup dan bagaimana kekuatan seorang Khalifah dalam menjaga aqidah umat Islam saat itu.
Sebut saja perang Yamamah, salah satu perang besar yang diperintahkan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq kepada Sang Pedang Allah Khalid Bin Walid untuk menumpas Musailamah al-Kazzab seorang pendusta yang mengaku sebagai nabi baru dan membawa ajaran baru. Perang Yamamah akhirnya dimenangkan dengan gemilang oleh kaum muslimin.
Maka, penjagaan terhadap akidah dan kehidupan rakyatnya harus dilakukan oleh pemimpinnya, dengan dakwah dan penerapan aturan-aturan di dalam negeri, bukan membiarkan masing-masing mencari sendiri tanpa batasan yang jelas, yang ujungnya mereka akan semakin jauh tersesat. Jadi, sudah saatnya sistem hidup yang rusak ala sekularisme ditinggalkan diganti dengan sistem yang jelas dan mensejahterakan yakni sistem Islam, Wallahu a'lam bishawab.
_______________
Yuk raih amal shalih dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya
Follow kami di
Website : www.muslimahjakarta.com
Instagram : instagram.com/muslimahjakartaofficial
0 Komentar