Ke(tidak)siapan Negara Mengadapi Bencana Alam

 



Oleh Ruruh Hapsari


#wacana - Innalillahi wa inna ilayhi rojiuun. Cianjur berduka. Update korban pada Rabu, 23 November 2022 menurut BNPT, terdapat 271 korban meninggal, 40 orang hilang, sedangkan korban luka lebih banyak lagi sekitar 2.043 orang. 


Gempa yang berkekuatan 5,6 magnitude itu mengakibatkan 61.908 orang yang mengungsi dari daerahnya. Selain itu terdapat 22.241 rumah yang rusak berat, 11.641 rusak sedang dan 22.090 rumah yang rusak ringan. 


Ring of Fire


Selain tertetak di wilayah yang strategis, Indonesia juga terletak di daerah rawan bencana gempa bumi karena berada di kawasan Cincin Api Pasifik atau disebut juga sebagai Ring of Fire. Ia merupakan serangkaian gunung berapi dan kawasan aktif di Samudera Pasifik.   


Cincin Api Pasifik tersebut merupakan zona yang sangat aktif secara seismik. Keberadaan lempeng-lempeng yang berbeda tersebut bertemu dan menyebabkan 90 persen gempa bumi di dunia. Terjadinya gempa bumi disebabkan oleh adanya tumbukan lempeng tektonik yang bergeser. 


Cincin Api Pasifik yang dikenal sebagai Circum Pacific Belt (Sabuk Sirkum Pasifik) ini terbentang sepanjang 40.000 km menelusuri beberapa lempeng tektonik. Kawasan ini memang mengandung resiko tinggi untuk terkena dampak bencana alam seperti letusan gunung berapi ataupun gempa.


Jalur Cincin Api ini di Indonesia meliputi pulau Sumatera bagian barat, pulau Jawa bagian selatan, Bali, kepulauan Nusa Tenggara, kepulauan Maluku, Pulau Halmahera, semenanjung Minahasa, kemudian berlajut ke Filipina.


Pada tahun 2022 ini, Al Jazeera melaporkan setidaknya Indonesia mengalami dua kali gempa menghancurkan. Januari lalu lebih dari 100 orang tewas dan 6.500 lainnya luka-luka akibat gempa berkekuatan 6,2 skala richter. Kemudian bulan berikutnya, Februari, sedikitnya 25 orang tewas dan 460 orang terluka karena gempa berkekuatan yang sama telah mengguncang Pasaman Barat, Sumatera Barat.


Kemudian yang terbaru di Cianjur. Gempa tersebut diduga berasal dari pergerakan sesar (patahan) Cimandiri yang merupakan sesar paling tua yang membentang dari teluk pelabuhan Ratu hingga Subang. Selain itu, Cincin Api Pasifik bisa dikatakan rumah dari 75 persen gunung berapi dunia dan Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai gunung berapi terbanyak.


Indonesia dan Gempa


Gempa di Cianjur ini dinyatakan oleh para peneliti merupakan gempa yang tidak besar dan tidak dalam. Dinyatakan demikian dikarenakan gempa yang mengguncang Cianjur ini dibawah dari 6 skala richter. Banyaknya korban bukan karena kegempaannya, namun gempa yang terjadi dekat dengan patahan dan sumber gempa yang terjadi dekat dengan perumahan penduduk.


Menurut Danny Hilman, peneliti sesar aktif dan seismic hazards di LIPI menduga bahwa konstruksi bangunan rumah maupun gedung di wilayah terdampak gempa, merupakan bangunan yang tidak tahan gempa. Danny juga menyebutkan bahwa pemerintah tidak pernah mnyiapkan konstruksi rumah tahan gempa, bahkan banyak rumah yang tidak memenuhi standar umum. 


Karena kondisi Indonesia banyak dilewati oleh sumber gempa, maka menurut Prof. DR Ing Fahmi Amhar, peneliti BRIN, menyampaikan manusia di daerah rawan gempa harus hidup dengan gempa. Fahmi melanjutkan, hal ini bisa saja dilaksanakan apabila infrastruktur dan bangunannya dibangun tahan gempa. 


Selain itu Fahmi Amhar juga mengatakan bahwa sesungguhnya gempa itu tidak membunuh, selama tidak ada jembatan patah, tebing longsor ataupun bangunan ambruk yang manusia tidak menjadi korban atasnya. Oleh sebab itu aturan bangunan di daerah rawan gempa harus diperketat. Seperti di Jepang yang sering terjadi gempa, maka bangunannya dibuat tahan gempa.


Fahmi Amhar memberikan pandangan tentang hal tersebut yaitu, pertama bangunan yang akan dibuat, harus dibangun di atas tanah yang stabil dan bukan dilewati oleh patahan (sesar). Pedoman teknis pembangunan rumah tahan gempa ini sebenarnya sudah dikeluarkan oleh kementerian PU 20 tahun silam. Kedua, berharap pemerintah memberikan subsidi pada keluarga miskin untuk perbaikan rumah-rumah mereka.


Ketiga, salah satu tugas pemerintah adalah memastikan bahwa seluruh infrastruktur dan bangunan publik memenuhi spesifikasi tahan gempa. Seperti sekolah, kantor pemerintah, rumah sakit bahkan stadion. Karena pada saat gempa terjadi, bangunan-bangunan tersebut bisa dijadikan tempat pengungsian.

 

Keempat, penting bagi pemerintah untuk mempersiapkan masyarakatnya agar paham bencana, oleh karenannya pelatihan untuk tanggap darurat kebencanaan penting untuk dilakukan. Sampai saat ini pada faktanya masyarakat sering tidak tepat saat merespon bencana pertama kali. 


Islam dan Bencana


Islam memandang bahwa ketakwaan seorang muslim justru mampu mendorong kemampuannya dalam menguasai teknologi dan meningkatkan kepekaan dalam menanggulangi bencana. Ketakwaan yang hadir dari kesadaran bahwa seorang makhluk terikat dengan aturan yang Maha Kuasa. Dengan begitu, kepeduliannya dengan sesama manusia bukanlah hadir hanya sebatas kebutuhan antar sesama, namun keimanan lah yang mendasari itu semua. 


Seperti dahulu pada saat Daulah Turki Usmani tegak, sang sultan selalu membuat desain terutama bagunan untuk fasilitas umum dengan struktur tahan gempa. Bangunannya pun masih tegak berdiri hingga sekarang. 


Oleh karenanya untuk menekan korban bencana, baik manusia maupun infrastruktur, maka negara harus hadir dalam penanganannya. Kepekaan negara dan penguasa terhadap bencana merupakan wujud pengayomannya kepada masyarakat yang memang menjadi tugas penguasa sebenarnya. 

Wallahu’alam


_______________


Yuk raih amal shalih dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya


Follow kami di

Facebook : https://www.facebook.com/Muslimah-Jakarta-Reborn-111815451296281/

Website : www.muslimahjakarta.com

Instagram : instagram.com/muslimahjakartaofficial

Posting Komentar

0 Komentar