Oleh : Hessy Elviyah, S,S.
Globalisasi membawa konsekuensi arus perubahan terhadap gaya hidup umat manusia. Dari sini lah muncul modernisasi dan westernisasi. Keduanya kerap kali diartikan sama, padahal dua pola yang berbeda.
Secara garis besar modernisasi adalah perubahan dari tradisional menjadi kekinian (modern), lebih kepada mengubah pola pikir masyarakat dari irasional menjadi rasional, praktis, dan effisien. Sedangkan westernisasi adalah perilaku meniru gaya hidup budaya barat (west), sehingga dapat kehilangan jati dirinya.
Masyarakat cenderung rancu membedakan keduanya, lantaran akhir-akhir ini orang barat menjadi pelopor tercetusnya teknologi yang serba canggih. Sehingga apapun yang menjadi produk Barat, cenderung dianggap kekinian, tidak ketinggalan zaman, termasuk gaya hidupnya.
Gaya hidup semakin massif tersebar melalui media-media. Apalagi saat ini, akses internet menjelajah ke seluruh pelosok dunia. Hedonisme, konsumtif dan flexing menjadi penyakit masyarakat kekinian yang notabene adalah gaya hidup bebas ala barat. Efek dari semua ini tidak hanya berdampak pada mental semata, namun juga kepada lingkungan.
Dalam perilaku masyarakat yang konsumtif, tumpukan barang sudah pasti menjadi tujuan. Semakin banyak barang semakin banyak pula kemasan dari produk harian. Tentu saja hal ini menyebabkan tertumpuknya sampah.
Pada sistem kapitalis saat ini, masyarakat disuguhkan dengan banyaknya barang yang dijajakan dalam kemasan apik, sehingga mampu menarik konsumen. Namun tidak dibekali bagaimana mengelola barang serta kemasannya ketika sudah tak terpakai. Kesadaran dalam mengelola sampah terabaikan, sehingga menjadi masalah baru yang tak kunjung teratasi.
Hal ini lah yang sedang dihadapi Bekasi. Penopang ibu kota negara ini mempunyai masalah sampah yang tidak kunjung mendapatkan penyelesaian akibat gaya hidup konsumtif masyarakatnya. Tertumpuknya sampah menyebabkan kondisi lingkungan yang kotor bahkan menyebabkan aliran sungai tersendat. Akibatnya saat hujan melanda, banjir pun menyertai.
Dalam pemberitaan detikNews.com (28 Oktober 2022) terdapat sungai yang ditutupi oleh sampah, yaitu di Jl. Baru Underpass, Kelurahan Duren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat, berdekatan dengan Rusunawa Bekasi. Tumpukan kantong plastik, kemasan makanan, dan kayu bergelimpangan di sungai tersebut. Menurut Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Kota Bekasi Anjar Budiono, besar kemungkinan ada warga yang membuang sampah di sungai, sehingga diadakan pengerukan untuk mengangkat sampah dari sana.
Tidak hanya persoalan kurang pedulinya masyarakat tentang pengelolaan sampah, Bekasi juga dihadapkan pada persoalan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) . Bertempat di Bantar gebang dan Burangkeng tumpukan sampah menggunung melebihi kapasitas yang seharusnya, sehingga untuk mencegah adanya longsoran sampah kembali terjadi, pihak daerah Bekasi berencana mengadakan perluasan TPA.
Seperti yang disampaikan oleh Pelaksana tugas (Plt) Kepala Disperkimtan, Nur Khaidir. Menurutnya, warga sekitar sudah sepakat adanya perluasan namun masih mempertanyakan harga tanah yang akan dibayar Pemkab Bekasi sebagai kompensasi atas pembebasan lahan warga. (RadarBekasiId, 28 Oktober 2022).
Konsumerisme menjadi biang tertumpuknya sampah, namun pihak pemangku jabatan hanya menyelesaikan permasalahannya secara praktis tidak pada pokok akar masalah. Pengerukan sampah di kali dan perluasan TPA bukan solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah sampah yang menumpuk. Karena pasti akan selalu terulang lagi sehingga lingkungan yang kotor dan banjir tidak bisa berhenti.
Begitulah solusi tambal sulam ala kapitalisme yang berazas sekuler ini, dimana semua solusi yang ditawarkan tidak akan pernah tuntas. Berbeda halnya dengan sistem Islam. Islam mempunyai cara mengatur umat untuk lebih hati-hati dalam membelanjakan hartanya.
Dalam surah At Takatsur ayat 1-8, terdapat firman Allah bahwa hidup bermegah-megahan dapat melalaikan. Juga surah Al Waqi'ah ayat 45 yang berisi tentang golongan kiri, yaitu golongan yang Allah siksa di akhirat. Karena saat di dunia mereka hidup bermewah-mewah.
Bukan berarti Islam melarang umatnya untuk hidup kaya, namun segala pemanfaatan harta, telah diatur oleh Allah Swt. Sehingga perilaku konsumtif dapat dicegah melalui pemikiran Islam yang sempurna.
Demikian pula tentang kebersihan, Islam menempatkan kebersihan dalam keimanan. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda "Bersuci (thaharah) itu setengah daripada iman." (HR. Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi). Hal serupa juga diserukan kepada kaum muslim untuk mencintai keindahan. Dalam hadist riwayat Tirmidzi menyebutkan "Dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu.".
Demikianlah perbandingan nyata sistem kapitalis yang rusak dan merusak dengan sistem Islam yang sempurna dan mulia. Sebagai manusia yang ingin hidup sejahtera dan bermartabat sudah selayaknya kita mendambakan hidup dibawah naungan sistem Islam. Maka dari itu, keberadaan sistem Islam sangat dibutuhkan untuk segala permasalahan hidup, sehingga setiap diri kita berupaya semaksimal mungkin untuk menjadi wasilah kembalinya sistem Islam yang kaffah. Wallahua'lam.
0 Komentar