Mahasiswa Terlibat Pinjol, Benteng Generasi Kian Jebol

 



Oleh Heni Ummufaiz - Ibu Pemerhati Umat

 

#wacana - Ekonomi Indonesia memang tidak dalam kondisi baik-baik saja, bahkan berakibat fatal terhadap roda ekonomi kehidupan rakyatnya. Angka kriminalitas kian tinggi. Tingkat depresi kian tak terkendali, hingga mengakibatkan banyak yang bunuh diri. Ironisnya, justru gaya hidup hedonis dan pragmatis terus ditunjukkan oleh sebagian kalangan tak terkecuali mahasiswa. Keinginan hidup serba enak, mudah, tak perlu bersusah payah bekerja membuat mereka mengambil jalan pintas dengan meminjam uang ke pinjaman online (pinjol) karena dianggap lebih cepat, mudah diakses dan tidak merepotkan. 


Inilah yang terjadi pada para mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB). Mereka terjerat pinjol hingga didatangi para penagih utang. Rata-rata besar pinjaman berkisar 3 juta – Rp13 juta. Para mahasiswa tersebut terjerat utang karena tertarik dengan penjualan online yang dilakukan kakak tingkatnya. Mereka diminta investasi ke usaha tersebut dengan iming-iming keuntungan 10 persen per bulan serta alternatif meminjam modal ke pinjol. (Kompas.tv., 17/11/2022).


Banyak mahasiswa yang terjerat pinjol membuat seorang ibu berani menceritakan kondisi anaknya yang menjadi korban akibat tertekan dari perlakuan SAN. Hal ini mengakibatkan anaknya tidak bisa fokus belajar. Karena teror debt colector. (TribunnewsBogor.com, 17/11/2022).


Miris sekali mengamati kehidupan di sistem rusak demokrasi-kapitalisme. Kebahagiaan hanya  diukur dengan uang, mengakibatkan hidup dalam kegersangan. Segala macam cara ditempuh. Tak peduli halal atau haram yang penting bisa mendapatkan cuan. Pada akhirnya kesengsaraan didapatkan. Hal ini menjadi bukti bahwa sistem kapitalisme yang diterapkan di negeri ini tak membawa kebahagiaan, termasuk pada generasi muda.

 

Mereka yang sudah teracuni sistem kapitalisme ini semakin terbuai dengan gaya hidup yang hedonis. Masa muda dianggap untuk hura-hura menghasilkan cuan dengan cara instan. Investasi bodong dan pinjol menjadi jalan pintas kemudahan dalam mendapatkan rupiah. Hidup serba mewah sekalipun masih kuliah, fasilitas pribadi serba branded menjadi hal yang tak boleh dilewatkan. Sementara semangat berlelah-lelah dalam belajar serta mengisi waktu dengan padat berkarya mahasiswa saat ini, sudah mulai menipis. Mereka tergiur dengan kehidupan serba instan dan hedonis-liberalis. 


Pinjol Buah Sistem Ekonomi Kapitalis

Jika kita telaah, maraknya pinjol merupakan jerat sistem ekonomi kapitalis. Mereka berlomba-lomba membuat aplikasi yang mudah diakses oleh kaum milenial. Tak heran jika kita bermedia sosial akan ditaburi iklan-iklan pinjol. Bahkan bukan hanya itu, investasi bodong pun kian bertaburan menggoda siapapun yang ingin hidup enak tanpa perlu bekerja keras dan menghilangkan akal. Semuanya sangat menggiurkan bagi mereka yang tak mau berpikir panjang, terlebih ketika tuntutan gaya hidup kian tertanam. 


Ironisnya, justru negara seolah membiarkan para rentenir ini terus menancapkan kuku keserakahan kepada siapapun yang dilanda kesusahan. Bukannya diberantas, justru transaksi pinjol kian hari kian merajalela hingga ke kalangan masyarakat awam sekalipun. Sudah banyak korban berjatuhan akibat tertipu aplikasi pinjol ini hingga mengakibatkan stres, depresi bahkan ada yang berujung bunuh diri. Miris bukan? Namun, memang itulah faktanya hidup di alam sistem yang rusak. Sistem yang tak pernah membuat sejahtera. Yang ada hanya menguntungkan para kapitalis. Pemuda dan mahasiswa tak ayal menjadi sasaran empuk dalam melancarkan aksi jahatnya yakni dalam jeratan pinjol. 


Bagaimana dengan kondisi generasi di masa Islam? 


Generasi di masa Islam begitu jauh sekali dengan generasi di masa sekarang. Akidah dan iman menjadi pijakan dalam kehidupan. Halal dan haram menjadi patokan. Tak ada sikap asal-asal apalagi hura-hura tanpa tujuan. Semua tingkah laku disesuaikan dengan yang Allah Swt. perintahkan. Tak heran jika kemudian di masa Islam tak didapati generasi muda yang berleha-leha apalagi kongkow tak karuan. 


Beberapa generasi muda di masa Rasulullah saw dan sangat terkenal di antaranya adalah Ibnu Abbas. Seorang intelektual muda yang didoakan oleh Rasulullah agar mendapatkan pemahaman luas dan kefaqihan dalam bidang ilmu tafsir Al-Qur'an. Berkat kefakihannnya, setelah Rasulullah saw wafat beliau menjadi rujukan utama dalam menjelaskan makna-makna Al-Qur'an di kalangan sahabat Nabi.


Selain itu juga ada sahabat muda yang tak kalah penting dan besar perannya adalah Zaid bin Tsabit. Seorang anak yang cerdas, bertugas sebagai sekretaris pribadi Rasulullah. Dia mampu menguasai bahasa Ibrani dalam dua minggu dan menguasai bahasa Persia dalam waktu tiga minggu saja.


Dari profil pemuda di atas seharusnya dijadikan rujukan pemuda di masa sekarang untuk terus berkarya dan berkiprah dalam kancah peradaban Islam. Mengukir hari demi hari dengan selaksa karya yang kelak akan menjadi tinta emas sejarah di masa mendatang.

 

Semua ini tak lepas dari sistem pendidikan Islam dan pembinaan akidah yang kokoh, yang mampu melahirkan generasi unggulan. Sistem ini memberikan kekuatan kepada para pemuda untuk terus padat berkarya. Tidak menjadi generasi halu apatah lagi tergiur kemewahan dunia. Hati dan pikiran para pemuda unggulan di masa Islam hanya satu, yakni kebahagiaan akhirat, yakni rida Allah jadi tujuan. 


Walhasil jika generasi muda saat ini ingin menjadi generasi unggulan, maka harus mencampakkan segala ide rusak seperti sekularisme, hedonisme hingga liberalisme. Beralih kepada aturan Islam yang kafah dengan banyak mengikuti kajian-kajian keilmuan dan keislaman. Terus bergerak dan jangan mudah terpengaruh dengan iming-iming investasi yang hanya menjanjikan kebahagiaan semu semata, hingga mengakibatkan benteng akidah, yang menjadi  kekuatan utama, jebol. 

Wallahualam bissawab. 


_______________


Yuk raih amal shalih dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya


Follow kami di


Facebook : https://www.facebook.com/Muslimah-Jakarta-Reborn-111815451296281/

Website : www.muslimahjakarta.com

Instagram : instagram.com/muslimahjakartaofficial

Posting Komentar

0 Komentar