Oleh Rini Sarah
#Telaah Utama-
“Aku telah tinggalkan kepada kalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunah Rasul-Nya.” (HR. Malik, Al Hakim, Al Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm)
“Aku telah tinggalkan kepada kalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunah Rasul-Nya.” (HR. Malik, Al Hakim, Al Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm)
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷
Rasulullah Saw meninggalkan dua harta pusaka buat umat Islam. Dua harta pusaka itu adalah kitabullah dan Sunah Rasulullah. Keduanya sungguh sangat berharga. Karena ia merupakan petunjuk bagi manusia. Melalui lisan Rasulullah Saw yang mulia, Allah Swt. menjamin ketika umat manusia berpegang teguh kepadanya, maka ia tidak akan tersesat. Hidup mulia di dunia, dan di akhirat akan kembali ke kampung halaman yaitu surga.
Tentu saja keduanya akan menjadi petunjuk jika diperlakukan dengan benar. Bukan diperlakukan semena-mena dengan kedok revitalisasi penerapan Alquran yang merupakan salah satu poin rekomendasi Multaqo Ulama Alquran di Yogyakarta baru-baru ini.
Revitalisasi penerapan Alquran hakikatnya adalah salah satu bentuk liberalisasi Islam dengan cover moderasi. Lebih jauhnya agenda ini merupakan targhib (westernisasi) bahkan sekularisasi ajaran Islam. Sebab dengan revitalisasi Alquran, dalil-dalil Alquran bisa diotak-atik sesuai dengan kepentingan barat. Termasuk untuk mendukung poin rekomendasi lainnya yaitu mengaruskan Islam wasathiyah.
Islam wasathiyah adalah konsep Islam yang berasal dari barat. Istilah ini muncul seiring Rand Corporation memberikan rekomendasi perlakukan terhadap kaum muslim dalam laporannya yang berjudul Building Moderate Muslim Network.
Dalam laporan itu, barat telah memberi ciri bagi muslim moderat. Muslim dikatakan moderat jika ikut serta menyebarkan kunci dimensi-dimensi peradaban demokrasi termasuk di dalamnya ide-ide HAM, kesetaraan gender, pluralisme, menerima sumber-sumber hukum non sektarian, kontra terorisme, dan bentuk legitimasi berbagai kekerasan. Disini terlihat, bahwa barat ingin membentuk kaum muslim menjadi muslim yang sejalan dengan pemikiran dan ide-ide barat.
Dalam memuluskan agenda ini barat membuat sebuah konsep Islam ala mereka hasil dari otak-atik dalil Alquran yaitu Islam wasathiyah. Islam yang berada di tengah-tengah, tidak ekstrem kiri atau ekstrem kanan. Selain itu dimaknai sebagai Islam yang mampu menyatukan dua agama terdahulu yaitu Yahudi dan Nasrani. Dalil Alquran yang mereka pakai adalah QS. Albaqarah:143.
Padahal memaknai umatan wasathan sebagai berada di tengah antara benar dan salah adalah penyesatan. Karena umat akan senantiasa mengompromikan jalan hidup Islam dengan barat. Hingga Islam kafah akan tercerabut dalam diri umat. Lalu, jika itu terjadi penerapan Islam kafah akan semakin jauh. Artinya, umat akan semakin lemah dan barat akan leluasa melakukan penjajahan terhadapnya. Kemudian ketika Hari Akhir tiba, umat pun tak bisa segera kembali ke kampung halamannya yaitu surga.
Untuk kita perlu untuk menghadirkan makna umatan wasathan sesungguhnya. Imam At Thabari mengatakan ada 13 riwayat menunjukkan makna al wasath adalah al adl. Pasalnya hanya orang yang adillah yang bisa bersikap seimbang dan menjadi orang pilihan. Ada riwayat dari Abi Said Al Khudri ra., dari Nabi saw. bersabda, “Demikianlah Kami jadikan kalian umat yang wasath[an]”. Beliau berkata, “(Maknanya itu) adil.” (HR al-Bukhari, at-Tirmidzi dan Ahmad).
Selain bermakna adil, ummatan wasathan juga berarti umat pilihan. Syaikh ’Atha bin Khalil menjelaskan bahwa Allah SWT menjadikan umat Muhammad saw. sebagai umat yang adil di antara umat-umat, untuk menjadi saksi atas umat manusia. Allah SWT menjadikan umat ini dengan sifat (al-ummah al-wasath), yakni umat yang adil untuk menjadi saksi atas manusia. Keadilan merupakan syarat pokok untuk bersaksi. Al-Wasath dalam perkataan orang-orang Arab berkonotasi al-khiyâr (pilihan) dan orang terpilih dari umat manusia adalah mereka yang adil.
Penggunaan kata al-wasath terdapat indikasi yang menunjukkan jatidiri umat Islam yang sesungguhnya, yaitu bahwa mereka menjadi yang terbaik. Pasalnya, mereka berada di tengah-tengah, tidak berlebih-lebihan dan tidak mengurangi baik dalam hal akidah, ibadah maupun muamalah.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa frasa ummatan wasathan itu bermakna umat pilihan dan adil (khiyarann udulan), yakni umat yang adil dengan menegakkan ajaran Islam. Bukan umat yang menegakkan kezaliman dengan menyelisihi ajaran Islam. Dengan demikian memaknai ummatan wasathan dengan sikap moderat (pertengahan) antara benar dan salah adalah penyesatan. (Jurnal Politik Islam Alwaie).
Waratsatul Anbiya
Rasulullah Saw bersabda bahwa ulama adalah waratsatul anbiya (pewaris para nabi). Ini merupakan sebutan yang istimewa dan khusus untuk mereka. Kata pewaris menunjukan betapa dekatnya hubungan ulama dengan para nabi. Hingga hubungan itu diibaratkan sedekat hubungan nasab.
“Karena warisan itu berpindah kepada orang yang terdekat (hubungannya dengan mayit). Di antara umat manusia yang terdekat penisbatannya kepada agama adalah para ulama, yang berpaling dari dunia dan mencari akhirat. Bagi umat manusia mereka adalah pengganti para nabi yang memperoleh dua keutamaan, yaitu ilmu dan amal.” Begitu kata Imam al-Munawi dalam Faydh al-Qadir.
Ulama sebagai pewaris para nabi dilekatkan kepada ilmunya. Ulama memiliki peran khusus untuk menghidupkan alam semesta. Meluruskan berbagai penyimpangan di tengah-tengah umat merupakan tanggung jawabnya yang mulia. Penyimpangan yang harus diluruskan oleh ulama bisa dilakukan siapa saja, baik oleh penguasa atau yang lainnya, serta ulama pun harus meluruskan berbagai pemikiran keliru yang sengaja disebar di tengah umat untuk meracuni benak umat.
Ulama juga mempunyai tugas berat dan tanggung jawab besar dalam menangkal setiap ideologi batil termasuk pemikiran turunannya. Caranya dengan menjelaskan kepalsuan ideologi tersebut. Serta, menggambarkan kerusakannya. Lalu mencabut ideologi tersebut dari benak umat lalu gantikan dengan ideologi Islam kafah yang melahirkan hukum-hukum yang mengatur seluruh aspek kehidupan.
Inilah ulama pewaris para nabi yang akan membangkitkan umat menuju izzatul islam walmuslimin. Ulama yang betul-betul mengemban tugas para nabi yaitu mentauhidkan Allah Swt. dengan manifestasi taat total kepada-Nya serta menjalankan seluruh hukum Islam secara kafah tanpa berkompromi dengan sistem hidup non Islam.
Ulama yang seperti inilah yang akan berjalan beriringan dengan umat dalam upaya memelihara harta pusaka warisan Rasulullah Saw yaitu Alquran dan Sunahnya dalam kondisi “fitrah keduanya” sebagai rujukan umat Islam, sebagai sumber hukum bagi agama Islam kafah.
Wallahualambisowab.
_____________________________
Yuk raih amal shalih dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya
Follow kami di
Website : www.muslimahjakarta.com
Instagram : instagram.com/muslimahjakartaofficial
0 Komentar