Oleh Heni _Ummu faiz
Ibu Pemerhati Umat
#wacana - Sepertinya demam Halloween sudah menjadi agenda tahunan yang tak bisa ditinggalkan. Bukan hanya di negeri non muslim, di negeri muslim pun sama. Sayangnya, perayaan Halloween tahun ini diwarnai kabar duka. Di mana ratusan nyawa melayang saat perayaan Halloween di Itaewon Korea Selatan.
Kejadian ini terjadi pada Sabtu malam di mana puluhan ribu orang membanjiri pusat kota Seoul untuk merayakan Halloween. Karena kerumunan yang membludak menjadikan sulit bernapas dan tidak bisa bergerak. Kondisi ini mengakibatkan korban tewas sebanyak 154 dengan puluhan lainnya yang terluka pada hari Minggu. (CNN Indonesia.Com, 31/10/2022).
Tak hanya Korsel, demam Halloween pun berhasil merangsek masuk ke negeri Arab. Arab Saudi yang merupakan kiblatnya kaum Muslim, semakin hari semakin membuka diri. Selain pembangunan di sektor ekonomi non-minyak, beberapa budaya luar perlahan mulai masuk, termasuk Halloween. Tahun ini dekorasi Halloween seperti labu dan lampu pun memadati area sekitar mal dan rumah penduduk.
Perayaan Halloween menjadi momen yang menyenangkan bagi warga asing dan Saudi sendiri. Warga AS yang tinggal di Saudi Ryan Davidson menghabiskan beberapa hari untuk berbelanja kostum manusia serigala yang akan dikenakan pada pesta Halloween akhir pekan. Menurutnya saya tidak pernah membayangkan Halloween di sini menjadi hal penting seperti di AS. Saya sangat merayakannya saat akhir pekan ini,” kata Davidson, dilansir The National , Selasa (Republika.co.id, 2/11/2022).
Sejarah Halloween
Halloween, juga dikenal dengan sebutan Allhaloween, All Hallows's Eve, atau All Saints' Eve. Merupakan peringatan untuk menghormati orang-orang kudus atau suci. Apabila ditelusuri dari sejarahnya, festival Halloween berasal dari tradisi Celtic kuno Samhain, ketika orang-orang menyalakan api unggun dan mengenakan konsum khusus untuk mengusir hantu.
Tradisi ini muncul sekitar abad ke-8, di mana perayaan dilaksanakan tanggal 1 November. Perayaan ini dilakukan malam hari sekitar tanggal 31 Oktober, di mana roh orang-orang jahat yang bangkit, kembali ke rumah mereka, termasuk di dalamnya roh-roh orang jahat bangsa Celtic. Untuk mengusirnya dengan menggunakan kostum hantu dan menyalakan api unggun.
Mereka yang merayakan festival tersebut percaya bahwa pada malam hari sebelum perayaan, yakni tanggal 31 Oktober, roh orang-orang yang sudah meninggal akan berkunjung kembali ke rumah mereka. Ketika itu, banyak orang yang percaya bahwa roh-roh jahat akan muncul kembali ke dunia untuk mengganggu bangsa Celtic. Guna menakuti para roh jahat tersebut, orang-orang Celtic kemudian melakukan ritual di puncak bukit dengan cara menyalakan api unggun dan mengenakan kostum.
Melihat fakta sejarah Halloween tersebut, tentu sangat menyedihkan ketika budaya ini diikuti oleh negeri muslim seperti Arab Saudi. Karena merupakan bagian dari kebiasaan agama non muslim. Padahal kita paham Arab Saudi selama ini sangat kental dengan pelaksanaan syariat Islam. Namun semenjak kepemimpinan raja Salman justru Arab Saudi semakin terbuka terhadap budaya Barat. Membolehkan perempuan keluar tanpa mahram dengan mengendarai kendaraan, menjadi tentara, bahkan ada pantai bikini.
Inilah buah dari paham moderasi yang semakin nyata merusak akidah umat Islam di Arab Saudi khususnya dan kaum muslimin seluruh dunia pada umummya. Jika hal ini terus dibiarkan bergulir, maka syariat Islam akan benar-benar dicampakkan oleh orang Islam itu sendiri, termasuk oleh para generasi muda. Padahal mereka adalah kekuatan besar yang menentukan masa depan peradaban.
Sebagaimana kita tahu mayoritas pengikut pesta Halloween didominasi oleh kaum muda. Gencarnya paham moderasi dan liberalisme mengakibatkan generasi muda yang seharusnya padat berkarya justru menjadi generasi yang mudah latah terhadap budaya asing. Hal ini pula yang memicu tragedi maut di Distrik Itaewon, Seoul, Korea Selatan atau Korsel. Berbondong-bondong mereka merayakan Halloween yang justru mengundang petaka.
Padahal di balik berbagai perayaan ala Barat yang terus dipropagandakan bukan lah tanpa tujuan. Semakin banyak generasi yang latah, semakin mudah pula mereka digiring menjadi konsumen para kapitalis Barat. Melalui tren gaya hidup, dengan segala pernak-pernik dan dekorasi perayaan yang menarik seperti Halloween berhasil menghipnotis generasi muda untuk membebek budaya Barat. Sadar atau tidak perayaan Halloween ini menjerumuskan generasi muda ke jurang kehancuran. Mereka kehilangan jati diri, rapuh dan labil sekaligus menjadi obyek empuk santapan kaum kapitalis.
Pandangan Islam Terkait Halloween dan Imbas Kepada Generasi
Sejatinya bagi seorang muslim, standar dari setiap perbuatannya adalah hukum halal -haram. Bukan tren atau gaya hidup modern yang terus didengungkan oleh Barat ke seluruh dunia. Namun bagi mereka yang miskin iman akan mudah latah mengikuti apapun yang datang dari Barat.
Jelas Halloween bukan berasal dari Islam, bahkan dapat menyeret seorang muslim menuju kesyirikan. Berdasarkan hadis yang begitu populer disebutkan bahwa, "Orang yang menyerupai suatu kaum, ia bagian dari kaum tersebut”. (HR. Abu Daud, 4031, di hasankan oleh Ibnu Hajar di Fathul Bari, 10/282, di shahihkan oleh Ahmad Syakir di 'Umdatut Tafsir, 1/152). Hadis ini merupakan dalil terlarangnya tasyabbuh bil kuffar, menyerupai ciri khas kaum kuffar.
Jauh -jauh hari Rasulullah saw. sudah mengingatkan bahwa orang-orang kafir akan terus menyeret kaum Muslimin untuk mengikuti milah mereka. Sebagaimana tertera di dalam surat Al Baqarah ayat 120, "Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka…”
Barat sangat menyadari potensi generasi umat Islam begitu luar biasa. Mereka juga menyadari bahwa Khilafah yang dijanjikan benar-benar akan tegak. Tak heran jika mereka terus mengaruskan paham dan ide-ide busuk guna menghancurkan generasi Muslim.
Maka, sudah seharusnya umat Muslim waspada terhadap trik busuk musuh Islam. Generasi muda harus terus dijaga, dididik sedemikian rupa, disiapkan menjadi pejuang, menyambut kemenangan Islam. Sebagaimana dulu saat Islam tegak sangat memerhatikan kondisi generasi dan menyiapkan mereka agar layak menjadi agen perubahan.
Hal ini bisa kita liat dari berbagai literatur Islam yang menggambarkan kehebatan generasi mudanya. Mereka tidak lelah berkarya. Bukan generasi rebahan atau generasi strawberry yang mudah remuk saat ujian menghadang. Bukan pula generasi latah yang mudah mengikuti budaya Barat yang sesat. Oleh karena itu, diperlukan upaya maksimal semua pihak untuk terus berjuang, mendakwahkan Islam, demi lahirnya generasi Muslim yang terjaga, yang siap memimpin peradaban.
Wallahualam bissawab.
0 Komentar