Rumah Toleransi Moderasi Beragama Fantasi Kerukunan Di Sistem Demokrasi

 Oleh Heni Ummufaiz

Ibu Pemerhati Umat

Masifnya moderasi beragama di Indonesia
merupakan lagu lama yang sudah diperdengarkan. Namun karena moderasi agama ini kurang greget menurut Barat tak heran jika akhir-akhir ini kian diaruskan dan masuk berbagai lini kehidupan dan berbagai genre. Tujuannya satu agar Islam mau menerima ajaran Barat. Tidak ada lagi ruang yang membatasi akidah dan tidak ada kebenaran mutlak.
Untuk menguatkan moderasi di seluruh wilayah maka dibuatlah Rumah Toleransi. RTO ini berfungsi untuk memperkuat persatuan dan kesatuan antar elemen beragama.
Hal ini sebagaimana yang diutarakan
Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi menghadiri Hari Santri Nasional (HSN) dan Launching Rumah Toleransi Moderasi Beragama dan kebangsaan PC NU Kota Sukabumi di Gedung Dakwah PCNU Kota Sukabumi Kelurahan Gedong Panjang (eljabar.com, 24/10/2022).
Jika ditelaah bahwa keberadaan RTO merupakan sebuah konsekuensi logis dari pemerintahan Indonesia yang mengadopsi sistem sekuler. Di mana toleransi yang saat ini digembor-digemborkan adalah penerimaan terhadap akidah di luar Islam yakni tidak adanya sekat yang menghalangi keduanya. Selain itu toleransi beragama nyatanya telah memaksa siapa pun tak terkecuali pejabat pemerintahan yang agamis sekalipun untuk memfasilitasi, merangkul berbagai keberagaman penduduknya. Seolah bahwa Islam hadir tidak mengenal toleransi. Prinsip lakum diinikum waliyadin seolah bias pada kehidupan beragama hari ini. Pluralisme yang merupakan ide turunan dari sistem demokrasi sudah menancap erat di pikiran sebagian kaum muslim tak terkecuali pejabatnya. Keberagaman penduduk dan agama menjadi hal yang diperhatikan oleh pejabat pemerintahan di suatu wilayah agar terbentuk kerukunan. Moderasi beragama dan pluralisme merupakan sebuah agenda besar Barat guna menghancurkan syariat Islam yang mulia. Sasaran yang saat ini digencarkan misalnya masuk dalam lembaga pendidikan seperti sekolah pesantren, mahasiswa bahkan hingga ke majelis taklim.
Sukabumi yang merupakan kota santri tak lepas dari sasaran ide moderasi beragama ini. Karena Barat sangat paham jika disampaikan ide ini secara apa adanya(gamblang) yakni menyamakan akidah Islam dengan agama lainnya tentu umat akan menolak secara mutlak. Hal tersebut bisa dilihat dari agenda AICIS tentang rekontekstualisasi ajaran Islam. Di mana hukum -hukum Islam ditafsirkan sesuai penafsiran manusia. Moderasi digadang-gadang mampu menyelesaikan masalah keragaman agama yang disinyalir selama ini Islam susah untuk berkompromi dalam masalah akidah. Contoh yang paling kongkret ucapan selamat hari raya keagamaan.
Tak heran jika kemudian
Sukabumi mendapat julukan Kota Toleransi.
Dikutip dari Alhamdulillah Kota Sukabumi kondusif dalam sektor keagamaan dan masuk kota toleran peringkat ke sembilan nasional,'' ujar Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi mengawali sambutannya. Di mana Pemkot Sukabumi meraih penghargaan indeks Kota Toleran tahun 2020 dari Setara Institute
(kdp.kotasukabumi.go.id, 7/12/2021).
Hal ini menunjukkan komitmen pemkot dalam mendukung kerukunan antar umat beragama. Pencapaian tersebut berkat dukungan dari tokoh agama dan masyarakat di Kota Sukabumi.
Dikutip dari radar sukabumi, Masyarakat Kota Sukabumi dipastikan bakal kembali menikmati kirab barongsay Cap Go Meh pada tahun ini. Kirab barongsay bakal keliling Kota Sukabumi pada Februari mendatang.
Salah seorang panitia Cap Go Meh 2020, Jimmy Ong menjelaskan, parade barongsay yang dipadukan dengan berbagai penampilan lain bakal kembali mengelilingi Kota Sukabumi pada Februari mendatang. Cap Go Meh merupakan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek tahun ini.
(radarsukabumi.com, 19/01/2020)
Perayaan hari raya agama lain dianggap hal yang biasa oleh sebagian kaum muslim. Padahal hal ini akan membahayakan akidah itu sendiri.
#Wancana Bahkan bukan hanya itu saja, para pejabat pemerintahan di sistem sekuler akan berupaya mengaitkan ayat atau hadis sesuai kepentingan mereka tetapi mereduksi hingga mengebiri ajaran Islam itu sendiri seperti resolusi jihad yang digaungkan di Hari Santri beberapa waktu lalu.
Islam dan Toleransi
Sungguh Islam adalah ajaran yang mulia dan sangat memahami keberagaman. Baik beragam suku bangsa, adat istiadat, agama dan yang lainnya. Hal ini bisa kita lihat dari literatur sejarah Islam saat masih diterapkan dalam bingkai negara yakni Khilafah. Betapa saat itu seluruh komponen agama sangat damai dan rukun terlebih Islam tidak pernah memaksa agama lain yang hidup di sistem Islam untuk berpindah keyakinan. Mereka semua orang yang berlainan akidah dijamin kehidupannya dan kedudukannya sama dengan muslim dalam mendapat kesejahteraan hidup.
Puluhan abad Islam telah mampu membuktikan kedamaian hidup antar umat beragama tanpa perlu moderasi atau toleransi versi Barat yakni mengganggap tidak ada kebenaran mutlak dalam beragama.
Di dalam Islam sangat memegang kuat prinsip-prinsip akidah yakni dalil Al-Qur'an surat Al Kafiruun ayat ke 6:
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ ࣖ -
lakum dinukum wa liya din
"Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”
Selain itu dalil ini menjadi penguat untuk tidak memaksa orang lain yang berlainan akidah.
Selain itu Islam sangat menjunjung keberagaman. Sebagaimana di dalam firman Allah Swt
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Alhasil, toleransi jauh-jauh hari dalam Islam sudah membuktikannya tanpa harus menyamaratakan prinsip-prinsip akidah Islam dengan agama lain. Selain itu pejabat dalam sistem Islam mampu melindungi akidah tanpa harus menggadaikannya umatnya.
Dari sini sudah jelas bahwa hanya Islam dan sistem Khilafah yang mampu mewadahi beragam etnis, suku bangsa dan agama tanpa harus menjerumuskan ke dalam kesesatan.
Oleh karena itu, mampukah rumah Toleransi dalam demokrasi memberikan solusi keberagaman atau justru menghantarkan umat Islam menuju kesyirikan?
Wallahualam bissawab.
________________________
Yuk raih amal shalih dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya
Follow kami di






Posting Komentar

0 Komentar