Sebuah Kontradiksi; R20 Serukan Agama Solusi Masalah Global, Tapi Dakwah Syariah Terus Dipersoalkan





Para pemuka agama dari beberapa negara berkumpul dalam sebuah agenda R20 atau Religion of Twenty di Yogyakarta pada Jumat, 04 November 2022. R20 yang merupakan bagian dari rangkaian acara G20, adalah forum yang diinisiasi oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), bertujuan untuk menjembatani konsep dialog antar agama. Muncul pernyataan bahwa salah satu penyebab berbagai konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia hari ini adalah sentimen antar kelompok agama. Oleh karenanya, tema yang diangkat Komunike R20 adalah “Upaya Pastikan Agama Berfungsi Sebagai Sumber Solusi Global”.


Forum ini diikuti oleh 464 peserta, di mana 170 diantaranya dari luar negeri yang berasal dari lima benua. Di laman Merdeka.com, 05/11/2022 disebutkan mereka merasa prihatin dengan tantangan global seperti kerusakan lingkungan, bencana alam dan buatan manusia, kemiskinan, pengangguran, orang terlantar, ekstremisme, dan terorisme. Mengutip dari antaranews.com, 05/11/2022, para pemimpin agama, sekte dan aliran kepercayaan berdiskusi bagaimana agama efektif berkontribusi bagi perbaikan ekonomi-politik global. 


Benarkah sentimen antar kelompok agama menjadi salah satu penyebab terjadinya berbagai konflik di dunia hari ini? Fitrahnya manusia memang ingin selalu berubah menjadi lebih baik. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, dalam artian terpuruk, miskin, alam rusak, banyak bencana, krisis di segala bidang, secara naluri jelas akan mengusik kenyamanan. Hingga manusia terdorong untuk menganalisa penyebab sekaligus solusinya, agar dapat bangkit dari keterpurukan.


Sebagian analisa tersebut diantaranya, umat hari ini terpuruk karena rendahnya akhlak, maka solusinya revolusi akhlak, perbaikan individu dan keluarga, begitu seterusnya. Atau ada yang menganalisa penyebabnya adalah karena faktor ekonomi, maka solusinya memberikan bantuan sosial atau donasi sebagai wujud peduli. Ada juga yang menganalisa, kemunduran umat itu karena tingkat pendidikan rendah, maka solusinya dengan mendirikan sekolah-sekolah. Atau karena alasan politik, maka solusinya bergabung bersama parlemen dengan harapan dapat merubah keadaan dari dalam. 


Tidak kurang-kurang berbagai program telah dirancang dan dijalankan. Beragam pertemuan dan kerjasama pun terus dijalin, baik skala nasional, regional bahkan hingga internasional termasuk G20 dan R20. Namun faktanya, berbagai macam analisa sekaligus solusi perbaikan yang ditawarkan belum juga menuntaskan seluruh problematika yang ada. Selain parsial, atau hanya memperbaiki sebagian, solusinya pun bersifat sementara, hingga masalah yang sama terus berulang.


Dengan mengamati sejarah peradaban manusia, sesungguhnya keterpurukan umat dengan segala problematikanya hari ini disebabkan karena sistem yang diterapkan. Hari ini tengah bercokol sistem sekularisme-kapitalisme. Di mana aturan agama di pisahkan dari kehidupan. Dijauhkan dari urusan mengatur negara. Sistem kehidupan diambil alih oleh kaum kapitalis dunia. Mulai dari masalah pendidikan, sosial-budaya, ekonomi hingga politik pemerintahan dan hubungan antar negara. Semua disetir demi keuntungan dan kepentingan mereka.


Bagaimana hasilnya? Sebagaimana yang terlihat hari ini, berbagai keterpurukan yang di keluhkan oleh para pemuka dalam pertemuan R20, terjadi. Di sistem ini, kemiskinan, kelaparan, pengangguran, pergaulan bebas, pemerkosaan, pembunuhan, pembantaian, penipuan, penculikan, pencurian, perampokan, aborsi, kolusi, korupsi, rebutan kursi, tak jelas ujung pangkalnya. Di sistem ini riba, khamr, judi, zina, babi bebas beredar bahkan dilegalkan. 


Di sistem ini pula kekayaan bumi yang sejatinya milik umat, artinya tidak boleh dimiliki individu, justru diobral murah bahkan kepada individu, swasta, asing dan aseng. Sementara rakyatnya sendiri memperebutkan sisa-sisanya dalam keadaan terhimpit dari segala sisi. Di sistem ini penjarahan dan penjajahan yang dialami sebuah negeri menjadi tanggungjawab negeri itu sendiri. Tanpa ada celah negeri lain untuk menolongnya secara militer. Sebut saja yang dialami Palestina, Suriah, Irak dan lain-lain. Dan tak ada yang bisa berbuat banyak. 


Sementara forum R20 mengklaim dibentuk dalam rangka berusaha mempromosikan saling pengertian, budaya damai, dan konsistensi yang harmonis antara keragaman agama dan bangsa di dunia. Saling pengertian, damai dan harmonis dalam keberagaman seperti apakah yang dimaksud di sini? Di Indonesia, yang mayoritas penduduknya muslim, pemeluk agama lain begitu bebas menjalankan ibadahnya tanpa diganggu. Justru ketika umat muslim menjadi minoritas di negeri lain, yang terjadi adalah penyerangan, pembantaian, penjajahan. Sebut saja yang dialami Umat muslim di India, Myanmar, Uyghur dan lain-lain. Dan dunia “diam”.  


Ironisnya lagi, ketika ada umat muslim yang mendakwahkan ajaran agamanya sendiri, menawarkan bahwa syariat Islam bisa menjadi solusi segala persoalan, justru dituding radikal, intoleran, ekstrimis, anti kebinekaan, anti Pancasila, anti NKRI dan stigma negatif lainnya. Sementara definisi dan tolok ukur dari semua istilah tadi multitafsir, bias dan kabur. Apa itu radikal, seperti apa yang dimaksud intoleran, siapa saja yang termasuk ekstrimis atau teroris, semua ditentukan sepihak. Dan khusus diarahkan kepada umat Islam. Umat yang sejatinya menjadi korban justru diputarbalikkan sebagai biang kerok kerusakan. Naudzubillahimindzalik.


Selanjutnya, apakah konsep keberagaman yang dimaksud adalah pluralisme, yang menganggap semua agama sama? Maka jawabannya adalah firman Allah dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 19, : “Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam”. Juga hadis Rasulullah saw; “… Islam itu tinggi dan tiada yang melebihi ketinggiannya selama umat muslim berdiri di bawah naungan al Qur’an dan al Hadis…”. 


Sungguh Islam telah sempurna sebagai sistem kehidupan. Berbeda dengan agama yang lain, Islam pun lengkap mengatur seluruh aspek kehidupan. Bagaimana menyelesaikan masalah kerukunan, kemiskinan, pengangguran, korupsi, rebutan jabatan, hingga melenyapkan penjajahan. Keadilan dan kesejahteraannya pun akan dinikmati oleh seluruh umat manusia, muslim maupun kafir. 


Jelas dari forum R20 ada banyak kontradiksi. Tak ada patokan pasti. Manusia begitu berani berkompromi bahkan dengan orang kafir, yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur. Padahal tidak ada dialog antar agama yang dicontohkan Rasulullah, kecuali dalam rangka dakwah yang tegas menyatakan Islam sebagai agama yang benar, kemudian menyeru mereka tanpa paksaan untuk menerima Islam. Jika memang agama benar-benar ingin dijadikan sebagai solusi global, maka kembalilah kepada Islam. Satu-satunya petunjuk bagaimana menjalankan sebuah peradaban. Wallahu’alam.



Oleh Anita Rachman

Posting Komentar

0 Komentar