Solusi bagi Setiap Masalah adalah Islam Kafah




Oleh Rini Sarah


#TelaahUtama - Moderasi agama sudah menjadi berhala abad ini. Posisinya menggantikan kemusyrikan masa lampau menjadi kemusyrikan modern yang menyerang tauhid umat Islam. Bagaimana tidak keyakinan umat akan Islam sebagai satu-satunya kebenaran dan solusi bagi seluruh persoalan hidup ini, kini coba didangkalkan bahkan dicabut dengan moderasi beragama. Lebih dari itu, moderasi beragama pun bertujuan untuk melumpuhkan dakwah dan menghadang kebangkitan Islam. 


Tak tanggung-tanggung, penguasa negeri muslim terbesar yang seorang Kyai pun menyerukan moderasi. Beliau mengajak masyarakat internasional menerapkan moderasi beragama guna menjaga perdamaian dunia di tengah lingkungan global dan regional yang berubah cepat. Lalu, apakah benar moderasi ini merupakan solusi? Jawabannya tentu saja Tidak!


Mahabbah


Moderasi beragama tidak diperintahkan Allah Swt. dan diajarkan Nabi Saw.  Justru Allah Swt melalui lisan Nabi-Nya meminta kita untuk masuk ke dalam Islam secara kafah tidak setengah-setengah. Allah Swt berfirman, 

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَآ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah:208)


Selain itu, moderasi bertentangan dengan misi tauhid Islam yang tertera dalam QS. Alanbiya:25. Bahwa seluruh utusan Allah diberikan tugas untuk mengesakan Allah dan hanya menyembah-Nya. 


Misi tauhid ini sesuai dengan tujuan penciptaan manusia, yaitu agar menjadi hamba-hamba-Nya yang hanya menyembah (beribadah) kepada Allah saja (QS Adzdzariyat: 56). Kemusyrikan dari zaman ke zaman merupakan penyimpangan terbesar dari ajaran tauhid. Karena itu Allah mengharamkan kemusyrikan dan tak akan mengampuni dosanya (QS Annissa: 48). Pelakunya tak akan bisa masuk surga (QS Alkahfi: 110).


Moderasi beragama merupakan salah satu kemusyrikan modern. Karena ingin mengubah tauhidullah. Menyatakan bahwa Tuhan-Tuhan lain juga benar dan mengajarkan manusia untuk menyembah Tuhan selain Allah dengan cara taat kepada hukum selain Islam. Pernyataan ini dibungkus dengan narasi semua agama benar, dll. Walhasil, Islam dikompromikan dengan “Islam” buatan penjajah.


Jelas ini bukan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt. berfirman:

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٣١

Katakanlah, “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS Alimran:31).


Ayat suci ini mengajarkan kepada setiap hamba cinta hakiki kepada Allah Swt.  Cinta seperti ini lahir dari keimanan kepada-Nya. Cinta (mahabbah) berbuah taat. Cinta yang membuat hamba akan meniti jalan yang dilewati Rasul (ketaatan) bagaimana pun kondisinya.


Sebagaimana kita ketahui, kehidupan Rasulullah berjalan dalam tuntunan Alquran. Artinya secara praktis kehidupan Rasul merupakan gambaran praktis bagaimana Islam kafah itu dipraktikkan. Baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan negara. Mulai dari perkara syahadat, salat, dakwah hingga urusan kepemimpinan dan politik.


Dalam urusan politik terkait akidah dan penerapan syariah, Rasullah tak pernah kompromi untuk hal demikian. Pasca kemenangan dari Bani Tsaqif dalam Perang Hunain, Rasulullah memerintahkan untuk menghancurkan berhala-berhala sesembahan mereka. Walaupun delegasi Bani Tsaqif berjanji akan masuk Islam jika berhala mereka tidak dihancurkan selama 3 tahun lalu dibebaskan dari kewajiban salat. Permintaan ini serta merta ditolak oleh Rasulullah Saw. Sebab manusia hanya memiliki dua pilihan iman atau kufur. Dan, tempat kembali pun hanya dua surga atau neraka. 


Sebagai cinta kita kepada Nabi, tentu saja hal ini harus diikuti. Bukan membebek pada fatamorgana moderasi.


Solusi Setiap Masalah


Dunia termasuk umat Islam di dalamnya memang sedang dilanda permasalahan bertubi-tubi. Jika dikaji secara mendalam muara dari permasalahan adalah sistem hidup yang diterapkan saat ini, kapitalisme-liberal. Walaupun di Indonesia tidak ada dokumen resmi negara yang menyatakan kapitalisme sebagai ideologi negara, tetapi praktiknya sungguh mencolok mata. 


Sistem hidup kapitalisme perlu diganti. Menurut KH Rochmat S.Labib dalam Jurnal Islam Alwaie,  tidak ada sistem yang tepat bagi manusia kecuali sistem yang berasal dari Penciptanya, Allah SWT. Itulah Islam. Sistem yang sesuai dengan fitrah manusia. Sistem ini telah teruji selama tiga belas abad dengan menghasilkan peradaban yang gemilang. Islam beserta semua perangkat sistemnya adalah solusi. Solusi yang benar dan ampuh untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang kini mengimpit negeri (dunia) ini. Bukan ancaman seperti yang dipropagandakan selama ini.


Islam lahir dari Allah, Tuhan Yang Mahabenar dan Mahaadil. Tentu saja ketika hukumnya diterapkan pasti akan membawa kebaikan. Asal penerapannya tidak setengah-setengah. Harus kafah.  Dr. Ahmad Sastra dalam sebuah tulisannya di Jurnal Islam Alwaie mengingatkan bahwa sangat penting untuk ditegaskan bahwa Islam adalah minhaj kehidupan holistik bagi kebaikan manusia seluruhnya. Ia berasal dari sang Pencipta manusia. Islam adalah minhaj kehidupan yang realistis, dengan berbagai susunan, sistematika, kondisi, nilai, akhlak, moralitas, ritual dan begitu juga atribut syiarnya. 


Ini semuanya menuntut risalah ini ditopang oleh individu yang bertakwa serta kekuatan institusi yang dapat merealisasikannya secara kafah. Itulah Khilafah Islamiyah. Khilafahlah yang akan mampu membungkam berbagai paham sesat serta memerdekakan dari segala bentuk penjajahan. Dengan Khilafah pula, dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia akan berjalan, persatuan umat Islam akan terwujud serta penerapan Islam kafah akan menjadi kenyataan.


Posting Komentar

0 Komentar